SIDRAP, UJUNGJARI.COM – Sikap tak mendukung kinerja bawahan termasuk masyarakat yang tidak pro selama ini di Internal Desa Ciro-ciroe, kecamatan Watang Pulu, Sidrap menjadi buah polemik.

Hal itu terungkap setelah sikap sepihak Kepala Desa Ciro-ciroe Muh Amir yang memecat sejumlah Aparatur Desa disertai adanya ancaman pemecatan ke beberapa perangkat desa lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dimana arogansi Kepala Desa berbuntut pemecatan sejumlah bawahan secara sepihak disebabkan karena kinerja aparatur desa yang dipecat tidak becus lagi.

Padahal faktanya, aparatur yang dianggap membangkang itu dipekerjakan lebih dari jam operasional kantor.

“Ini yang kami tidak terimah, katanya kami tidak becus, kami tidak bekerja padahal kami sudah profesional. Justru kami disuruh mengerjakan administrasi diluar jam kantor atau disuruh lembur hingga larut malam. Kok tiba-tiba kami dipecat sepihak. Ini yang kami tidak terimah sama sekali, pak Kades Arogan,”lontar sejumlah staf korban pemecatan kepada awak Media, Kamis (6/1/2022).

Tak hanya itu, kata staf yang tak ingin dipublis ini menambahkan, warga masyarakat juga terkena imbas arogansi Kades Ciro-ciroe dimana sejumlah masyarakat mengaku diancam jika dianggap membangkang melawan kebijakan Kepala Desa.

Sehingga insiden internal Desa Ciro-ciroe ini dibawah dan diadukan ke tingkat Pemerintah Kecamatan.

“Betul-betul kami sayangkan sikap pak Kades karena hanya gara-gara perintahnya kami tolak karena disuruh kami kerja di luar jam kantor tidak kita laksanakan langsung dipecat,”keluhnya.

“Bahkan ada sejumlah masyarakat biasa kena semprot dari pak Kades. Ada beberapa bentuk kegiatan pribadi pak Kades tidak dihadiri masyarakat dan pak Dusun itu langsung pak Kades bereaksi keras dianggap bentuk pembangkangan,”keluhnya lagi.

Padahal, imbuhnya lagi, masyarakat yang turut kena getahnya arogansi Desa itu dikarenakan masyarakat menilai positif kinerja aparat desa yang dipecat sudah bagus dan bekerja penuh tanggungjawab.

“Lah. Kok masyarakat yang turut pula diancam oleh pak Desa karena dianggap mendukung aparat yang dipecat itu,”tururnya lagi sambil diamini HD, salah satu masyarakat Desa Ciro-ciroe.

“Bayangkan pak, kinerja kami sudah sesuai tanggungjawab yakni vaksinasi ke masyarakat Desa Ciro-ciroe sudah 100 persen selesai, termasuk tagihan PBB juga sudah rampung jauh-jauh hari sebelum pergantian tahun kemarin,”tandasnya.

Apa yang dikeluhkan aparatur desa korban pemecatan juga turut dibenarkan sejumlah masyarakat lain.

Selama ini kepemimpinan Kades Ciro-ciroe itu dikatakan tak hanya arogansi, tapi kepemimpinannya selama memimpin desa itu selalu disertai Tempramental. Terkadang tidak ada masalah kantor amarah sang kades dibawah-bawah ke kantor dan ke masyarakat.

“Satu hal yang selalu dipermasalahkan itu soal penimbunan jalan yang tidak melibatkan masyarakat dan tidak menggunakan anggaran PTKD. Disitu seharusnya masyarakat dilibatkan terutama diberdayakan dalam pembayaran honor. Puncaknya, kami berinisiatif mengerjakan Pemerataan timbunan yang mengendap dijalan itu tidak disetujui pak Kades kalau masyarakat terlibat. Ini yang sebenarnya kami sesali,”lontarnya.

“Sebenarnya kami melihat sisi pemanfaatannya saja, sehingga kami turun tangan sendiri dengan kepala dusun untuk ratakan walaupun sebenarnya kami tahu ada anggaran untuk meratakan timbunan tersebut,”ucapnya lagi. 

Terpisah, Pemangku Kecamatan Wattang Pulu dalam hal ini Camat Andi Surya Hadiningrat yang di temui terpisah di kantornya turut membenarkan persoalan internal Desa Ciro-ciroe tersebut.

“Persoalan di desa Ciro-ciroe itu adalah persoalan internal di sana yang kami anggap hal biasa saja, kepala desa masih menyayangi bawahannya. Mungkin maksud pak desa tidak begitu tapi bawahannya kurang terima atas perlakuan itu. Pemecatan perangkat desa itu sudah kami batalkan dengan hasil rapat di kantor camat dengan Sekdes dan Perangkat Desa yang di pecat, karena pemberhentian perangkat desa tidak sesuai dengan surat edaran bupati nomor 140/184/DPMDPPA dan permendagri no 83 tahun 2015,”cetus Andi Surya selaku pimpinan kecamatan.

Hanya saja, sambungnya, pihaknya menyayangkan sikap Kepala Desa yang mengambil kebijakan secara sepihak.

“Saya secara pribadi sudah menfasilitasi dan meminta kepala Desa Ciro-ciroe untuk mengontrol emosi diri dan merangkul kembali bawahan itu yang sudah di berhentikan untuk di bina dengan baik dan memperkerjakan bawahan sesuai dengan hari kerja dan jam kantor,”lontar Andi Surya memberi saran dan fasilitas kekeruhan masalah ini.

“Selama ini kami lihat Ciro-ciroe salah satu desa yang berprestasi, sepengetahuan saya juga Kades itu dan bawahannya akur akur saja. Makanya kami heran dengan kejadian ini, tapi mudah-mudahan kedepan semakin kompak,gaya komunikasi di rubah dan tidak di ulangi lagi,”imbuh Camat Watang Pulu lagi. (Wan/*)