MAKASSAR, UJUNGJARI–Buku-buku yang laku keras di pasaran (best seller) bukan hanya karena penulisnya yang hebat, melainkan karena di belakangnya ada editor yang yang baik. Penulis yang hebat tidak dapat bekerja dengan baik tanpa editor yang hebat.
Begitu pun di dunia jurnalistik. Tidak ada reporter yang dapat bekerja dengan baik tanpa redaktur yang baik. Reporter yang hebat tidak dapat bekerja dengan baik, tanpa redaktur yang hebat.
“Di balik berita yang bagus, ada redaktur yang hebat,” kata wartawan senior, Asnawin Aminuddin, saat membawakan materi ‘Penulisan Berita dan Penyuntingan Naskah’ pada Pelatihan Jurnalistik dan Multimedia yang dilaksanakan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK), Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, di Gedung FKIK Unismuh Makassar, Ahad, 29 Desember 2023.
Naskah berita yang ditulis reporter sebaiknya diedit oleh redaktur agar beritanya benar, tidak ada salah eja atau salah ketik, akurat, kalimatnya terstruktur, sehingga beritanya menarik dan enak dibaca atau didengar, serta mudah dipahami.
“Orang yang melakukan editing atau mengedit naskah berita disebut sebagai editor. Di media cetak, pekerjaan editor dilakukan oleh redaktur. Ada juga yang menggunakan istilah Kepala Desk. Redaktur biasanya adalah wartawan yang telah melalui proses yang cukup lama sebagai reporter atau wartawan lapangan,” kata Asnawin.
Di media massa cetak harian, jabatan redaktur antara lain dibagi menjadi Redaktur Olahraga, Redaktur Ekonomi dan Bisnis, Redaktur Humaniora (pendidikan, kesehatan, sosial, keagamaan), Redaktur Hiburan, Redaktur Hukum dan Kriminal, serta Redaktur Politik dan Pemerintahan.
Asnawin yang pemegang sertifikat Pelatih Nasional Wartawan PWI, mengatakan, secara etimologis, redaktur berasal dari bahasa Belanda, redacteur, yang secara umum artinya seseorang yang bertugas melakukan penyuntingan, yaitu memberi judul, memperbaiki kesalahan ejaan, tanda baca, diksi, serta keterpaduan antar-paragraf, dari naskah berita yang telah ditulis dan dikirimkan oleh reporter.
Mengedit naskah berita atau editing, lanjutnya, membutuhkan inteligensia, empati, fleksibilitas, kepercayaan diri, kemauan untuk bereksperimen, ketajaman, ketelitian, dan kesabaran guna membantu reporter / penulis dalam mencapai tujuannya.
“Editing atau penyuntingan adalah pekerjaan intelektual dan teknis. Intelektual karena ia membutuhkan wawasan memadai untuk validasi fakta dalam sebuah naskah. Teknis karena ia membutuhkan kecermatan dalam pilihan kata, kalimat, dan tanda baca. Dengan intelektualitas dan kemampuan teknis, editor menjadikan sebuah naskah menjadi hebat, layak siar, layak muat, enak dibaca, serta mudah dicerna pembaca,” kata Asnawin.
Pelatihan bertema “Jurnalistik Muda Dalam Menjawab Tantangan Era Digitalisasi”, diikuti puluhan peserta yang terdiri atas mahasiswa FKIK Unismuh Makassar dan dilaksanakan selama dua hari, yakni Sabtu dan Ahad, 28-29 Januari 2023.
Materi yang diberikan kepada peserta dalam pelatihan ini antara lain Pengantar Jurnalistik, Perencanaan Peliputan dan Teknik Wawancara, Fotografi Jurnalistik, Jurnalisme Online dan Media Sosial, Teknik Dasar Videografi, serta Penulisan Berita dan Penyuntingan Naskah.
Pelatihan dibuka oleh Wakil Dekan III FKIK Unismuh dr Asdar SpB, dan dihadiri Ketua Panitia dr Dzar Fadli El Furqan, dan Sekretaris Panitia dr Ikhsan Mursad. (*)