Site icon Ujung Jari

Waduh! Hanya 20 Persen Guru di Makassar Bisa Beradaptasi Pembelajaran Daring

MAKASSAR, UJUNGJARI.COM–Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto merasa kecewa terhadap kinerja guru di masa pandemi covid-19 saat ini. Menurutnya, laporan dari hasil penelitian Dinas Pendidikan menyebutkan hanya 20 persen guru yang bisa beradaptasi terhadap proses pembelajaran dalam jaringan (daring). Sisanya, sekitar 80 persen menganggap jika pembelajaran daring merupakan sebuah kesulitan.

“Ternyata persoalan ini harus saya seriusi. Jadi secara seleksi alam, hanya 20 persen guru di Makassar punya kompetensi baik. Ini surveinya teman-teman di Disdik yah,” ungkap Danny yang ditemui di kediaman pribadinya, Jalan Amirullah, Minggu (22/8).

Menghadapi persoalan ini, kata Danny, jalan keluarnya adalah harus mendidik para guru untuk meningkatkan kompetensinya dengan cara tersistem. Orang nomor satu Makassar itu mengaku persoalan yang dihadapi terkait guru hampir sama dengan fenomena lurah dan kepala sekolah yang kualitasnya rata-rata buruk.

Sehingga pihaknya harus lebih tegas dalam menyikapi persoalan ini. Diapun merasa kecewa karena sertifikasi guru yang selama ini diterima tidak bisa membantu mempertinggi kualitas guru. Malah dia mengaku, justru kasus perceraian di kalangan para pendidik jadi semakin tinggi.

“Kesejahteraan guru, sertifikasi guru itu tidak membantu mempertinggi kualitas guru, Justru mempertinggi itu kualitas cerainya guru. Ini yang harus ditarik ke jalan yang benar. Saya pikir ini karena ada pembiaran,” tegas Danny.

Dulu, lanjut Danny, waktu menjabat sebagai wali kota Makassar di periode pertama, tidak ada sekolah di Makassar yang menerima penghargaan Adiwiyata. Namun, setelah diasistensi dan dikawal, ada 100 sekolah yang berhasil memperoleh penghargaan tersebut.

Dia berharap dengan metode seperti cara meraih Adiwiyata, pihaknya bisa memperbaiki kualitas guru ke depan. “Kita sementara menyusun ini dengan meminta pendapat para profesor, apa yang harus dilakukan. Kita akan buat penelitian dulu,” tambah Danny.

Termasuk, lanjut Danny, untuk mengetahui kenapa ada sekolah yang menjadi favorit dan ada yang tidak. Bahkan, lebih parahnya lagi, kenapa sampai ada sekolah yang tidak diminati dan dihindari.

Diapun berharap ke depan ada pemerataan pendidikan sehingga tidak ada lagi istilah sekolah favorit dan bukan favorit. Salah satu langkah strategisnya adalah melakukan mutasi guru-guru di seluruh sekolah. Karena guru merupakan salah satu faktor penting dan penentu keberhasilan pendidikan di sebuah sekolah. (rhm)

Exit mobile version