SEBELUM menulis feature, penulis harus meyakinkan diri bahwa tulisannya menarik dan akan dibaca orang. Kalau tidak yakin, sebaiknya jangan paksakan diri menulis.

Saran tersebut disampaikan wartawan senior, Asnawin Aminuddin, saat tampil membawakan materi Feature, pada “Pelatihan Jurnalistik dan Kelas Desain” bertema ”Media Visual sebagai Pilar Pembangunan Indonesia”, yang diadakan LAPMI HMI Cabang Makassar, di Hotel Manina, Makassar, Selasa, 21 Desember 2021.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Ada beberapa pertanyaan yang harus diajukan kepada diri sendiri sebelum menulis feature, antara lain bagian mana dari fakta dan hasil observasi lapangan yang paling memengaruhi saya, kisah apa yang ingin saya sampaikan kepada pembaca, serta apa yang membuat saya bisa mengatakan, bahwa ini kisah yang benar-benar menarik. Artinya, sebelum menulis feature, yakinkan diri Anda bahwa tulisan Anda menarik,” kata Asnawin.

Dia menjelaskan, feature adalah artikel yang kreatif, kadang kadang subjektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada khalayak tentang suatu kejadian, keadaan, atau aspek kehidupan.

“Ciri tulisan feature yaitu human touch atau sentuhan rasa kemanusiaan, dan human interest atau hal-hal yang mengandung ketertarikan manusia, seperti menghibur, menimbulkan rasa heran, geli, takjub, cemas, terharu, kasihan, jengkel, ada unsur mendidik, menambah pengetahuan, menimbulkan rasa keindahan, dan sebagainya,” rinci Asnawin.

Tulisan feature, katanya, berupaya membangkitkan atau menggiring emosi khalayak, sehingga khalayak seolah-olah turut merasakan, turut gembira, turut sedih, turut malu, dan sebagainya, setelah membaca, mendengar, atau menyaksikan sebuah feature.

Feature, kata Asnawin, terdiri atas feature murni dan feature news. Feature murni adalah feature yang dibuat tanpa harus ada kejadian atau peristiwa, tetapi harus ada fakta yang dilihat, diamati, diobservasi, diteliti, yang selanjutnya diformulasi menjadi sebuah tulisan atau tayangan karya jurnalistik untuk disajikan kepada khalayak melalui media massa.

Misalnya tulisan tentang keindahan objek wisata Bantimurung – Bulusaraung di Kabupaten Maros serta acara Si Bolang di televisi.

“Feature news adalah feature yang dibuat berdasarkan peristiwa atau kejadian dan biasanya dibuat dalam bentuk sisi lain untuk menyentuh rasa kemanusiaan, misalnya suasana kegiatan Rambu Solo di Toraja, atau kondisi mahasiswa yang dirawat di rumah sakit setelah terkena anak panah dalam sebuah aksi unjukrasa,” kata Asnawin.

Para Pemateri

Selain Asnawin Aminuddin, panitia Pelatihan Jurnalistik dan Kelas Desain LAPMI HMI Cabang Makassar juga mengundang beberapa pemateri, antara lain Ronald Ngantung (Wapemred Harian Tribun Timur, Andi Pasamangi Wawo (Penasehat PWI Sulsel), dan Jabal Noor (wartawan senior).

Selain itu juga ada Zulkarnin Hamson (Dewan Diklat JOIN), Bachtiar Adnan Kusuma (tokoh literasi), Irwana AR (mantan Direktur Media Cakrawala), Hamka Darwis (Humas Pemerintah Kota Makassar), Witnu Urip Laksana (Polrestabes Makassar).

Ada juga Tafrichul Fuady Absa (Ketua PB Bakornas LAPMI PB HMI), Bergas C Baskoro (Demisioner Direktur Bakornas LAPMI PB HMI), Andi Sukmono Kumba (Mantan Direktur Bakornas LAPMI PB HMI), dan Wahyu Hamdani (mantan Direktur Bakornas LAPMI PB HMI).