JENEPONTO, UJUNGJARI.COM–Presiden Jok Widodo meresmikan Bendungan Karalloe yang terletak di Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa, Selasa (23/11) siang tadi.
Bendungan Karalloe mulai dibangun Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan-Jenebarang, Ditjen Sumber Daya Air sejak Desember 2013.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mengutip situs resmi Kementrian PUPR, bendungan Karalloe memiliki luas genangan 248,50 Hektare. Suplai air bendungan ini akan digunakan untuk mengairi lahan irigasi seluas 7.004 Hektar, sumber air baku 440 liter/detik, pembangkit listrik mikrohidro 4,5 MW, dan pengendali banjir untuk Kabupaten Gowa sebesar 49 m3/detik.
Selain berfungsi sebagai konservasi air, Bendungan Karalloe juga memiliki potensi sebagai destinasi pariwisata karena di sekelilingnya terdapat hutan sehingga udaranya masih sejuk dan bersih.
Menanggapi bendungan yang baru saja diresmikan Presiden Joko Widodo, Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Turatea (PP KKT) Jeneponto, Abdul Rachmat Noer memuji langkah Jokowi yang memberi perhatian penuh terhadap pembangunan infrastruktur khususnya yang mendorong ketahanan pangan.
“Kita memberi apresiasi kepada Pak Jokowi atas perhatian beliau untuk membangun sejumlah bendungan dan Irigasi dalam rangka membangun ketahanan pangan,” ujar Rachmat.
Tak lupa Rachmat juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada mantan Menteri Pertanian RI, Dr. H. Andi Amran Sulaiman, MP yang pada tahun 2016 lalu telah menyiapkan anggaran untuk pembebasan lahan seluruhnya sehingga proyek ini bisa berjalan lancar.
Dengan beroperasinya bendungan ini, masyarakat disekitar khususnya warga Kabupaten Jeneponto yang akan banyak merasakan manfaatnya, bisa memanfaatkan aliran air untuk meningkatkan produktivitasnya, harap Rachmat.
Wakil Bendahara Pimpinan Muhammadiyah Sulsel ini memandang kehadiran bendungan Karalloe seharusnya memiliki hubungan yang linear dengan kesejahteraan para petani, maksud saya, nilai tukar petani seharusnya bisa di atas angka 100.
“Artinya petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani lebih besar dari pengeluarannya,” pungkas Rachmat.