JAKARTA, UJUNGJARI.COM– Diskusi Kolaboratif dan Deklarasi Nasional Gerakan Guru Bergerak Menulis Satu Buku Indonesia berlangsung hangat, Jumat (9/12) malam.
Diskusi yang melibatkan beberapa tokoh literasi, pakar pendidikan, dan budayawan sebagai narasumber ini diakhiri dengan pencanangan atau deklarasi nasional Gerakan Guru Bergerak Menulis Satu Buku Indonesia.
Puluhan peserta diskusi dari berbagai kota di Tanah Air melalui zoom, sangat antusias mengikuti pemaparan para narasumber. Peserta didominasi guru, pustakawan dan pegiat literasi dari berbagsi daerah di Indonesia.
Penggagas Gerakan Nasional Guru Bergerak Menulis Satu Buku untuk Indonesia adalah HM Amir Uskara, anggota DPR RI dan Bachtiar Adnan Kusuma, tokoh literasi dan perrbukuan nasional.
Bachtiar juga sekaligus deklarator Gerakan Nasional Guru Bergerak Menulis Satu Buku untuk Indonesia.
Tokoh lainnya adalah Adrinal Tanjung (Founder Satu Birokrat Buku Satu), Dr Siti Hikmawatty, (tokoh perempuan nasional), Fientje Stella Watak (Sekjend FPSMI), Sry Eka Handayani (tokoh literasi Sumbar), dan Yudhistira Sukatanya (budayawan).
Selain itu juga ada Ismail Suardi Wekke, Ph.D.(Akademisi), Mu Rusli Nur (Pegiat Literasi Sulawesi Barat), dan Deni Kurniawan( Guru dan pegiat Literasi Jabar).
Diskusi dan deklarasi ini dipandu akademisi Ismail Suwardi Wekke, Ph.D.
Para narasumber yang sekaligus jadi deklarator mendukung penuh gagasan Dr Amir Uskara dan Bachtiar Adnan Kusuma ini.
Menurut Bachtiar Adnan Kusuma yang jadi pemantik diskusi, gagasan gerakan nasional ini muncul karena gurulah yang paling paham bahan bacaan yang dibutuhkan siswa dan sekolah.
Karena itu, sangat penting mendorong para guru agar menulis buku untuk menambah khazanah bahan bacaan di perpustakaan sekolah.
Namun, butuh intervensi pemerintah pusat hingga daerah dan kolaborasi para pemangku kepentingan untuk suksesnya gerakan nasional ini.
Salah seorang narasumber, Fientje Stella Watak mengatakan, di era modern ini, buku dalam wujud fisik tetap dibutuhkan.
Sebab, terdapat perbedaan rasa ketika membaca sambil menyentuh bukunya dibandingkan membaca melalui e-Library.
Fientje menambahkan, di Indonesia ada jutaan orang yang berprofesi guru. Jika mampu menulis buku, maka guru-guru ini merupakan potensi luar biasa untuk memenuhi kebutuhan buku yang diperlukan siswa.
Karena itu, kata Fientje, deklarasi nasional ini merupakan oase bagi para pegiat literasi untuk ikut berperan mendorong para guru menulis buku.
Sedangkan Sry Eka Handayani mengatakan, untuk menulis buku, butuh motivasi dan tekad yang kuat agar tidak goyah.
Seperti narasumber dan deklarator lainnya, Sry Eka juga mendukung penuh gerakan nasional satu guru satu buku ini.
Namun, ia mengingatkan para guru jangan hanya menulis buku karena kepentingan untuk kredit atau naik pangkat. (rl)