GOWA, UJUNGJARI.COM — Berbagai kondisi dalam kehidupan bermasyarakat cenderung memicu terjadinya konflik. Sekecil apapun konflik itu, terkadang bisa meluas.

Tatanan kehidupan di Indonesia kerap diterpa konflik, bukan hanya di lingkup terkecil rumahtangga tapi juga lingkup perkantoran, politik dan lingkungan masyarakat. Rerata pemicunya adalah karena antar agama, antar suku, ras termasuk perbedaan sikap antar individu. Karena itu untuk mencegah munculnya konflik sosial, maka jajaran Mabes Angkatan Darat (AD) melakukan Pembinaan Komunikasi Cegah Konflik Sosial secara menyeluruh di tanah air.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kegiatan Pembinaan Komunikasi Cegah Konflik Sosial ini dilakukan Mabes AD dengan mengutus Letkol Inf Eko Syah Putra Siregar selaku Ketua Tim Sintelad Mabes AD. Upaya Binkom Cegah Konflik Sosial ini seperti dilakukan di mako Kodim 1409 Gowa, Rabu (16/11) pada pukul 10.00 Wita.

Kegiatan Binkom ini dihadiri Kajari Gowa Yeni Andriani, Kepala Bakesbang Gowa Mappasomba, perwakilan Polres Gowa, Ketua MUI KH Abubakar Paka, Ketua Bawaslu Gowa Samsuar Saleh, Ketua KPU Gowa Muhtar Muis, para perwakilan ormas, OKP, LSM dan media.

Dalam kesempatan itu Dandim 1409 Gowa Letkol Inf Muh Isnaeni Natsir mengatakan Binkom ini bertujuan untuk membantu Pemkab Gowa guna mencegah konflik sosial di masyarakat. Apalagi Kabupaten Gowa dikenal sebagai salah satu wilayah yang rawan konflik, baik vertikal maupun horizontal.

“Kita berharap melalui kegiatan ini kita bisa mencegah potensi konflik. Kami mengajak seluruh komponen untuk aktif mencegah potensi konflik yang ada di Kabupaten Gowa, demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” ujar Letkol Inf Isnaeni.

Sementara itu Ketua Tim Sintelad Mabes AD Letkol Inf Eko Syah Putra Siregar menjelaskan apa itu Binkom Cegah Konflik Sosial yang selama ini dilakukan Mabes AD ke seluruh pelosok negeri. Dikatakan Letkol Inf Eko, Binkom ini dilakukan sebagai upaya menginisiasi dan menggugah kesadaran komponen bangsa ditengah maraknya era gadget untuk saling berkomunikasi dengan baik.

Diakuinya, zaman ini adalah zaman perkembangan teknologi, komunikasi dan informasi yang cukup tinggi. Sekarang budaya komunikasi antar manusia lebih dominan pakai gadget. Kemajuan teknologi, komunikasi dan informasi ini tentunya berkontribusi besar terhadap potensi timbulnya konflik.

” Kemudahan mengakses informasi dan berkomunikasi dengan sarana komunikasi, seperti gadget dan juga media sosial mengikis budaya tatap muka. Padahal, teknologi dan informasi yang dilakukan melalui sarana tersebut terkadang tak mampu menemukan sumber dan inti konflik karena salah pengertian,” kata Letkol Inf Eko.

Dikatakannya, agar konflik tidak mudah terjadi dan cepat dicegah, maka Mabes AD melalui Sintelad melakukan Binkom untuk mencegah konflik sosial di wilayah Indonesia, termasuk di Kabupaten Gowa.

Bagi Letkol Inf Eko, konflik adalah suatu keniscayaan, yang berarti merupakan hal yang pasti dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga Mabes AD menginisiasi kegiatan ini sebagai upaya preventif dan berharap menjadi agenda rutin yang dilaksanakan seluruh komponen.

“Di era teknologi ini, kita lebih cenderung bertegur sapa melalui ponsel atau medsos. Padahal secara psikologi, komunikasi tatap muka lebih punya arti. Ini menjadi salah satu alasan agar kegiatan tatap muka digalakkan sebagai upaya preventif agar konflik bisa dicegah, diminimalisir dan tak meluas. Penanganan konflik adalah rangkaian kegiatan yang sistematis pada sebelum, selama dan setelah konflik. Penanganan ini mencakup mencegah dan meredam potensi konflik. Termasuk pembangunan sistem peringatan dini,” paparnya.

Letkol Inf Eko pun mengingatkan bahwa saru dua tahun ke depan masyarakat Indonesia menyongsong Pemilu. Di situ ruang konflik terbuka lebar. Dalam konstalasi politik ini paling rentang.

“Kita harapkan upaya Binkom dan tatap muka seperti ini dilakukan secara kontinu, sehingga konflik bisa dicegah. Pengalaman Ambon dan Sampit, masih ada trauma, sakit hati dan curiga. Karena kepentingan segelintir orang tapi mengorbankan ribuan orang. Jangan sampai terjadi hal-hal demikian di wilayah kita. Olehnya preventif digalakkan dengan tatap muka dan tegur sapa,” kata Letkol Inf Eko.

Dalam kegiatan ini, dua narasumber dihadirkan yakni Kajari Gowa Yeni Andriani dan Kepala Bakesbangpol Gowa Mappasomba.

Kajari Yeni menjelaskan peran Kejaksaan dalam mencegah konflik sosial dilakukan berbagai cara antara lain mediasi damai. Di Sulsel, Kejaksaan Negeri Gowa paling banyak menyelesaikan konflik yang dominan kasus perselisihan antar keluarga dan antar orang per orang tanpa harus dibawa ke Pengadilan.

“Orang Gowa terlalu sensitif jika bicara agama atau keluarga. Kita semua satu rumpun. Hal ini terbukti dari seluruh kasus perselisihan yang Kejari tangani, mayoritas dipicu karena emosi, selain kriminal seperti kasus narkoba. Restorative Justice menjadi salah satu upaya mendamaikan pihak yang berselisih. Karena perdamaian itu adalah hal terindah,” sebut Yeni.

Sementara Kepala Bakesbangpol Mappasomba mencontohkan satu konflik agama yang terjadi di Gowa yakni maraknya aliran sesat yang melibatkan banyak orang atau pengikut.

Menurut Mappasomba, Pemkab Gowa melalui Bakesbangpol telah menangani kasus tersebut tentunya melibatkan Forkopimda hingga MUI serta Kementrian Agama Kabupaten Gowa. –