BARRU, UJUNGJARI— Kementerian Kesehatan RI menggelar talkshow tingkat nasional dalam rangka Hari Cuci Tangan Pakai Sabun( CTPS) se dunia. Dalam talkshow ini ikut diundang menjadi narasumber Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Barru drg Hj Hasnah Syam, MARS.

Istri Bupati Barru ini tampil sebagai salah satu pembicara diforum nasional yang diselenggarakan di Hotel Westin Jakarta, Senin (17/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Peringatan hari CTPS mengusung  tema “Bersatu Untuk Tangan Bersih dan Sehat” yang menghadirkan beberapa pembicara dari berbagai latarbelakang. Satu diantara narasumber itu yakni Hasnah Syam bersama pemateri lainnya seperti Niken Ketua PKK Magelang, Priska Ketua PKK Gowa dan Sonya dari Bandung Barat yang mengupas tuntas terkait Peran perempuan dalam menuntaskan CTPS dan 5 pilar dari Program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat( STBM).

Kelima pilar STBM yaitu tidak BAB sembarangan( stop BABS), mencuci tangan pakai sabun( CTPS), mengelolah air minum dan makanan rumah tangga yang aman, pengamanan sampah rumah tangga yang benar dan pengamanan limbah cair rumah tangga dengan aman.

Selain itu, dibutuhkan peran dari Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI) dalam membina sistem sanitasi lingkungan untuk percepatan SBS dan CTPS dalam pencegahan penyakit berbasis lingkungan dan stunting juga dibahas tuntas dalam peringatan ini.

Hasnah Syam yang juga Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi NasDem memaparkan bahwa, baginya Stunting sebagai salah satu masalah bangsa dan lebih senang menyebutkannya sebagai bencana nasional, agar supaya semangatnya lebih besar tentu mengundang keprihatinan semua pihak. 

“Termasuk saya, karena selain sebagai ketua Tim penggerak PKK juga terutama sebagai ibu yang tidak ingin melihat anak anaknya mengalami suatu kendala kesehatan apapun, ingin melihat anak anaknya tumbuh dengan baik, sehat dan berkualitas,” ungkap Hasnah.

Istri Bupati Barru ini menjelaskan, berdasarkan hasil Riskesdas Kabupaten Barru pada tahun 2018 stuntingnya berada pada angka 34,1 persen. Lebih tinggi dari data rata nasional saat itu 30,8 persen. Kemudian dengan melihat persoalan itu, pihaknya mulai berbenah untuk bagaimana dapat menurunkan Stunting yang salah satunya dengan melakukan percepatan kabupaten Barru ODF. 

“Diawal ODF ini berjalan dengan sangat lambat. Di tahun 2010 sudah mulai menghentak Sulsel dengan adanya satu desa yaitu desa Galung sebagai desa ODF. Dengan keberhasilan ini maka kabupaten Barru terutama untuk di Sulsel menjadi salah satu lokus kunjungan penerapan ODF di desa, dan ini tentunya membanggakan pada saat itu sebagai desa ODF pertama di Sulsel dengan salah satu sokongan dari program JICA, kerja sama pemerintah Jepang,” terangnya.

Tetapi sayangnya kata mantan Kadis Kesehatan Barru ini, sampai dengan  2018 hanya meningkat menjadi 3 desa saja dari 55 desa kelurahan se kabupaten Barru. Hal ini menguatkan tekad  untuk menggerakan ODF dengan lebih cepat.

“Lalu kami melalui TP PKK melakukan upaya turun kebawah menggerakkan semua stake holder untuk bergerak bersama dalam meng ODF kan kabupaten Barru dengan melalui gerakan pemicuan, sosialisasi pentingnya penggunaan jamban, serta yang paling berat adalah pengadaan jamban keluarga bagi keluarga keluarga tidak mampu, baik yang didanai melalui APBD kabupaten, dana desa dan yang paling berbeda dengan kabupaten lain adalah pelibatan BAZNAS untuk bantuan pengadaan jambannya,” jelas Hasnah.

“Dan Alhamdulillah dengan kerja secara bersama sama membuahkan hasil di akhir tahun 2019 kabupaten Barru di verifikasi provinsi Sulawesi Selatan dan dinyatakan telah menjadi kabupaten bebas buang air besar sembarangan. Dengan salah satu keberhasilan ini Alhamdulillah berdasarkan data SSGI tahun 2021 Stunting di kabupaten Barru turun menjadi 26,4 persen. Turun sebanyak 10,4 persen. Walaupun masih tetap lebih tinggi dari data rata nasional 24,4 persen tetapi telah lebih rendah dari provinsi Sulsel 27,4 persen,” imbuh Srikandi Nasdem ini.

Kemudian menurut Hasnah, dengan melihat keberhasilan pencapaian ODF ini, meningkatkan semangat kami untuk lebih banyak berbuat, dan kemudian mulai berpikir apalagi yang perlu kita lakukan untuk menurunkan Stunting.

Akhirnya selaras dengan program nasional yaitu menerapkan 5 pilar STBM dan melihat masih  banyak terjadinya diare pada balita, kemudian kami berupaya bagaimana mensosialisasikan secara luas pentingnya upaya cuci tangan pakai sabun dalam keluarga termasuk pengadaan sarana prasarana CTPS di tempat tempat umum, sekolah, sarana ibadah, dan perkantoran.

“Kami wajibkan semua sarana dimaksud memiliki tempat cuci tangan yang layak.

Upaya lain yang dilakukan adalah dengan sosialisasi yang salah satu caranya adalah membuat video praktek cuci tangan yang benar oleh pengurus TP PKK Kabupaten dan menyebarkannya di media sosial, baik facebook, Instagram, dan lain lain, serta membuat lomba lomba senam CTPS di masyarakat termasuk untuk lansia. Bahkan untuk senam CTPS bagi lansia ini kami me jadi juara 2 senam CTPS la sia tingkat provinsi Sulsel pada tahun 2020.

Semua upaya Ini dilakukan sejak akhir tahun 2018 sebenarnya,”ujarnya.

Namun upaya ini semakin dikuatkan dengan terjadinya covid 19, yang mana kita ketahui salah satu upaya pencegahannya dengan melakukan upaya cuci tangan pakai sabun sesering mungkin.

“Sehingga saya bisa mengatakan bahwa ditengah musibah selalu ada hikmah dimana hikmah yang bisa dipetik dari covid 19, salah satunya kesadaran masyarakat untuk senantiasa cuci tangan pakai sabun meningkatkan signifikan”, tandasnya.

Lebih jauh Hasnah mengungkapkan, ada salah satu inovasi yang dikembangkan di kabupaten Barru yaitu dengan membuat sarana cuci tangan pakai sabun secara mobile, sehingga bisa bergerak kemana saja ditempat tempat terjadinya perkumpulan atau kerumunan orang.

Ada yang menggunakan sepeda dan sepeda motor, yang keliling setiap saat, selain menginformasikan pentingnya cuci tangan juga menyiapkan sarana cuci tangan mobile di desa desa, kampung kampung, dan yang utama di acara acara kemasyarakatan misalnya ada pernikahan, aqiqah, dan lain lain kami bantu dengan adanya CTPS mobile ini. Sehingga tidak ada alasan masyarakat tidak cuci tangan karena di CTPS mobile ini lengkap dengan tangki air bersih dan sabun tentunya.

Untuk hasilnya, lanjut Anggota Komisi IX DPR RI ini. Semoga kasus stunting di kabupaten Barru dapat segera turun dan bisa mencapai 14 persen di tahun 2024. “Saya masih harap harap cemas sebenarnya saat ini karena kita tahu saat ini sementara berjalan SSGI tahun 2022 yang untuk kabupaten Barru berakhir di hari Jumat kemarin, tanggal 15 Oktober 2022. Berdasarkan analisis dan  pencatatan internal kami dari TP PKK yang juga turut turun mendampingi tim surveyor secara mandiri, semoga sudah bisa diangka dibawah 15 persen,” harapnya.

Rasa yakin ini bisa diraih selain dari upaya seluruh stake holder termasuk upaya menyebarluaskan CTPS juga memang ada inovasi yang dikembangkan langsung oleh TP PKK kabupaten Barru, pertama, gerakan ayo makan telur, one day one egg bagi seluruh baduta yang menderita Stunting, selama 60 hari berturut turut yang dijalankan pada bulan Juli sampai dengan September 2022 ini yang hasilnya signifikan mampu mengeluarkan 60 persen Balita Stunting menjadi tidak Stunting. 

Inovasi yang kedua yaitu duta parenting yaitu duta pemberdayaan remaja peduli Stunting yang dibentuk di semua sekolah menengah, sebanyak 82 sekolah menengah dan sederajat se Kabupaten Barru sebagai pendamping sebaya bagi remaja putri lainnya dalam upaya meminum tablet tambah darah serentak setiap hari Senin se kabupaten Barru.

“Syukur Alhamdulillah saat ini tidak dimulai proses belajar mengajar sebelum semua siswinya minum TTD dan anak anak duta parenting inilah aktif mendistribusikan dan memantau teman temannya apakah sudah minum atau belum dan melaporkannya kepada guru serta petugas kesehatan yang mendampingi,” pungkas Hasnah.( Udi)