SYAHDAN, suatu hari, di tahun 2018. Seseorang menelepon Letjen TNI Doni Monardo. Salah satu yang ia ingat betul dan sangat membekas hingga sekarang adalah “protes” sang teman yang juga orang Minang.

Kalimatnya kurang lebih begini, “Anda sudah menanam pohon dan menghijaukan banyak daerah di Indonesia, tapi kampung halaman sendiri gersang.”

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tersentak hati Doni. Ia terbayang, saat pulang kampung halaman dan mendarat di Bandara Internasional Minangkabau. Bandara yang dibangun tahun 2002 dan beroperasi tahun 2005 itu, berada di Kabupaten Padang Pariaman. Kurang lebih 30 km dari Kota Padang.

Jalan yang menghubungkan bandara ke kota Padang disebut Jalan By Pass. Saat itu kondisi jalan sangat gersang. Seketika terbersit gagasan untuk menghijaukan jalur tersebut.

Ia pun menghubungi sahabatnya, Ketua Dewan Penasihat Djarum Foundation, Yan Haryadi Susanto. “Saya menawarkan, apakah berkenan dengan program penghijauan di Padang?” ujar Doni.

Alhasil, terlaksanalah penanaman pohon trembesi di Jl By Pass sejauh kurang lebih 30 kilometer, kolaborasi Paguyuban Budiasi (Budidaya Trembesi) dan Djarum Foundation.

Kini, di sepanjang jalur by pass telah tertanam 2.020 pohon trembesi dengan ketinggian rata-rata lima sampai enam meter.

Nah, pohon-pohon itulah yang pada hari Selasa (7/2/2023) diserahterimakan dari Djarum Foundation – Budiasi kepada Pemeritah Kabupaten Padang Pariaman dan Pemkot Padang. Pohon-pohon yang ditanam sejak tahun 2018 itu, selama ini telah dirawat dengan baik oleh Djarum.

Tawaran Kolonel Doni

Acara Penandatanganan Serah Terima Terselesaikannya Program Penanaman Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) melalui program Djarum Trees For Life (DTFL) disaksikan oleh Gubernur Sumatera Barat, H. Mahyeldi Ansharullah, S.P. gelar Datuak Marajo, pejabat TNI-Polri serta Forkopimda Sumbar, Padang Pariaman, dan Kota Padang. Dari pihak Djarum antara lain hadir Yan Haryadi, dan FX Supandji.

Saat didaulat berbicara, Doni Monardo mengabarkan sebuah “untold story”, terkait persinggungannya dengan PT Djarum untuk program penghijauan.

Tersebutlah tahun 2010, saat ia berpangkat kolonel dan bertugas sebagai Danrem 061/Suryakencana, Bogor.

Doni yang sejak perwira pertama sudah getol menanam pohon itu, memberanikan diri menawarkan program penghijauan kepada Yan Haryadi. “Pak Yan waktu itu menjawab, boleh, nanti kami bahas, setelah itu kami undang pak Doni ke Djarum,” tutur Doni.

Benar. Djarum mengundang Doni Monardo untuk presentasi soal program penghijauan yang ditawarkannya. “Saya datang ke Djarum sendiri. Tidak pakai pengawal. Tidak pakai ajudan. Dan saya menjadi satu-satunya peserta rapat yang memakai pakaian dinas militer, dengan pangkat kolonel. Dari Djarum yang hadir banyak sekali. Termasuk jajaran direksi. Pak Victor Rachmat Hartono yang merupakan keluarga Djarum, juga hadir,” kenangnya.

Rapat dipimpin oleh seorang purnawirawan Angkatan Darat, Kolonel CPL Purn Soewarno Serad, pamen angkatan tahun 60-an. Jauh lebih senior dari Doni Monardo yang lulusan Akmil 1985.

“Beliau yang memimpin rapat. Waktu pembukaan, saya sudah dicecar dengan dua pertanyaan yang sangat menohok.

Pertama, apa iya kita akan kerjasama dengan seorang perwira AD yang kebijakannya bertentangan dengan kebijakan perusahaan kita. Maksudnya melarang prajurit merokok. Kedua, apa iya seorang tentara bisa ngurusi tanaman?” kata Doni sambil tersenyum getir.

Doni lalu berkisah, pengalaman buruk peristiwa prajurit ketiduran selagi merokok. Hampir saja mengakibatkan kebakaran kasur yang fatal di asrama.

“Saya tidak melarang merokok, tapi saya menertibkan. Merokok itu ada tempatnya, dan jangan buang puntung rokok sembarangan,” tegasnya.

Pertanyaan kedua. Doni menjawab dengan membagikan buku berupa album foto before-after yang menggambarkan kegiatan yang dia lakukan dalam mereboisasi tanah tandus, dan hutan gundul. Album foto itu disusun oleh Yuhan Subrata, salah satu staf Doni di Paguyuban Budiasi. Di antaranya penghijauan di Markas Komando Brigif Para Raider di Kariango, Sulawesi Selatan.

Foto-foto diambil tahun 2006 saat Doni menjabat Dan Brigif di sana, dan menyandingkannya dengan foto-foto di lokasi yang sama empat tahun kemudian (2010). “Itulah modal saya untuk menjawab pertanyaan yang kedua. Percuma saya jelaskan panjang lebar, yang belum tentu beliau paham. Tapi saya tunjukkan bukti apa yang telah saya kerjakan,” kata Doni.

Buku “before-after” kegiatan penghijauan itu pun berputar dari satu tangan ke tangan yang lain. Dari satu pasang mata ke pasang mata peserta rapat yang lain. Termasuk ke tangan Victor Hartono. Dan setelah selesai melihat album foto itu, pimpinan rapat yang purnawirawan kolonel itu pun berkata tegas, “Kalau begitu, kita layak dan pantas bekerjasama dengan kolonel angkatan darat yang satu ini.”

Plong dan lega hati Doni Monardo. Dan hanya hitungan hari ke depan, pihak Djarum datang ke Bogor, ke kantor Doni Monardo. Mereka pun diajak ke Kebun Bibit Rancamaya. Kebun bibit yang sudah lama dirintis Doni.

Menurut Doni, lahan kebun bibit Rancamaya dipinjamkan oleh Kenneth Lian, sahabat Doni. “Boleh kami gunakan selama belum dimanfaatkan oleh Rancamaya Estate,” kenang Doni.

Delegasi Djarum menyaksikan hamparan bibit pohon trembesi dan sengon di lokasi tersebut. “Sayap kiri ada 40 ribu bibit trembesi, sayap kanan ada 40 ribu bibit sengon,” katanya.

Sejak itu pula, Doni (Peguyuban Budiasi) dan Djarum Foundation bergandeng tangan melakukan penanaman trembesi di berbagai daerah, mulai dari Jalur Pantura Jawa, sekitar bandara Lombok NTB, bandara Kualanamu Medan, dan masih banyak daerah lain, termasuk jalur by pass Padang.

“Saya bangga dengan Djarum. Prinsipnya sama dengan prinsip saya. Tidak pernah menghitung berapa jumlah pohon yang ditanam. Yang kami catat adalah berapa jumlah pohon yang tumbuh subur. Jadi waktu saya tawarkan program penanaman pohon di Padang ke pak Yan, secara bergurau beliau bilang, ‘kalau pak Doni yang minta, kami tidak bisa menolak,” ujarnya sambil tertawa dan disusul tepuk tangan hadirin.

Tahun 2018, saat Doni mengajak Djarum menghijaukan jalur by pass Padang, posisinya sebagai sesjen wantanas.

“Proses penanamannya, banyak dibantu oleh para prajurit Korem Padang. Dan perawatannya selama empat tahun lebih, dilakukan dengan sangat baik oleh Djarum, sehingga hasilnya bisa kita saksikan hari ini,” kata Kepala BNPB 2019 – 2021 yang kini duduk sebagai komisaris utama BUMN MIND ID itu.

Sebenarnya jika ditarik mundur, interaksi Doni terkait penghijauan dengan kampung halamannya sudah dimulai sejak tahun 2008. Kala itu Doni menjabat Dan Brigif Kariango. Saat yang sama adik leftingnya sama sama korps baret merah, Letkol Yan Pun Pulung putra Tana Toraja sedang menjabat sebagai Kasrem Padang.

Yan Pulung datang menemuinya di Kariango dan meminta biji trembesi berikut poly bagnya. Doni menyerahkan 200 ribu biji trembesi, lalu diangkut ke Padang. Yan Pulung kemudian melakukan persemaian di halaman belakang rumah dinas Kasrem. Setelah proses pembibitan mekar, mereka kemudian menaman trembesi di sejumlah titik di kota Padang. Hari ini inisiatif Yan Pulung itu sudah ikut meneduhi kota Padang.

Serap Gas

Doni juga memuji Djarum yang cerdas dalam memilih jenis pohon trembesi untuk penghijauan. Menurut Dr. Ir. H. Endes N. Dahlan, Dosen Fakultas Kehutanan Institut Peranian Bogor, trembesi memiliki daya serap gas CO2 yang sangat tinggi. Satu batang pohon Trembesi mampu menyerap 28,5 ton gas CO2 setiap tahunnya (diameter tajuk 15m). Selain itu pohon trembesi juga mampu menurunkan konsentrasi gas secara efektif.

Vice President Director Djarum Foundation FX Supanji mengilas secara ringkas perjalanan Djarum Foundation dalam kegiatan penghijauan di seluruh wilayah Indonesia.

Sejak tahun 2010, Djarum memiliki program penanaman trembesi di sepanjang jalan protokol pantura. Dari Kudus ke barat hingga Merak. Dari Kudus ke timur hingga Banyuwangi. Total panjang jalan yang ditanami sejauh 1.350 km. “Tidak hanya menanam, tapi juga merawat dan memastikan pohon tumbuh dengan subur,” katanya.

Lalu kegiatan itu berlanjut tahun 2015, tahun 2018 dan hingga sekarang. Wilayah lain yang telah ditanami trembesi Djarum antara lain lingkar Madura, sekitar bandara Lombok, bandara Kualanamu, kawasan Joglosemar (Jogja – Solo – Semarang), dan lain-lain.

Saat ini pun sudah dimulai program penanaman trembesi di jalur tol Trans Sumatera sepanjang 2.800 km. “Penanamannya sudah dimulai dari Lampung. Harapannya, begitu pembangunan tol Trans Sumatera rampung, sudah tampak hijau dan rimbun karena tembesi di kiri-kanannya. Selain membuat pemandangan jadi indah, juga bisa membuat teduh para pelintas Trans Sumatera,” kata Supanji.

“Semoga ini menginspirasi setiap manusia di bumi, untuk ikut menjaga lingkungan dengan menanam dan merawat pohon,” tambahnya.

Larangan Menebang Pohon

Di tempat yang sama, Gubernur Sumatera Barat H. Mahyeldi Ansharullah, S.P. gelar Datuak Marajo, mengaku baru mendapat jawaban atas pertanyaan sekian tahun lalu. “Tadi dikatakan, tahun 2018 dimulai penanaman pohon. Waktu itu saya walikota. Sempat bertanya, siapa ini yang menggali lubang di sepanjang jalan by pass dan menanami pohon? Hari ini saya baru mendapat jawabannya. Ternyata ini program sosial Djarum dan Budiasi,” kata Mahyeldi.

Gubernur juga menyampaikan, saat ini di wilayah Sumatera Barat, orang tidak boleh sembarangan menebang pohon. Sudah diatur Peraturan Daerah. Penebang pohon tanpa izin, bisa dipidanakan. (*)

Catatan Egy Massadiah