Site icon Ujung Jari

Ruko Depan Kantor Lurah Tamalanrea Menuai Sorotan, Ruang Hijau Dijadikan Pelataran Parkir

MAKASSAR, UJUNGJARI.COM — Bangunan rumah tokoh (Ruko) yang berhadapan dengan kantor kelurahan Tamalanrea, sekitar 200 m dari pintu gerbang BTP menuai sorotan.

Dertan ruko tersebut disinyalir menggunakan lahan fasum atau jalur hijau sebagai pelataran parkir, bahkan menutup permanen saluran air (drainase) yang ada di loksai itu.

Andi Jasruddin (47) warga BTP mengatakan, bahwa deretan ruko depan kantor kelurahan Tamalanrea itu, melanggar, karena menggunakan jalur hijau sebagai lahan parkir. Parahnya lagi, mereka menutup permanen drainase.

“Ya, pelataran ruko depan kantor lurah Tamalanrea itu melanggar, harus ditindak tegas. Selain memanfaatkan fasum atau jalur hijau sebagai lahan parkir, mereka juga menutup permanen saluran air,” kata dia.

“Ada sekitar tujuh meter peruntukan taman atau jalur hijau di depan ruko. Tapi pemilik bangunan memanfaatkan sebagai pelataran parkir,” ujar Andi Jasruddin.

Mantan Lurah Tamalanrea, H Aminuddin Thalib, mengakui, deretan ruko depan kantor lurah Tamalanrea itu merupakan kawasan hijau atau taman.

“Kalau dilihat dari site plan-nya Perumnas, disitu ruang hijau atau taman. Mulai dari pintu gerbang BTP hingga ruko BRI, harusnya taman. Saya tidak tahu kalau ada oknum Perumnas merubah site plan-nya,” kata Aminuddin.

“Di depan ruko itu harusnya taman, ada juga saluran air disitu. Tapi mereka tutup semua dan dijadikan pelataran parkir,” kata Aminuddin.

Warga Ancam Demo

Warga BTP mengancam akan menggelar aksi demo, jika pemerintah tidak mengambil tindakan tegas atas penyerobotan fasum oleh oknum pengembang ruko.

“Kalau camat dan lurah tidak tegas, kami warga BTP akan demo, dan kami akan bawa persoalan ini ke ranah hukum. Sebab ini hak masyarakat, yang dirusak oleh oknum-oknum yang tak bertanggungjawab,” kata Andi Jasruddin.

“Sebentar malam, kami mau kumpulkan semua elemen warga BTP, kami akan menggelar demo mendesak pemerintah mengembalikan fasum di lokasi itu sesuai peruntukannya. Saya menilai, pemerintah maupun pihak perumnas terkesan ada pembiaran, padahal disitu jelas adalah fasum,” pungkasnya. (drw)

Exit mobile version