MAKASSAR, UJUNGJARI.COM–Rektor Universitas Pancasakti (Unpacti) Makassar, Dr H Rusdin Nawi, bersama Wakil Rektor II, Nur Afni Syahnyb SE MM, dan Dekan Fisip, Drs Qamal MSi, menemani puluhan mahasiswa Unpacti berkunjung ke Balla Lompoa, Gowa, Senin, 30 Mei 2022.

Kunjungan tersebut merupakan rangkaian mata kuliah “Ilmu Sosial Budaya Dasar” yang diampu Rusdin Nawi dengan tujuan agar mahasiswa mengenali salah satu budaya local Sulawesi Selatan, yakni peninggalan budaya Kerajaan Gowa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Puluhan mahasiswa yang kami ajak berkunjung ke Balla Lompoa adalah mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar. Kami mengajak mereka ke Balla Lompoa agar mereka menyaksikan dari dekat peninggalan budaya Kerajaan Gowa, dan kami tugaskan mereka menulis dari hasil kunjungannya ke Balla Lompoa ini,” tutur Rusdin Nawi.

Dalam kunjungan itu, rombongan mahasiswa Unpacti diterima oleh staf ahli yang ditugaskan oleh Pemkab Gowa, yakni Jufri Daeng Pile, yang didampingi Amir Daeng Tarru.

Sebelum diterima dan mendapat penjelasan dari Jufri Daeng Pile, rombongan rektor dan mahasiswa Unpacti terlebih dahulu dipersilakan menyaksikan berbagai benda peninggalan Kerajaan Gowa, antara lain kursi raja, mahkota raja, pakaian kebesaran raja dan pembesar kerajaan, alat perang, serta Al-Qur’an tua yang sudah berusia ratusan tahun.

Rektor Unpacti dan Dekan Fisip, serta para mahasiswa juga menyempatkan diri berfoto di kursi raja dan di depan benda-benda peninggalan kerajaan yang sebagian besar tersimpan di dalam kaca.
Jufri Daeng Pile pada kesempatan itu menjelaskan sejarah Kerajaan Gowa, dan juga benda-benda peninggalan kerajaan yang ada di Balla Lompoa.

Raja Gowa yang pertama adalah seorang perempuan dengan sebutan Tumanurung Bainea. Sebagai Raja Gowa, Tumanurung Bainea diberi gelar Karaeng Sombaya Ri Gowa.

“Tumanurunga Bainea kemudian menikah dengan Karaeng Bayo yang merupakan raja di daerah Kabupaten Bantaeng sekarang, dan dari pernikahan itu lahir keturunan bernama Tamasalangga Baraya yang kemudian menjadi Raja Gowa kedua,” papar Jufri.

Pemerintahan Raja Gowa diperkuat oleh Raja Tallo yang berfungsi sebagai mangkubumi atau perdana menteri dengan sebutan Karaeng Tu Mabbicara Butta atau juru bicara Kerajaan Gowa.

Menjawab pertanyaan anggota rombonga, Jufri menjelaskan bahwa Raja Kesultanan Gowa-Tallo pertama yang memeluk agama Islam yaitu I Mangarangi Daeng Manrabbia (1593-1639).

“Setelah memeluk agama Islam, beliau kemudian diberi nama Sultan Alauddin. Sultan Alauddin inilah yang mengangkat Syekh Yusuf sebagai anak angkat dan kemudian menikahkah dengan salah seorang putrinya,” tutur Jufri.

Perjuangan melawan orang asing yang ingin menjajah Kerajaan Gowa-Tallo kemudian dilanjutkan oleh Raja Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape yang bergelar Sultan Hasanuddin.

“Sekarang ini sudah tiga orang dari Kerajaan Gowa-Tallo yang diangkat sebagai pahlawan nasional yaitu Sultan Hasanuddin, Syekh Yusuf, dan Karaeng Pattingalloang. Karaeng Pattingalloang adalah Raja Tallo yang berfungsi sebagai Perdana Menteri Kerajaan Gowa-Tallo,” jelas Jufri.

Setelah mendengarkan penjelasan dari Jufri Daeng Pile, Rektor Unpacti pun pamit dan sebelum meninggalkan Balla Lompoa, mereka menyempatkan diri foto bersama.(Din)