GOWA, UJUNGJARI.COM — Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Prof Dr Muhajir Effendy MAP mendapatkan gelar adat berupa gelar paddaengang dari Bupati Gowa Dr Adnan Purichta Ichsan.

Pemberian gelar itu dilakukan secara adat di museum Istana Balla Lompoa Kabupaten Gowa, Kamis (17/3) sekira pukul 15.00 Wita disaksikan Prof Dr Syahrul Yasin Limpo sebagai sesepuh dan tokoh masyarakat Gowa sekaligus Menteri Pertanian RI, Pangdam XIV Hasanuddin Mayjen TNI Andi Muhammad dan Kapolda Sulsel Irjen Pol Nana Sudjana, Wakil Bupati Gowa Abd Rauf Malaganni Krg Kio Ketua DPRD Gowa Rafiuddin dan sejumlah pejabat tinggi di Sulawesi Selatan serta Kabupaten Gowa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Setelah resmi diberi gelar tersebut, kini Menko PMK bernama lengkap Prof Dr Muhajir Effendy MAP Daeng Majarre. Pemberian gelar adat Gowa ini berdasarkan
Keputusan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia, No AHU-0071911.AH.01.07 tahun 2016 tentang akta pendirian Lembaga Kerajaan Gowa dan surat keterangan terdaftar dari Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 2400-00-00/021/II/2022. Tanggal 7 Februari 2022 sebagai organisasi dengan nama lembaga adat Kerajaan Gowa.

Bupati Gowa memutuskan memberi gelar nama adat Gowa kepada Prof Dr Muhadjir Effendy MAP tersebut merupakan kehormatan masyarakat adat Gowa kepada sang menteri sebagai rumpun keluarga besar Gowa.

Pemberian gelar ini, seperti dikatakan Bupati Gowa Dr Adnan Purichta Ichsan sebagai bentuk penghormatan kepada Prof Dr Muhajir Effendy sebagai rumpun besar keluarga Gowa.

Pemberian gelar nama adat ini ditandai pemasangan songkok nibiring oleh Bupati Gowa Dr Adnan Purichta Ichsan dan pemberian badik olehProf Dr Syahrul Yasin Limpo, Menteri Pertanian RI. Bupati Adnan mengatakan arti dari ‘Majarre’ adalah pemersatu atau mempererat, pemberian nama ini sebagai bentuk untuk mempersatukan adat budaya yang ada di Gowa.

Adnan mengaku, kehadiran Menko PMK menjadi berkah tersendiri bagi Kabupaten Gowa karena telah memberikan bantuan pikiran sehingga nama gelar ada ini diberikan.

Pada kesempatan itu juga, Adnan menjelaskan mengenai sejarah Museum Balla Lompoa, dimana museum ini sebelumnya merupakan rumah jabatan Bupati Gowa terdahulu yang kemudian pada zaman Bupati Syahrul Yasin Limpo dilakukan peluasan area, sementara di zaman kepemimpinan alm Dr Ichsan Yasin Limpo dilakukan revitalisasi.

Prof Dr Syahrul Yasin Limpo yang merupakan sesepuh masyarakat Gowa yang juga Menteri Pertanian Republik Indonesia dan juga adalah mantan Bupati Gowa era 2000 ini dan mantan Gubernur Sulsel era 2010 ini mengatakan orang Gowa selalu menggunakan filosofi Appa Sulapa (empat persegi). Appa Sulapa itu menerangkan bahwa orang lakilaki dan perempuan Gowa itu Appa Sulapa atau empat angka kebenaran.

” Orang lakilaki dan perempuan Gowa itu Appa Sulapa atau empat angka kebenaran yakni kebenaran filosofi, kebenaran agama, kebenaran sosiologi dan kebenaran adat, ” kata Prof Dr Syahrul Yasin Limpo dalam sambutan kehormatan usai menyaksikan pemberian gelar kehormatan kepada Prof Dr Muhajir Effendy MAP Daeng Majarre.

Terpisah Menko PMK Prof Dr Muhajir Effendy yang dimintai tanggapannya terkait gelar adat Daeng Majarre yang diberikan padanyamengaku sangat berterimakasih atas gelar nama adat yang diberikan. Menurutnya hal tersebut belum pantas diterimanya dikarenakan belum memberikan sumbangsih yang berarti untuk Gowa.

“Kami sangat berterimakasih atas pemberian ini, meskipun saya merasa belum pantas karena belum memberikan sumbangan yang bermakna untuk Kabupaten Gowa,” kata Prof Dr Muhajir Effendy.

Kendati demikian, Prof Dr Muhadjir Effendy menyebut dirinya sangat mengagumi Bupati Gowa, pasalnya sejak ia menjabat sebagai Menteri Pendidikan sangat intens berkomunikasi karena disebut kepala daerah yang memberikan terobosan di sektor pendidikan.

“Saya termasuk orang yang mengagumi beliau (Bupati Gowa Adnan) karena banyak terobosan di sektor pendidikan sehingga sangat mensupport. Paling diingat adalah memberikan beasiswa kepada sejumlah pelajar untuk kuliah di Indonesia dan itu luar biasa karena tidak banyak pejabat daerah memberikan perhatian khusus kepada pendidikan saat itu,” jelas Menko PMK ini.

Ia juga mengapresiasi langkah pemerintah Kabupaten Gowa yang terus melestarikan nilai luhur baik sebelum zaman Syahrul Yasin Limpo, zaman Ichsan Yasin Limpo, dan Bupati Adnan saat ini.

“Ini adalah kegiatan yang baik untuk menggali kembali nilai luhur, situs terpendam dan kemudian ini saatnya membangun untuk modal Gowa, Sulsel dan Indonesia di masa depan,” kata Prof Dr Muhajir Effendy.

Usai pelaksanaan pemberian gelar nama adat ini dilanjutkan peresmian revitalisasi kawasan Museum Istana Balla Lompoa, penandatangan MoU dengan pihak Kementerian Pertanian terkait Pembangunan Integrated Farm di Desa Belapunranga, Kecamatan Parangloe.

Selain melakukan penandatanganan MoU Mentan RI juga menyerahkan bantuan sembilan ekor hewan ternak yakni lima ekor sapi dan empat ekor kerbau. Hewan ternak ini diberikan kepada sejumlah warga fakir miskin di Gowa. –