RAGAM kegiatan yang berlangsung sejak ramadhan hingga hari raya Idulfitri dilaksanakan oleh perkumpulan wija raja PERWIRA Lapatau Matanna Tikka.
Selain silaturahmi buka puasa, sahur bareng hingga puncaknya sehari setelah Lebaan Idulfitri kemarin.
Three in one atau tiga kegiatan dalam sehari sejak pagi hingga jelang malam. Focuss Group Discussion (FGD) penguatan lembaga adat di Bone, FGd geo park dan bedah buku catatan harian Puatta Arumpone Lapatau, dengan menghadirkan pembicara pakar guru besar dan ahli geologi setta sejarah.
Lantas siapakah sosok di balik sejumlah kegiatan positif tersebut? Tanpa mengesampingkan pengurus inti dari perkumpulan wija raja, tak berlebihan kiranya menyebut satu nama yang selalu aktif dengan sejumlah ide bahkan langsung action.
Dialah, Dr Andi Sapri Pamulu, PhD. Sejak kuliah di fakultas teknik Unhas, namanya memang selalu menjadi perbincangan.
Selain orangnya ramah, hampir semua kegiatan di kampus juga ia ikuti.
”Andi Sapri memang aktif di sejumlah organisasi seperti senat. Selain pastinya di teknik sebagai salah satu sosok sentral, di unit kegiatan lain pun aktif, misalnya di identitas,” ujar Andi Dahrul, salah seorang sahabat sekaligus kerabat Andi Sapri.
Kesukaan berkecimpung di organisasi sebenarnya sejak sekolah.”Sejak SMA, sa memang suka berorganisasi, hingga kuliah tetap asyik, Tapi kuliah tetap harus lancar,” ungkap Andi Sapri, suatu waktu kepada kerabatnya di sebuah hotel Makassar.
Lelaki jebolan universitas luar negeri setelah menyelesaikan strata satu di Unhas ini selalu tertarik dan konsen soal ada dan budaya.
”Kita tidak bisa lepas adat dna budaya. Silaturahmi dan tetap jaga adab dalam kehidupan,” kata sapri.
Makanya tak heran di balik kesibukannya memimpin sebuah BUMN di Indonesia, dirinya tetap selalu mensuport dan mendukung sejumlah gagasan tentang budaya.
”Puang sapri pasti lebih sibuk di Jakarta, tapi beliau selalu datang bahkan selalu suport full kegiatan. Beberapa kali buat buku, beliau selalu dukung,” kata Andi Sofyan Hadi, penulis catatan harian Raja Lapatau.
Lanjut menurut Dahrul, mantan dosen seperti Andi Sapri, menginginkan setiap kegiatan yang di mulai harus berkesinambungan.
”Harus lanjut terus kegiatan. Jangan satu kali baru settelah itu vakum. Andi Sapri ide kan, beliau juga suport alias action bukan hanya sekadar bicara tapi terjun langsung,” ungkap Andi Dahrul, yang juga mantan Sekum Pertemuan Wija Raja Sedunia ini.
Yang menarik dari pribadi Andi Sapri, dirinya tak ingin mendapat pengakuan, bekerja silent.
”Kita melihat jika kumpul, ia panggil hampir semua angkatan fakultas teknik Unhas. Sebagai senior cukup mengayomi dan membantu,” ungkap Dahrul.
Jadi bukan hanya mengkhusus di kekerabatan dalam perkumpulan Wija Raja, di alumni kampus Andi Sapri Pamulu cukup berperan penting.
”Salah satu contoh waktu pemilihan IKA Unhas beberapa waktu lalu khusus fakultas teknik. Sapri punya sikap jelas,” tambah Dahrul.
Itulah Andi Sapri, dan tak salah jika dalam perkumpulan wija raja Lapatau (Perwira), di minta menjadi koordinator atau Ketua.
”Banyak orang sibuk dan punya duit tapi belum tentu ingin mencurahkan ide dan action alias sombong. Tapi Dr Sapri sibuk sebagai profesional tapi tetap perhatikan soal adat, budaya serta geo park dan masih sempat menulis buku,” kunci Andi Fadli, salah seorang penggagas Perwira ini. (Fapa)