MAKASSAR,UJUNGJARI.COM–Mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah Sulsel 2006-2010 Abdul Rachmat Noer mengharapkan Musyawarah Wilayah Muhammadiyah ke-40 di Enrekang akan melahirkan wajah baru kepimpinan Muhammadiyah Sulsel periode 2023 – 2028.
Rachmat mengatakan Muhammadiyah itu adalah organisasi kader, semua organisasi otonominya (Ortom) secara rutin melakukan pengkaderan. Mulai dari Ortom IPM, IMM, Nasyiyatul Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah dan Ortom yang lainnya rutin melaksanakan pengkaderan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Oleh karenanya Muhammadiyah memilik stock kader yang berlimpah untuk menduduki setiap jenjang kepemimpinan, mulai dari tingkat ranting, cabang, daerah apalagi di tingkat wilayah.
Hal tersebut diungkapkan Abdul Rachmat Noer saat menjadi pembicara Dialog Pra Musywil Muhammadiyah ke 40 bertemakan Sirkulasi Elit Muhammadiyah Sulsel: Antara Pro Perubahan dan Status Quo di Ruang Rapat Lantai 9 Kantor DPRD Sulsel, Sabtu (28/01).
Hadir sebagai pembicara Dr Syarifuddin Jurdi, Dr Wahyuddin Halim dan Wakil Ketua Muhammadiyah Sulsel Dr Syaeful Saleh. Bertindak sebagai moderator dosen Unismuh Makassar, Dr Andi Luhur Prianto.
Pendapat yang sama diungkapkan Syarifuddin Jurdi dan Wahyuddin Halim. Keduanya sependapat lahirnya sirkulasi kepemimpinan kepemimpinan Muhammadiyah melalui Musywil Muhammadiyah ke 40 di Enrekang yang akan digelar 3-5 Maret 2023.
Bahkan Syarifuddin Jurdi menilai wacana transformasi kepemimpinan sudah mulai kencang sejak 2 dasawarsa terakhir. Tapi faktanya perubahan yang diharapkan sampai saat ini hanya sebatas wacana, ujar Komisioner KPU Sulsel.
Menurut Rachmat, lambatnya sirkulasi kepemimpinan atau transformasi kader di tubuh Muhammadiyah Sulsel disebabkan banyak faktor.
Untuk menjawab masalah tersebut, Rachmat berharap komposisi pengurus Muhammadiyah Sulsel nanti didominasi wajah baru, darah segar kader yang akan menjadi motor penggerak organisasi, papar Rachmat Ketua Korwil Forum Keluarga Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (FOKAL IMM) Sulsel.
Idealnya dari 13 pimpinan yang akan dipilih musyawirin, 75 persen wajah baru dan 30% wajah lama. Atau jika dihitung angka absolut, 10 orang wajah baru dan 3 orang wajah lama.
Kolaborasi antara keduanya akan memberi energi baru untuk menggerakkan organisasi dalam menjalankan misi dakwah amar ma’ruf nahi mungkar di era disrupsi kehidupan saat ini, tegas Rachmat.
Baik Rachmat maupun Wahyuddin Halim dan Syarifuddin mengingatkan agar rangkap jabatan pimpinan dengan amal usaha sebaiknya dihindari untuk efektivitas organisasi.
“Di Muhammadiyah itu banyak kader yang berkualitas, punya kompetensi untuk menjadi pimpinan. Sebaiknya dihindari rangkap jabatan untuk memberi kesempatan kepada kader yang lain memimpin persyerikatan,” kata Wahyuddin. (bur)