MAKASSAR, UJUNGJARI.COM–Jelang Musda Demokrat Sulsel, 22 Desember mendatang di Four Point Sheraton, pendukung Ilham Arief Sirajuddin memilih Hotel Swiss Bell-in Makassar, Jalan Penghibur, sebagai pusat konsolidasi pemenangan.
Sejumlah Ketua DPC pendukung Ilham Arief Sirajuddin terlihat menghadiri makan malam bersama IAS di Gravity Lounge, lantai 20. Tampak hadir Ketua DPC Barru, Bulukumba, Bantaeng, Takalar, Jeneponto, Wajo, Pangkep, Maros, Soppeng. Juga tampak anggota fraksi DPRD Demokrat Sulsel, Selle Ks Dalle.
Ketua DPC Takalar, Japri Y Timbo menjelaskan, jadwal resmi konsolidasi sebenarnya dimulai Senin hari ini. Akan diwarnai konferensi pers bersama IAS dan seluruh DPC pendukung.
Saat ini, IAS sudah mengantongi 16 dukungan suara dari DPC se-Sulsel. DPC tersebut adalah Maros, Pangkep, Barru, Parepare, Pinrang, Toraja Utara, Luwu, Luwu Utara, Palopo, Wajo, Soppeng, Sinjai, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, dan Takalar.
16 dukungan ini sudah lebih dari 50 persen dari jumlah suara sah musda. “Insya Allah dukungan ini akan solid sampai hari pemilihan,” terang Ilham Arief Sirajuddin di sela-sela makan malam.
Terpisah, Wakil Ketua I DPD Demokrat Sulsel, Irwan Patawari, menyampaikan pelaksanaan musda harus menjadi momentum kebangkitan partai berlambang mercy di provinsi ini. Untuk itu, para kandidat yang bersaing harus memperhatikan realitas dukungan DPC. Tidak boleh memaksakan kehendak dan malah menimbulkan perpecahan.
16 dukungan ke IAS bahkan telah melakukan deklarasi dan menyerahkan surat dukungan ke DPP. Tidak menutup kemungkinan, dukungan DPC ke IAS masih akan terus bertambah.
Irwan mengungkapkan realitas tersebut harusnya disikapi IAS maupun Ulla untuk melakukan rekonsiliasi. Tidak perlu saling memaksakan kehendak pada musda.
Khusus untuk Ulla, ia menyarankan agar legowo untuk mengikuti suara mayoritas DPC maupun akar rumput Demokrat se-Sulsel.
Menurut Irwan, kandidat yang ngotot maju tanpa dukungan mayoritas DPC berarti tidak mencintai Demokrat Sulsel. Musababnya, bila terus maju dengan dukungan secuil DPC, maka itu berpotensi menimbulkan perpecahan. Di samping itu, hanya akan membebani DPP, yang pasti dilematis.
“Mencermati dinamika musda, harusnya Ulla legowo. Dengan melihat realitas terkini, jika Ulla benar-benar mencintai Demokrat dan ingin melihat partai ini besar, maka resapilah realitas dukungan yang ada. Ulla kini berada dalam posisi sentral untuk menjaga partai ini tetap solid,” kata Irwan yang merupakan mantan ketua eks tim sukses Ulla pada musda periode lalu, Sabtu (18/12/).
Irwan menyampaikan Demokrat Sulsel dapat meniru Demokrat Banten dalam suksesi kepemimpinan di musda, beberapa waktu lalu. Dalam Musda Demokrat Bantaeng, salah satu kandidat yakni Yoyon Sujana mundur karena hanya mengantongi dukungan segelintir DPC. Ia memberikan jalan bagi Iti Octavia Jayabaya yang mengumpulkan mayoritas DPC untuk terpilih secara aklamasi.
“Intinya harus menjaga kebesaran Demokrat di Sulsel, jaga soliditas apalagi menjelang Pemilu 2024. Jangan malah memberi beban moral kepada DPP, jika memaksakan bertarung saat hanya memiliki sedikit dukungan DPC. Kita harap dia (Ulla) bisa meniru yang terjadi di DPD Banten. Kita juga harapkan IAS dan Ulla segera lakukan rekonsiliasi sebelum masuk ke musda,” jelasnya.
Langkah Ulla yang ngotot bertarung pada Musda Demokrat Sulsel tanpa dukungan mayoritas DPC pun direspons dengan evaluasi secara menyeluruh. Sejumlah DPC bahkan mengisyaratkan akan menolak Laporan Pertanggungjawaban (LPj) Ulla yang dinilai gagal membesarkan partai.
Ketua DPD Demokrat Sinjai, Muhammad Nasyit Umar, sebelumnya membeberkan sederet catatan negatif yang harus dipertanggungjawabkan Ulla selama menakhodai Demokrat Sulsel. Di antaranya yakni berkurangnya kursi di parlemen, baik tingkat provinsi maupun sejumlah kabupaten/kota. Di DPRD Sulsel terjadi pengurangan satu kursi.
Lalu di Maros dari empat kursi tersisa satu kursi, Pangkep dari empat kursi tersisa satu kursi, dan Barru dari tiga kursi tersisa satu kursi.
“Belum lagi (Demokrat) juga kehilangan satu kursi DPR RI di Dapil II. Mengapa semua kemerosotan drastis ini bisa terjadi? DPP Demokrat seharusnya punya instrumen untuk menilai rapor kinerja Pak Ulla memimpin partai, yang sempat meraih posisi dua besar di Sulsel ini. Apalah arti klaim loyalitas yang diwarnai kinerja anjlok?,” tuturnya.
Catatan lain yang tidak kalah penting, Nasyit menyoroti Ulla yang melakukan pembiaran para pemegang SK Ketua DPC tanpa pelantikan. Dari 24 kabupaten/kota, hanya DPC Demokrat Makassar yang dilantik. Sedangkan, 23 DPC lain dibiarkan berjalan tanpa pelantikan sampai hari ini. Ulla mengabaikan janji untuk melantik para pengurus DPC masing-masing secara akbar.
“Padahal, ketika muscab serentak DPC yang ditarik ke Makassar 2017 silam, Pak Ulla berjanji akan melaksanakan pesta dan pelantikan pengurus terpilih di daerah masing-masing secara akbar. Jika untuk alasan pelantikan pengurus DPC saja Pak Ulla tidak punya waktu untuk mengunjungi daerah, adakah alasan lain yang lebih bernilai dari itu?,” tanya Nasyit.