MAKASSAR, UJUNGJARI.COM–Pembelajaran dari rumah selama masa pandemi sudah berlangsung hampir dua tahun. Kasus aktif covid-19 yang belum mereda menyebabkan pemerintah belum mengizinkan pembelajaran tatap muka secara langsung di sekolah.
Di samping banyak ibu-ibu yang mulai mengeluh selama mendampingi anak-anaknya belajar rumah, ternyata pembelajaran dari rumah itu juga bisa mengganggu psikologi anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pakar Bimbingan Konseling Universitas Negeri Makassar, Dr Farida Aryani saat menjadi narasumber dalam simposium guru BK yang digelar Dewan Pendidikan Kota Makassar di Hotel Almadera Makassar, Kamis (12/8) menyebutkan ada banyak hal yang terjadi pada anak selama sekolah dari rumah. Berikut penjelasannya:
1. Burnout (kelelahan mental)
Kelelahan mental dialami banyak anak selama menjalani sekolah dari rumah.
Penutupan sekolah tatao muka menyebabkan banyak anak menjadi burnout.
Banyak orangtua melaporkan hasil kesehatan mental yang buruk pada anak-anak mereka selama pandemi.
2. Jenuh
Karena semua pembelajaran berlangsung secara online atau jarak jauh, anak-anak menjadi jenuh. Apalagi jika setiap hari anak-anak dijejali tugas dari setiap mata pelajaran yang ia peroleh.
Kejenuhan juga terjadi karena mereka hanya bisa berkomunikasi dengan rekannya atau dengan guru tidak secara langsung.
Oleh karenanya guru diminta memberi pelajaran yang menyenangkan pada anak-anaknya serta tidak memberi beban tugas atau pekerjaan rumah yang terlalu banyak.
3. Perilaku Agresif
Selama berada dan belajar di rumah, perilaku anak-anak juga cenderung menjadi agresif. Ia mudah marah dan sangat sensitif. Oleh karenanya orang tua perlu memberi perhatian dan pemahaman kepada anak selama belajar di rumah.
Menurut Farida, jika pembelajaran di sekolah pengendalinya adalah guru, maka sekolah di rumah pengendalinya di tangan orang tua.
4. Gangguan Tidur
Dampak lain yang terjadi pada anak selama berada di rumah adalah gangguan tidur. Ini umumnya dialami oleh anak yang mulai kecanduan gadget.
Orang tua di rumah diminta memberi perhatian khusus agar anak tidak kecanduan gadget. Terapinya antara lain mendisiplinkan anak membatasi penggunaan gadget pada waktu-waktu tertentu.
“Misalnya perlu ada kesepakatan dengan anak bahwa penggunaan handphone atau gadget hanya bisa sampai pukul sepuluh malam. Tapi itu berlaku untuk semua, termasuk juga orang tua,” kata Farida.
5. Tidak Nafsu Makan
Anak-anak yang kecanduan gadget karena lebih banyak berada di rumah juga bisa kehilangan nafsu makan. Mereka lebih banyak menghabiskan waktunya main game atau beberapa aplikasi yang ada pada gadget.
Orang tua juga perlu memberi perhatian agar kebutuhan nutrisi anak tetap terjaga.
6. Mood Swing
Mood swing merupakan hal yang wajar terjadi dan umumnya hanya berlangsung selama beberapa saat. Mood swing pada anak dapat disebabkan jenuh selama belajar dari rumah.
Tetapi Mood swing pada anak akan menghilang sendiri ketika penyebab stres pada anak teratasi.
7. Korban Bully
Anak juga kerap menjadi korban bully selama belajar dari rumah. Ketika anak mengupload status di media sosial atau di grup whatsapp, kadang-kadang akan menimbulkan respons dari netizen atau bahkan temannya sendiri yang membuat anak korban bully.
Ada baiknya orang tua memberi edukasi kepada anak tentang literasi digital dan cara santun bermedia sosial agar tidak menjadi korban atau pelaku bully.
8. Stres
Hampir tidak ada seorang anak yang senang dengan belajar dari rumah. Kebanyakan mereka stres mengikuti pembelajaran jarak jauh itu. Anak-anak sudah sangat merindukan bertemu dengan teman-temannya di sekolah.
Farida menyarankan peran guru bimbingan konseling sangat besar dalam mengatasi anak stres selama belajar di rumah. Inovasi guru bimbingan konseling di Makassar yang melakukan home visit ke rumah anak-anak menjadi salah satu solusi dalam mengatasi stres ini.
9. Kesepian
Karena tidak pernah bertemu dengan teman sebangku atau teman sekelasnya, anak menjadi kesepian selama sekolah di rumah. Apalagi jika mereka yang tidak didampingi orang tua selama belajar di rumah karena orang tua juga sibuk kantoran dan sebagainya.
Agar tidak kesepian, orang tua perlu memberi perhatian khusus bagi anak-anaknya. Jika ayah-ibu aktif berkarier, ada baiknya salah satu dari keduanya memilih bekerja dari rumah untuk mendamping anak-anaknya yang juga belajar dari rumah.(rud)