MAKASSAR, UJUNGJARI.COM — Hari Gizi Nasional diperingati setiap 25 Januari. Momentum ini mengingatkan pentingnya kesehatan melalui pemenuhan gizi seimbang.

Di Indonesia, upaya perbaikan gizi masyarakat telah dimulai sejak tahun 1950, yaitu saat Menteri Kesehatan Dokter J Leimena, Bapak Gizi Indonesia mengangkat Prof Poorwo Soedarmo sebagai kepala Lembaga Makanan Rakyat (LMR).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ia mengatakan gizi sangat berkaitan dengan upaya pertumbuhan seorang anak. Kekurangan gizi bisa menyebabkan penyakit kronis seperti stunting

Nutrisionis PKM Makkasau, Faisal M menjelaskan, upaya pencegahan stunting atau masalah kurang gizi kronis pada anak perlu dilakukan sedini mungkin, bahkan sejak anak berada dalam kandungan.

“Pemenuhan gizi pada ibu hamil sangat penting karena kondisi pada saat janin mulai terbentuk, otomatis tumbuh kembang otak janin juga sudah dimulai, utamanya pada jaringan sel-sel saraf otak,” ucap Faisal.

Setelah anak lahir, pemenuhan gizi dilanjutkan dengan pemberian air susu ibu (ASI) ekslusif hingga usia 6 bulan. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian makanan pendamping ASI hingga usia 2 tahun.

“Momen inilah yang dikenal dengan periode emas atau golden period. Sehingga gizi anak harus benar-benar dipenuhi karena jika tidak optimal, inilah yang menyebabkan terjadinya masalah tumbuh kembang. Gizi harus optimal untuk kecerdasan otak,” jelasnya.

Selain pemenuhan gizi, Faisal juga menyebut faktor lain yang menjadi penyebab stunting. Yakni persoalan sanitasi dan higienitas lingkungan tempat tinggal.

Meski pemenuhan gizi terpenuhi, kata dia, jika anak tumbuh kembang di lingkungan yang kurang bersih, maka anak rentan terjangkit penyakit infeksi.

“Kalau gizinya bagus tapi ada infeksi penyakit, akan menyebabkan berat badan menurun secara perlahan,” ungkapnya.

Lebih jauh, Faisal menerangkan bahwa persoalan gizi juga berkaitan dengan obesitas. Yakni penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama.

Seringkali, masyarakat meyakini bahwa obesitas terjadi karena faktor keturunan. Nyatanya, obesitas terjadi akibat pola makan yang tidak teratur.

“Jadi pola makan yang baik itu harus tiga kali makan makanan pokok, ditambah 2 kali makanan ringan atau snack. Yang biasa terjadi di masyarakat yaitu pola makan yang tidak beraturan,” katanya.

Lumrah terjadi di kalangan masyarakat, jika porsi makanan pokok sudah terpenuhi, terkadang ditambah lagi makanan lain dengan kandungan kalori berlebih yang akhirnya menyebabkan terjadi penimbunan kalori di dalam tubuh.

“Inilah yang menyebabkan obesitas. Kemudian malas olahraga dan tidak disertai konsumsi pangan yang kaya serat. Padahal makanan kaya serat ini bisa membantu proses metabolisme dalam tubuh,” urainya.

Faisal mengatakan, pemenuhan gizi sebenarnya sangat bisa dilakukan tanpa harus mengonsumsi makanan yang mahal. Makanan yang tersedia di sekitar kita sangat mungkin untuk memenuhi kebutuhan gizi tubuh.

“Gengsi masyarakat itu kadang terlalu tinggi. Makanan gizi seimbang sebenarnya tidak mahal, kok. Cukup dengan adanya makanan pokok, lauk pauk dari protein hewani dan nabati kemudian ditambah buah, itu sudah cukup,” pungkasnya. (*)