MAKASSAR,UJUNGJARI.COM–Langkah yang dilakukan tokoh dan sesepuh Bone dan Palopo dalam meredam pertentangan antara dua kelompok yang terjadi beberapa hari lalu, mendapat tanggapan beragam dari berbagai kalangan. Termasuk mantan Ketua Kesatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia (Kepmi) Bone.

Mantan Ketua Kepmi 1996, Dr Andi Ilham Samanlangi mengatakan langkah yang telah dilakukan para elite itu hanya bisa meredam masalah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Untuk sementara waktu, tapi belum mampu menyelesaikan akar masalah mestinya harus dicarikan solusinya,” kata mantan Dekan Teknik UVRI Makassar itu.

Menurut Andi Ilham, pihak pemerintah jangan hanya memanggil para tokoh elite yang belum tentu dikenal oleh kelompok-kelompok mahasiswa yang ada di kampus-kampus.

”Mestinya yang harus dipanggil adalah tokoh-tokoh yang pernah menjadi pelaku atau motor kendali di masanya. Seperti mantan pengurus Kepmi dan Ipmil serta adik-adik mahasiswa dari berbagai perwakilan kampus yang ada,” katanya.

Pelibatan mahasiswa itu, kata dia penting karena peristiwa yang terjadi bukan peristiwa baru tapi peristiwa yang selalu berulang. Dosen Universitas Bosowa ini melanjutkan bahwa pertemuan lintas generasi dan memediasi dapat dilakukan secara bertahap seperti melakukan dulu pendekatan pada kelompok organisasi mahasiwa daerah Kepmi dan Ipmil serta tokoh alumninya.

”Kita juga perlu mendengar semua tokoh lintas kampus seperti Unhas, UNM, UMI, UIM, Unibos, UIN dari dua daerah itu,” jelasnya.

Setelah melakukan pendekatan dengan memediasi tokoh lintas generasi di dua daerah ini, kata dia, barulah ditawarkan konsep penyelesaian dengan pendekatan budaya.

”Pendekatan budaya kita lakukan, seperti perjanjian persaudaraan yang pernah dilakukan raja bone Puatta La Tenri Sukki Arungponenke 5 dan PapoataE Dewaraja Pajung Luwu yang disebut “Polo MalelaE Ri Unyi” yang mengikat bagi segenap masyarakat dan generasi Bone dan Luwu,” kata Andi Ilham.

Mantan Ketua Kepmi Bone lainnya, Andi Singkeruruka juga menyetujui pendekatan tersebut. Mengingat adanya perjanjian juga menerangkan, Bone dan Luwu tidak saling menyingkirkan dan tidak saling menghimpit.

Menurut dia, keputusan Bone adalah keputusan Luwu. Keputusan Luwu adalah keputusan Bone. Adat Bone adalah adat Luwu, adat Luwu adalah adat Bone. Tidak saling merebut kejayaan.

“Barang siapa yang tidak mengingat perjanjian kita maka akan disapu bagaikan sampah oleh dewata sampai pada anak cucunya. Dialah yang akan hancur lebur negerinya bagaikan telur yang ditindis batu,” sebutnya.

Hal sama disampaikan mantan Dewan Pertimbangan serta penasihat mahasiswa Bone Andi Fadli. Ia berharap agar pihak Pemda proaktif, jangan hanya terkesan pihak Pemprov memanggi orang tua dan pihak keamanan saja.

”Baik Pemda Bone dan Luwu harus proaktif duduk bersama para tokoh lintas kampus,” jelas mantan ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Makassar dan mantan wartawan Trans TV ini.