ikut bergabung

Kisah Letjen Purn Doni, Pangkostrad Maruli dan Ketua Kadin Arsjad: Kolaborasi Sumur Bor di Pulau Timor


SUMUR BOR. Doni Monardo, Maruli dan Arsjad saat peresmian sumur bor di Desa Noelbaki, Kabupaten Kupang, NTT.

Nasional

Kisah Letjen Purn Doni, Pangkostrad Maruli dan Ketua Kadin Arsjad: Kolaborasi Sumur Bor di Pulau Timor

DESA Noelbaki, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur adalah satu di antara sekian desa di sana, yang kering-kerontang. Jangankan di musim kemarau, di musim hujan saja air susah didapat.

Tak heran jika masyarakat, termasuk ratusan pengungsi eks Timor Timur harus antre, bahkan berebut air setiap hari, dari satu sumber. Hal itu pula yang mengetuk “Bapak Air”, Letjen TNI Maruli Simanjuntak untuk menghadirkan air bersih di sana.

Alhasil, melalui kerjasama banyak pihak, terbangunlah 16 sumur bor bagi 1.674 rumah tangga atau 10.522 jiwa warga eks Timor Timur yang ada di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Titik-titik itu menggenapi sejumlah titik lain yang pernah dibangun oleh Maruli saat ia menjabat Pangdam IX/Udayana (2020–2022).

Bedanya, kali ini ia tidak melakukannya sendiri. Selepas Pangdam IX/Udayana, seperti kita tahu, Maruli promosi bintang tiga menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad). Perhatiannya pada program air bersih tetap dilanjutkan. Termasuk melanjutkan program yang ia canangkan saat masih menjabat Pangdam Udayana.

Termasuk pembangunan 16 sumur bor kali ini. Menurut Maruli, ke-16 sumur bor yang baru saja diresmikan, merupakan kolaborasi ide bersama Letjen TNI Doni Monardo dan Arsjad Rasjid dari Energy Group pada tahun 2021. Saat itu, tentu saja Maruli masih menjabat Pangdam IX/Udayana dan Doni Monardo masih menjabat Kepala BNPB. Pengerjaannya dilakukan oleh prajurit Kodam IX/Udayana mulai Desember 2021.

Baca Juga :   Jadi Menteri, Kekayaan Amran Sulaiman Menyusut Rp50 Miliar

Sebanyak 16 sumur bor itu tersebar di lima kabupaten di Pulau Timor, yaitu Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Malaka, dan Kabupaten Belu. Banyak warga eks Timor Timur menetap di daerah itu setelah memilih bergabung dengan Indonesia pasca-penentuan pendapat tahun 1999. Selama tinggal di tempat yang baru, mereka kesulitan mendapatkan air bersih.

Di Kabupaten Kupang, misalnya, pemerintah membangun perumahan bagi warga eks Timor Timur, tetapi tidak dilengkapi fasilitas air bersih. Mereka juga kesulitan membangun sumur bor dengan harga paling rendah Rp30 juta. Kondisi itu memaksa mereka meninggalkan tempat tersebut. Bahkan, ada sebagian yang memilih pulang kampung ke negara Timor Leste.

Di tempat terpisah, Doni Monardo lewat sambungan telepon mengatakan, krisis air bersih yang dialami warga eks Timor Timur dan masyarakat NTT menarik keprihatinannya. Daerah itu selalu mengalami krisis air bersih setiap tahun. Selain sumber air yang minim, musim hujan juga berlangsung singkat, yakni Desember hingga Maret.

dibaca : 59

Laman: 1 2



Komentar Anda

Berita lainnya Nasional

Populer Minggu ini

Arsip

To Top