Catatan Egy Massadiah dari Halmahera

JADWAL boleh tertunda, tetapi agenda kegiatan tidak boleh berubah. Matahari sudah masuk peraduan. Sementara masih ada jadwal “meninjau areal tambang”. Bahkan rembulan belum menampakkan kecantikannya. Gerimis senja masih menyisakan basah tanah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Tidak apa. Kita tunda makan malamnya. Sekarang meninjau lokasi tambang dulu. Ada lampu kan?” kata Doni Monardo, Komisaris Utama PT MIND ID, saat berkunjung ke lokasi tambang emas PT Nusa Halmahera Minerals (NHM), di Gosowong, Pulau Halmahera, Maluku Utara, pertengahan Juli 2022.

Pulau Halmahera ada di timur Pulau Sulawesi. Sekilas, bentuk Pulau Halmahera mirip Sulawesi. Gosowong ada di Kabupaten Halmahera Utara. Di situlah letak lokasi tambang emas yang dikelola PT NHM berdasar Kontrak Karya bersama Pemerintah Indonesia yang ditandatangani tanggal 28 April 1997.

Mayoritas saham PT NHM dimiliki PT Indotan Halmahera Bangkit (75%) dan 25% sisanya dipunyai PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Sebelum ke Gosowong, rombongan Doni Monardo harus menunggu di bandara Sultan Babullah Ternate lebih dua jam. Padahal, dua unit helikopter PK-OC Airfast warna kuning sudah terparkir di ujung apron sisi kiri bandara.

Rombongan sedianya terbang ke Gosowong dari Sultan Babullah pukul 14.00 WIT.

Kondisi cuaca (angin kencang) jadi penghalang si chopper terbang. Di dunia aviasi, kecepatan angin menjadi pertimbangan utama. Jika angin berkecepatan di atas 34 knot, pesawat berbadan kecil tidak diizinkan terbang. Termasuk helikopter.

Alhasil, ketika kecepatan angin sudah memungkinkan, kru Airfast segera menginformasikan persiapan penerbangan.

Helikopter pertama berpenumpang antara lain Doni Monardo, Irjen Pol Purn Martuani Sormin (Komisaris MIND ID), Basar Simanjuntak (Direktur SDM PT Antam), Toto Nugroho Pranantyasto (Dirut Indonesia Battery Corporation (IBC), Anando Hendra Setiawan, (Direktur PT FENI HALTIM).

Jarak bandara Sultan Babullah Ternate ke Gosowong Halmahera Utara, kurang dari 100 km. Jarak itu disapu oleh capung Airfast kurang dari 30 menit. Dari helipad area tambang, Doni dan rombongan dijemput Kepala Teknik Tambang (KTT) PT NHM, Amirudin Hasyim dan para manajer.

Kodok Ngorek

Kisah kembali ke acara meninjau area tambang PT NHM, pasca tenggelamnya matahari. Mantan Danjen Kopassus 2014-2015 itu sempat membuat peserta rapat dengan jajaran direksi PT NHM saling pandang, setengah terbengong.

“Malam hari begini apa yang mau dilihat?” bisik seseorang, bernada heran.

Usai rapat Doni berkata, “Sekarang taruh barang-barang di kamar, setelah itu kita berkumpul di sini untuk memulai peninjauan.”

Beberapa unit kendaraan operasional tambang, jenis SUV 4×4 sudah siap. Mereka bergerak meninggalkan area “permukiman dan perkantoran” tambang menembus kegelapan malam. Titik yang dituju adalah lokasi tailing.

Tailing adalah kombinasi dari butiran halus (biasanya berukuran endapan dalam kisaran 0,001-0,6 mm). Bahan padat ini tersisa setelah logam mulia dan mineral telah diekstraksi dari bijih yang ditambang, bersama-sama dengan air yang digunakan dalam proses pemulihan. Di titik itu, Doni turun dan berjalan menjauh dari parkiran kendararan.

Kurang dari satu jam, rombongan kembali ke lokasi kedatangan pertama, tempat dilangsungkannya rapat dengan jajaran PT NHM. Di dalam ruang, telah terhidang aneka menu makan malam.

Setelah mengambil sesendok nasi dengan lauk ikan dan sayur, Doni tiba-tiba membuka pembicaraan, “Apakah tadi ada yang memperhatikan suara apa yang kita dengar di lokasi tailing?”

“Kodok ngorek…,” sahut beberapa orang bersamaan. Doni tertawa dan menyahut, “Benar. Jadi saya tidak perlu harus melihat kondisi tambang di siang hari, untuk mengetahui bahwa proses tambang di Gosowong ini sudah benar. Tidak ada limbah beracun atau bahan bekas tambang yang berbahaya. Kodok ngorek itu adalah bukti, bahwa ekosistem di lokasi tambang tadi terjaga dan telah pulih dengan baik.”

Mendengar itu, tampak beberapa orang berhenti menyuapkan sendok makan ke dalam mulut, dan melongo mendengar ucapan Doni Monardo. “Ditambah keterangan dari orang NHM, bahwa di lokasi tambang juga masih banyak ular, dan manajemen melarang siapa pun membunuh ular. Bahkan jika ketahuan, akan mendapatkan sanksi,” ujar Doni.

Hewan-hewan itu adalah indikator nyata tentang baik-buruknya sebuah ekosistem.

“Jika lokasi tailing tadi beracun atau mengandung limbah berbahaya, saya pastikan tidak akan ada kodok dan ular yang mendekat. Sama seperti air sungai. Kalau sudah tidak ada ikan, itu tandanya air sungai tadi mengandung limbah beracun. Pernah ada video pendek beredar, di sebuah daerah banyak jenis ikan sapu-sapu yang mati. Padahal ikan sapu sapu jenis yang tahan banting. Artinya ada limbah yang fatal di wilayah itu,” ujar Kepala BNPB 2019 – 2021 itu.

Akrab dengan Maluku

Lebih lanjut lulusan Akmil 1985 itu, mengatakan, dirinya sangat akrab dengan wilayah kepulauan Maluku dan Maluku Utara. Sebab, lebih dua tahun ia bertugas sebagai Panglima Kodam XVI/Pattimura (2015 – 2017).

Sejarah PT NHM berawal di tahun 1994 ketika Newcrest Mining Ltd., perusahaan pertambangan dari Australia dan PT Antam, membentuk usaha bersama untuk menemukan kandungan emas di Pulau Halmahera. Pada tahun yang sama, usaha gabungan tersebut berhasil mengolah kandungan emas di Gosowong.

Kemudian Newcrest dan Antam bersama-sama mendirikan PT Nusa Halmahera Minerals, yang berlanjut dengan ditandatanganinya Kontrak Karya Bersama Pemerintah Indonesia pada tanggal 28 April 1997. Produk emas pertama, dihasilkan dari tambang terbuka Gosowong di bulan Juli 1999.

Saat ini PT NHM mengelola wilayah kerja seluas 29.622 hektare di Halmahera Utara. Penambangan sistem tambang terbuka di Tambang Emas Gosowong telah berakhir.

Saat ini pola kegiatan penambangannya dua unit. Yaitu Kencana dan Toguraci, dengan memadukan metoda penambangan bawah tanah, underhand/overhand cut & fill dan long-hole stoping.

Di awal tahun 2020, PT Indotan Halmahera Bangkit yang dipimpin Haji Robert Nitiyudo Wachjo, mengambil alih mayoritas kepemilikan saham PT NHM dari Newcrest Australia.

Dengan manajemen baru bersama Indotan, PT NHM semakin produktif. Kontribusinya aktif terhadap peningkatan pemberdayaan masyarakat, terutama warga yang berada di wilayah lingkar tambang.

“Karena itu, aksi demonstrasi masyararkat sejak tahun 2020 sudah relatif terkendali. Sebab, saya tahu pak Haji Robert orang yang sangat komit. Sebagai contoh, saat pandemi Covid-19, beliau sama sekali tidak melakukan pengurangan tenaga kerja, bahkan sama sekali tidak memotong hak-hak pekerja. Saya tahu persis, karena saya waktu itu menjabat Ketua Satgas Covid-19. Kontribusi beliau terhadap pengendalian pandemi luar biasa,” puji Doni kepada Haji Robert.

Sambil menikmati malam di pedalaman Gosowong, Doni Monardo melakukan dialog interaktif dengan jajaran manajemen PT NHM, PT Antam, dan anggota rombongan lain.

Doni tegas meminta anak-anak perusahaan MIND ID mencontoh manajemen tambang yang dijalankan Haji Robert, khususnya dalam mengelola limbah dan pelibatan/perhatian ke masyarakat sekitar.

Doni terkesan dengan motto yang diusung Haji Robert, yakni “menambang dengan hati”.

Tak heran jika para pekerja merasakan apa yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Mereka merasa “dimanusiakan”. Di saat pandemi, Haji Robert justru membagi-bagikan bonus.

Sentuhan hati Haji Robert juga dirasakan masyarakat lewat program “peduli 4 suku di lingkar tambang”. Empat suku yang dimaksud adalah: suku Pagu, Madole, Boeng, dan Towiliko.

Mereka memuji Haji Robert sebagai sosok yang sangat merawat budaya dan kearifan lokal. Jika tahun 2021 masing-masing suku dialokasikan dana CSR Rp 1 miliar, maka tahun 2022 naik 100 persen menjadi Rp 2 miliar.

Doni menyimpulkan, PT NHM tidak saja memberikan kesejahteraan kepada karyawan, tetapi juga peduli terhadap kesejahteraan masyarakat lingkar tambang. “Ini yang benar,” tegas Doni Monardo.

Jam menunjuk pukul 23.00 WIB, ketika Doni mengajak anggota rombongan beristirahat. Esok pagi, sudah siap agenda berikutnya, menuju Tanjung Buli. Melihat lokasi tambang lain, yang masih berada di bawah naungan PT MIND ID. (*)