GOWA, UJUNGJARI.COM — Terjadinya bencana dan cuaca ekstrem di Kabupaten Gowa memang harus dilakukan penanganan secara kolaborasi yang intens. Penanganan terpadu dan kolaboratif itu jelas akan menghasilkan hasil yang lebih baik daripada tidak sama sekali.
Hal ini menjadi sumbang saran pemikiran yang disampaikan Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan saat mengikuti Rakor Penanganan Darurat Bencana Hidrometeorologi di ruang rapat pimpinan kantor Gubernur Sulawesi Selatan, pada Senin (9/1) lalu.
Dalam rakor itu Adnan mengatakan, pencegahan bencana hidrometeorologi yang ada di berbagai daerah, utamanya di Kabupaten Gowa harus dimulai dari hulu. Karena sifatnya jangka panjang sehingga perlu dilakukan dengan berkolaborasi antar seluruh pihak.
“Kami, Pemerintah Kabupaten Gowa dalam hal ini tentunya siap untuk meningkatkan kolaborasi dalam penanganan bencana, ” kata Adnan.
Menurut Adnan, yang mengakibatkan terjadinya bencana akibat derasnya hujan di hulu yakni karena kondisi hutan saat ini yang tidak lagi mampu menampung air.
“Karena itu usulan saya, sebaiknya fokus kedepan adalah bagaimana melakukan perbaikan hutan. Perbaikan hutan di hulu penting dan tugas kita sama-sama memperbaiki hutan-hutan kita. Kenapa ? Karena kita tahu bahwa kewenangan wilayah hutan ini bukan berada di kabupaten. Tapi adalah kewenangan Kehutanan yang ada di pusat dan provinsi. Maka itu sebaiknya harus berkolaborasi atau bekerjasama untuk bisa memulihkan hulu kita, ” papar Adnan.
Dikatakannya, selama ini, Pemkab Gowa sendiri sudah melakukan upaya perbaikan hutan dengan melakukan penanaman puluhan ribu pohon di lokasi hutan kritis yang ada. Di mana penanaman pohon pada November 2022 lalu dilakukan dalam rangkaian Hari Jadi Gowa (HJG) ke-702 tahun dengan jumlah yang ditanam sebanyak 70.200 pohon.
“Ini komitmen kami mengembalikan fungsi hutan dengan menanam pohon pada lahan konservasi hutan kategori kritis di Kecamatan Tinggimoncong dan Tombolopao dengan penggunaan lahan sekitar 43 hektar. Dan Pemerintah Kabupaten Gowa tentunya siap untuk meningkatkan kolaborasi dalam penanganan bencana, ” jelas Bupati Gowa.
Adnan juga menyebutkan, sesuai arahan Kepala BNPB, paling terpenting adalah langkah yang akan diambil oleh para kepala daerah mulai tingkat provinsi hingga kabupaten kota yang harus tepat. Karena ketika ada bencana, kepala daerah otomatis menjadi satgas penanggulangannya. Sehingga ketika terjadi bencana kita semua sudah tahu tanggungjawab masing-masing.
Dikatakan Adnan, kolaborasi penanganan bencana ini sebenarnya cukup mudah untuk dijalankan. Sebab sudah ada peraturan yang menjabarkan tentang hal tersebut baik di tingkat pusat maupun daerah.
“Tanpa diperintah, tanpa disuruh sebenarnya tugas dan tanggung jawabnya sudah ada masing-masing sesuai dengan Perpres dan Surat Edaran yang diterbitkan oleh pemerintah. Tentang teknisnya di lapangan, kita di Kabupaten Gowa kolaborasi antar pemerintah, TNI, Polri dan seluruh elemen yang terlibat sudah sama-sama paham,” papar Adnan dihadapan forum rakor tersebut.
Sementara Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menyebutkan bahwa kini Provinsi Sulawesi Selatan dapat menggunakan teknologi modifikasi cuaca guna mengantisipasi cuaca ekstrem. Teknologi ini diyakini mampu mengurangi intensitas hujan.
“Modifikasi ini sudah dilakukan pada saat mudik Nataru di DKI, Jabar, Jateng dan Banten melalui penyemaian garam NaCL sebesar 67.300 Kg pada area padat mudik di Pulau Jawa. Ini terbukti bisa sedikit mengurangi curah hujan yang turun,” katanya.
Suharyanto juga menekankan agar pemerintah daerah melakukan evaluasi dan kolaborasi terhadap upaya penanggulangan bencana agar tidak terjadi lagi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.-