MAKASSAR,UJUNGJARI.COM–Guna mengatasi dampak infodemi berupa sebaran hoaks vaksinasi Covid-19 yang menyesatkan publik dan mengganggu program vaksinasi, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) didukung Unicef melaksanakan penelitian bertema Social
Inoculation 2.0.

Kajian Social Inoculation untuk mencari model intervensi ini merupakan uji coba level internasional yang dilakukan di bagian Timur dan Barat dunia. Bagian Timur diwakili oleh Indonesia, yang selama ini dianggap salah satu leading dalam
gerakan anti hoaks berbasis komunitas. Hasil penelitian bukan saja bermanfaat untuk Indonesia sendiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Modelnya diharapkan dapat direplikasi di negara-negara lain. Itu sebabnya, tim Peneliti didampingi oleh para pakar infodemi dari WHO, CDC US, dan akademisi dari sejumlah universitas bereputasi internasional.

Dilangsungkan sejak April 2020, penelitian telah mencapai tahap final dan dipublikasikan dalam acara Diseminasi Pendekatan Inokulasi Sosial Terkait Pengelolaan Hoaks/Misinformasi Dalam Rangka Peningkatan Cakupan Vaksinasi
Covid-19 pada kalangan rentan.

Diseminasi berlangsung serempak di tiga kota yang menjadi lokasi ujicoba model intervensi, yaitu Medan, Bandung dan Makassar, pada Senin, 12 September 2022. Diseminasi menghadirkan para stakeholder terkait dengan isu infodemi dan cakupan vaksinasi khususnya pada kalangan rentan seperti warga lanjut usia (lansia), meliputi unsur Dinas Kesehatan,
Dinas Komunikasi dan Informatika, pegiat literasi, pegiat kesehatan, akademisi, hingga kepolisian.

Di Makassar, diseminasi berlangsung di hotel Almadera dengan narasumber dr Nursaidah (Dinas Kesehatan Kota Makassar), Nuril Hidayah (Tim Peneliti Program Social Inoculation Phase II MAFINDO), Surachman (Jenewa Institute), dan Sukmawat,
S.IP (Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar).

Santi Indra Astuti selaku Koordinator Riset Nasional Social Inoculation MAFINDO menyatakan, hingga kini hoaks vaksinasi masih mendominasi hoaks-hoaks bertema Covid-19. Penelusuran MAFINDO sepanjang Januari hingga Agustus 2022, terdapat 73 konten hoaks yang dilaporkan publik maupun yang dijumpai oleh para pemeriksa fakta MAFINDO.

“Porsi konten hoaks vaksinasi Covid-19 mencapai lebih dari 50%. Isinya sebagian besar mengulas KIPI atau kejadian ikutan pasca imunisasi, seperti hoaks tentang dampak vaksin booster, dampak vaksinasi Covid-19 pada anak, dan
mempermainkan kebijakan vaksinasi,” tutur Santi yang juga merupakan Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) Universitas Islam Bandung (Unisba) itu.

Penelitian Social Inoculation 2.0 menggunakan mix method approach yang menggabungkan beberapa teknik pengambilan data, seperti survey, wawancara, dan diskusi kelompok terarah (focus group discussion). Survey melibatkan 900 orang
responden dan berlangsung di 6 kota, yaitu Medan, Banda Aceh, Makassar, Kendari, Jakarta, dan Bandung.

Surachman selaku perwakilan Jenewa Institute yang mendampingi MAFINDO dalam survey memaparkan bahwa peningkatan wawasan/pengetahuan merupakan salah satu faktor utama untuk meningkatkan kesadaran terhadap risiko Covid-19, resiko tidak divaksinasi, serta resiko terhadap hoaks bertema Covid-19 dan vaksinasinya.

Selain itu, hasil pemetaan segmen masyarakat dalam lingkup penelitian mendapati bahwa lansia adalah pihak yang paling rentan dalam situasi ini. Di kalangan lansia, cakupan vaksinasi terdeteksi rendah, penerimaan terhadap vaksin rendah, sementara keragu-raguan terhadap vaksinasi sangat tinggi.

Di sisi lain, lansia juga terbatas akses informasi dan komunikasinya, juga terbatas kepemilikan gawai maupun cara menggunakannya. Akibatnya, mereka menjadi sasaran hoaks yang tersebar dari mulut ke mulut, percaya begitu saja tanpa memiliki motivasi maupun kemampuan untuk mengatasinya.

Dalam diseminasi, dipaparkan model intervensi yang diujicobakan sesuai temuan survey dan diskusi kelompok terarah, yaitu peer to peer consultation. Model ini memanfaatkan kader sebagai ujung tombak untuk menjangkau lansia.

“Di sini, kader ditingkatkan kapasitasnya sedemikian rupa sehingga mereka memiliki kemampuan untuk mencoba membantu lansia yang terbatas akses informasi sehingga mudah tertipu hoaks. Selain itu, memotivasi lansia agar mengubah persepsinya tentang vaksinasi Covid-19 sehingga bisa meningkatkan cakupan vaksinasi” Tutur Nuril Hidayah mewakili tim Peneliti MAFINDO.

Ujicoba model intervensi berlangsung selama 1 (satu) bulan di Bandung, Medan, dan Makassar, melibatkan 43 kader dan 416 lansia. Nuril Hidayah melaporkan, sepanjang masa intervensi, kader telah berhasil melaksanakan 74 edukasi mandiri yang menjangkau 777 khalayak di 3 kota.

Dari keseluruhan lansia yang dibina, lebih dari setengahnya mengalami perubahan baik dalam menyikapi isu vaksinasi, maupun dalam menumbuhkan awareness terhadap bahaya informasi menyesatkan. Intervensi di kalangan kader berhasil
meningkatkan self-efficacy (perasaan mampu melakukan perubahan), menambah kemampuan periksa fakta, berkomunikasi dengan lansia, sekaligus menguatkan motivasi untuk mengubah perilaku sasarannya.

Nuril Hidayah menambahkan alat bantu yang disiapkan untuk program ini ternyata juga bermanfaat bagi kader untuk menopang tugasnya di program-program lain. Di sinilah letaknya potensi keberlanjutan (sustainability) dari model intervensi peer to peer consultation dalam mengatasi gangguan hoaks apapun, ketika wabah terjadi.

Prof Veni Hadju selaku perwakilan Jenewa Madani Indonesia menyampaikan melalui penelitian yang dilakukan di 3 wilayah ini yaitu Medan, Bandung, dan Makassar kita ingin melihat dan melakukan intervensi terkait pola komunikasi di
masyarakat dalam melawan hoaks terutama hoaks kesehatan. Ada berbagai tools atau alat yang digunakan dan bekali kepada para masyarakat yang dilatih untuk melakukan edukasi anti hoaks di lingkungan sekitarnya.

Indrias Rosmeifinda perwakilan Unicef menambahkan “Kita tidak bisa memaksakan kehendak, karena perubahan perilaku itu butuh proses. Kerjasama dengan pihak pemerintah, selain menggandeng Diskominfo dan Dinas Kesehatan, tentu juga perlu melibatkan Dinas Pendidikan karena mereka yang memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan edukasi.”

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Makassar, dr Nursaidah Sirajuddin mengapresiasi riset yang dilakukan oleh
teman-teman Mafindo terkait dengan hoaks kesehatan ini. “Semoga dengan bantuan dari Mafindo ini dapat membantu kami di tingkatan bawah untuk mendorong masyarakat dalam melakukan vaksin dan tidak termakan oleh hoaks tentang vaksin ini,” katanya.

Sukmawat, analisis berita bidang komunikasi dan informatika Kota Makassar juga senang dan mendukung dengan adanya
program riset yang dilakukan oleh Mafindo ini dalam rangka melawan hoaks terutama tentang hoaks kesehatan.

“Dalam rangka melawan hoaks di media sosial kami juga telah membuat aplikasi ANRONG (Application Unification Real Time ON Government) yang memberikan pelayan informasi publik dari Pemerintah sehingga masyarakat tidak tertipu oleh hoaks di media sosial terutama terkait kota Makassar,” katanya. (rls)