MALANG, UJUNGJARI.COM– Pangdam V/Brawijaya, Mayjen TNI Farid Makruf, MA, didampingi PJU Kodam V/Brawijaya melakukan kunjungan kerja ke Museum Brawijaya yang terletak di jalan Ijen Nomor 25 A, Gading Kasri, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur.

Dalam kunjungannya tersebut, Pangdam V/Brawijaya disuguhi ratusan barang bersejarah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mulai dari buku, dokumen, kendaraan, pakaian, dan senjata-senjata tua dari zaman perang kemerdekaan, baik dari hasil rampasan Belanda, Jepang maupun buatan dalam negeri.

Museum Brawijaya dibangun pada tahun 1967 atas gagasan Pangdam V/Brawijaya (1959-1962) Brigjen TNI (Purn) Soerachman.

Museum yang dibangun diatas lahan seluas 10.500 meter persegi tersebut berhasil diresmikan oleh Kolonel Pur Dr Soewondo berkat kerjasama dengan pemerintah daerah Malang pada 4 Mei 1968.

Pembangunan museum tersebut bertujuan agar masyarakat tidak melupakan jasa para pahlawan yang telah berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan.

Setibanya di Museum Brawijaya, Mayjen TNI Farid Makruf melihat beberapa benda koleksi, seperti Tank buatan Jepang yang merupakan hasil rampasan arek Suroboyo dan pernah digunakan dalam perang 10 November 1945 melawan sekutu.

Senjata Penangkis Serangan Udara (PSU), Meriam Si Buang, meriam ini pernah digunakan dalam pertempuran sengit yang berlangsung hampir 6 jam yang menggugurkan seorang prajurit TKR bernama Kopral Buang.

Untuk mengenanag jasa prajurit tersebut Meriam ini dinamakan sebagai Meriam Buang.

Ada juga Tank Amfibi AM, Patung Jenderal Sudirman, yang menjadi simbol perjuangan untuk bangsa Indonesia.

Sementara di ruang Lobi, terdapat dua relief dan lambang-lambang kodam IndonesiaDi ruang lobi juga terdapat mobil sedan antic buatan parik De Soto USA yang digunakan kolonel Seongkono sebagai kendaraan dinas jabatan pada saat menjabat Panglima Divisi IV Narotama dan Panglima Divisi Brawijaya (Divisi Jatim) tahun 1948-1950 di Jawa Timur.

Di ruang koleksi, Pangdam V/Brawijaya disuguhkan beberapa koleksi benda-benda dari tahun 1945 sampai 1949.

Di antaranya, foto-foto Panglima Kodam Di Jawa Timur, Lukisan pakaian seragam PETA, HEIHO, dan pejuang, Burung merpati yang diawetkan digunakan sebagai kurir pembawa pesan, pedang samurai, furniture meja kursi yang pernah digunakan untuk, senjata-senjata hasil rampasan dan masih banyak lagi koleksi lainnya.

Sedangkan di ruang Koleksi II, memamerkan benda-benda koleksi dari tahun 1950-1976 seperti. Peta kota Malang, Meriam dan bejana besi, ratusan keris, komputer pertama yang digunakan oleh Kodam VIII/Brawijaya, dan banyak lagi koleksi lainnya.

Yang tak kalah menarik adalah adanya 300-an koleksi keris milik Pangdam V Brawijaya (1995-1997), Mayjen TNI (Purn) Imam Utomo. Ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Jatim 1998-2008.

“Keris sebelumnya dititipkan di Museum Mpu Tantular Sidoarjo. Kemudian pengambilan keris melalui biro khusus di museum dan untuk jumlahnya diperkirakan mencapai 300-an keris,” jelas pemandu Museum Brawijaya, MA Tabin.

Usai berkeliling, Mayjen TNI Farid Makruf tiba-tiba teringat dengan senjata Tadulako saat melihat beberapa keris yang terpampang di etalase.

“Ini senjata Tadulako,” ujar Mayjen TNI Farid Makruf.

Konon, Mayjen TNI Farid makruf pernah membangun Museum Guma saat menjabat sebagai Danrem 132/Tadulako Provinsi Sulawesi Tengah.

Guma merupakan senjata tradisional yang dulunya digunakan para pejuang tanah air di Sulawesi Tengah. Selain itu, Farid Makruf juga pernah menggelar pameran senjata khas Sulawesi tengah di Makorem 132/Tadulako. (RS)