GOWA, UJUNGJARI.COM — Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kabupaten Gowa makin menjamur. Hingga kini tercatat 57 ribu UMKM dengan produksi berbagai jenis.
Bertumbuhnya UMKM ini hingga di pelosok kampung terpencil membuat jajaran Dinas Koperasi dan UKM Gowa gencar melakukan pembinaan dan pendampingan agar para pelaku usaha mampu bersaing kualitas di pasaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal itu dikatakan Kadis Koperasi dan UKM Gowa Mahmuddin disela pengukuhan Poklahsar (Kelompok Pengolah dan Pemasaran Ikan) Lontara Jaya oleh Kadis Perikanan Gowa Marsuki di Kelurahan Pangkabinanga, Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, Selasa (17/1) kemarin.
Dalam kegiatan yang turut dihadiri Lurah Pangkabinanga Maknun ini, Mahmuddin mengharapkan UMKM dapat naik kelas. Tentunya harus mengelola usahanya dengan berbasis digital dan modern.
“UMKM harus go digital dan go modern serta go global. Karena itu perlu dilakukan pendampingan intensif guna peningkatan kapasitasnya. UMKM juga perlu peralatan yang memadai sehingga kualitas dan kuantitas meningkat secara kontinyu,” kata Mahmuddin.
Diakuinya, saat ini di Gowa UMKM yang ada sebanyak 57 ribu dengan berbagai jenis usaha. Dari 57 ribu ini tidak semuanya aktif. Ada yang rutin berproduksi ada juga yang mandek lantaran tidak mampu bersaing dari berbagai sisi seperti kualitas produk, kemasan dan lainnya.
Karena itu, Mahmuddin pun mengimbau para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya secara kolaborasi sehingga produknya terkemas modern dan naik kelas.
Terpisah, Asriani selaku Ketua Local Product Creativity Assosiation (LPCA) Gowa yang merupakan penggiat terlaksananya Poklahsar ini, kepada BKM mengatakan peningkatan produksi usaha para UMKM yang tergabung di LPCA ini tidak lepas dari peran serta pemerintah melalui dinas-dinas terkait.
Salah satu dukungan pemerintah dalam pengembangan usaha adalah melalui pelatihan-pelatihan yang digelar untuk para UMKM agar para pelaku usaha dapat meningkatkan produktifitas dan daya saing di pasaran khususnya pada pengurusan legalitas usaha dan bantuan peralatan.
“Saat ini LPCA memiliki anggota sebanyak 20 UMKM dari berbagai kecamatan dengan produksi berbeda-beda. Ada yang usaha madu, abon tuna, sambel, bakso, markisa olahan, minuman sarabba baii kemasan cair maupun bubuk, jagung goreng, kripik pisang, kopi, bakpia markisa dan masih banyak lagi yang memang bersumber dari kearifan lokal. Ada juga usaha kerajinan souvenir dari bunga pinus, anyaman bambu dan lainnya, ” jelas Asriani.
Diakuinya hingga kini produk-produk hasil produksi anggota LPCA sudah banyak menembus pasar luar bahkan hingga ke mancanegara seperti Brunai, Kualalumpur Inggris dan Saudi Arabia.
Yang jelas kata Asriani, satu hal yang ditanamkan di kelompoknya ini adalah kolaborasi ekonomi bangkit. Menurut Asriani kegiatan LPCA sekarang ini bukan saja berorientasi produksi saja tapi juga mengembangkan usaha melalui pembentukan koperasi LPCA. Sasaran utamanya tidak lain agar anggota Asosiasi LPCA ini bisa berkembang lebih baik untuk kesejahteraan anggota.
Salah satu anggota Asosiasi LPCA yakni Ratnasari yang usahanya bergerak pada bidang kuliner makanan olahan Bakpia Markisa mengaku sangt bersyukur bisa teradopsi dalam LPCA. Setidaknya bagi Ratnasari usaha makanan kering yang digelutinya bertambah eksis di pemasaran.
Bergabung di asosiasi LPCA ini baginya merupakan salah satu kolaborasi dalam mengembangkan usaha rumahan yang baru digelutinya setahun ini. “Alhamdulillah berkat kolaborasi itu, produk bakpia markisa saya juga sudah menyasar pasar luar Sulawesi hingga ke beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, NTT, Bogor, Kalimantan, Makassar, ” urai Ratnasari.-