GOWA, UJUNGJARI.COM — Aliran mata air di Dusun Kampung Beru, Desa Lonjoboko, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa Provinsi Sulsel, mendadak viral. Viralnya aliran mata air yang mengalir dari lereng gunung yang disebut Bangkeng Ruru ini disebabkan sepanjang aliran airnya dipenuhi busa putih membumbung.

Banyak warga heran melihat momen busa banyak ini dan akhirnya mengabadikan gambar dan merekam video amatir lalu mempostingnya di medsos. Hasilnya, fenomena busa di aliran mata air menjadi viral seketika sejak Rabu (9/2/2022) sore.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun pasca waktu maghrib setelah kembali dipantau warga sekitar, kondisi busa di aliran mata air itu sudah menghilang sedikit demi sedikit. Bahkan, Kamis (10/2/2022) pagi sejumlah aparat pemerintah dusun, desa dan aparat Polsek Parangloe datang menyaksikan namun busa sudah hilang dari atas permukaan air.

Salah seorang warga Desa Lonjoboko bernama Alimuddin Krg Sewang yang dikonfirmasi terkait busa air yang dianggap nitizen medsos sebagai fenomena alam, Kamis pagi mengatakan kondisi air berbusa ini juga pernah terjadi di anak sungai Tama’lengu (kampung sebelah yang berdekatan dengan Kampung Beru) pada 2004 silam. Kini hal sama terjadi di aliran mata air Bangkeng Ruru di Kampung Beru pada pertengahan Februari 2022 ini.

” Saya maupun warga secara umum tidak tau pasti asal muasal busa itu. Darimana pastinya, tidak ada yang tau, ” jelas Alimuddin Krg Sewang.

Namun dari pesan berantai melalui WhatsApp dari warga ke warga tambah Alimuddin Krg Sewang diketahui busa itu diduga berasal dari serbuk kayu dalam jumlah besar yang jatuh ke aliran sungai dan akhirnya memunculkan busa tebal.

” Itu bukan sungai tapi aliran sebuah mata air kecil di lereng gunung. Masyarakat menamakannya Bangkeng Ruru. Jadi bukan ji sungai. Soalnya banyaknya orang yang bilang kalau busa itu menutupi sungai. Busa diduga berasal dari serbuk kayu, tapi saya juga tidak tahu itu dari serbuk kayu apa,” tambah Alimuddin Krg Sewang lagi.

Meski busanya melimpah ruah dan membumbung tinggi hingga lebih dari 30 centimeter dari atas permukaan aliran air, namun konon menurut warga sekitar lokasi aliran mata air tersebut, airnya tidak berbau. Selain itu, busa tersebut tidak bertahan lama. Soalnya pasca busa terlihat memadati permukaan air sepanjang aliran mata air tersebut, ternyata dua jam kemudian busa itu berangsur-angsur hilang.

” Banyak memang gelembung busanya bahkan sepanjang aliran mata air itu dan bahkan sampai terlihat ji di jalan raya dengan arah pandangan sebelah kiri jika menuju kota Malino, tapi tidak lamaji dan air itupun tidak berbauji, karena rata-rata keluarga yang tinggal dekat lokasi mata air tidak kenapa-kenapa ji. Yang bikin mereka kaget dan heran hanya volume busa yang sempat banyak itupun tidak lama hilangji juga. Sekarang kondisi aliran mata air kembali bersih, jernih,” kata Alimuddin Krg Sewang lagi.

Sementara itu, Kapolsek Parangloe AKP Mudatsir yang konfirmasi Kamis pagi juga membenarkan adanya fenomena air berbusa tersebut. Namun dikatakannya, setelah dirinya bersama personel dan aparat dusun memantau langsung ke lokasi mata air tersebut, busa di atas air sudah menghilang.

Dikatakan AKP Mudatsir dari sejumlah keterangan warga yang dihimpun menyebutkan jika munculnya busa pada aliran sungai diakibatkan adanya pohon rambutan milik warga yang ditebang di kebun dekat aliran mata air tersebut. Serbuk batang pohon bercampur getahnya inilah yang jatuh ke air kemudian mengeluarkan busa lalu mengalir ke bawah.

” Jadi busa yang mengalir ke anak sungai ini diduga karena adanya ampas atau serbuk potongan kayu pohon rambutan yang telah ditebang kemudian mengeluarkan busa lalu mengalir ke aliran mata air tersebut. Dan saya tegaskan lokasi penebangan pohon rambutan yang dimaksud tidak masuk dalam kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung. Pohon itu berada dalam kebun salah satu warga yang menjadi aliran mata air setempat,” papar Kapolsek Parangloe AKP Mudatsir.

Kapolsek Parangloe juga membenarkan jika saat ini busa tersebut sudah tidak muncul lagi pada permukaan air.

” Karena itu kami pun mengimbau seluruh masyarakat untuk tidak lagi berspekulasi terkait fenomena alam ini. Hingga kini kondisi aliran air sudah mulai normal dan busa sudah semakin berkurang bahkan sudah hilang di permukaan air, ” tandas Kapolsek Parangloe yang datang ke lokasi bersama Kadus Kampung Beru Hesty Herlina Herman yang juga merupakan pemilik pohon rambutan yang diduga penyebab busa itu.

Sementara Kadus Kampung Beru Hesty Herlina Herman membenarkan adanya penebangan pohon rambutan di sekitar lokasi. Ampas serbuk dari batang pohon rambutan ini kata Hesty yang jatuh ke mata air dan akhirnya menimbulkan busa dan mengalir seiring aliran air mata air tersebut. –