JAKARTA, UJUNGJARI.COM–Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (DPP APDESI) Dr H. Sindawa Tarang, SH.MM.M.H mengusulkan kepada pemerintah agar segera menggelar pertobatan nasional sebagai obat spiritual dalam menangani virus corona (Covid-19).
Ia mengatakan pandemi covid-19 sudah hampir dua tahun memporad-porandakan kehidupan sosial ekonomi bangsa ini dengan tren jumlah korban yang terus melonjak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Hari ini kita menjadi saksi betapa rapuhnya kekuatan sumber daya kita dalam menghadapi ganasnya wabah covid ini. Di sana sini korban terus berjatuhan, termasuk para nakes. Dan sekarang sudah mulai tembus 50 ribu korban per hari. Angka yang sangat mengerikan,” papar Bung ST, panggilan akrab Sindawa Tarang.
Sebagai bangsa yang berketuhanan yang maha esa, kata dia tidak ada salahnya dengan cara menghadirkan Tuhan di tengah musibah ini. Menurutnya, kita tidak boleh makin menjauh dari Tuhan.
“Saat ini kita semua resah dan gelisah bahkan ada rasa takut di tengah-tengah masyarakat. Insya Allah dengan mengingat Tuhan melalui tobat, zikir dan doa secara nasional atas nama bangsa yang memiliki spirit ber-Tuhan cukup kuat kepada sang maha kuasa insyaallah hati menjadi tenteram, imun makin kuat,” katanya.
Doa dan taubat menurut dia sebagai ikhtiar batin, selain ikhtiar lahir yang sedang dilakukan selama ini. Menghadapi covid 19 dinilai tak cukup hanya direspons dengan pengerahan kekuatan medis dan pengetahuan lainnya. Tapi, butuh respons ekstra membangun kesadaran kolektif yang bersifat teologis dan eskatologis melalui taubat nasional.
“Kita perlu mengadakan semacam satu taubat, zikir dan doa nasional yang dihadiri dan diikuti oleh para pemimpin bangsa, pemimpin daerah sampai ke tingkat desa yang mestinya dipimpin langsung oleh Presiden Jokowi dan wapres Ma’ruf Amin didampingi para tokoh semua agama,” kata pakar pemerintahan desa ini.
Sindawa menambahkan ilmu pengetahuan sampai sekarang belum menemukan formula manjur untuk melawan wabah ini. Kecuali, kampanye vaksin dan kebijakan pembatasan mobilitas warga yang masih kontroversial efektitasnya bahkan cenderung menimbulkan persoalan baru semisal benturan aparat dengan aparat, dan aparat dengan masyarakat. Terutama, karena kuatnya tarik menarik antara upaya penyelamatan nyawa yang terus berjatuhan dengan penyelamatan ekonomi yang makin terpuruk.
“Nah, bertobat dan berdoa termasuk ekspresi pengakuan ketidakberdayaan seorang makhluk kepada Tuhannya apapun agamanya. Tentu setelah berbagai upaya lahir telah dilakukan,” katanya lagi.
Meski begitu, kata dia masih belum sempurna jika dua bentuk ikhtiar itu hanya berhenti pada doa. Akan lebih ideal, jika dalam doa juga diiringi pengakuan yang lebih jujur kepada Tuhan, bahwa kita punya banyak salah dan dosa. Tidak menutup kemungkinan rentetan musibah ganas yang sedang melanda bangsa Indonesia dan dunia ini lebih karena ulah tangan dan dosa-dosa besar kita.
“Di sinilah pentingnya dilakukan doa dan taubat Nasional. Seluruh bangsa ini, mulai dari petinggi negara hingga rakyat jelata adalah para pelaku dosa semuanya. Karena itu wajib taubat secara nasional. Karena kita ini bergelimang dengan dosa-dosa pembunuhan, korupsi, penipuan, kemunafikan, sogok-menyogok dan jual-beli jabatan, kecurangan dalam pemilu, penindasan, kedengkian, fitnah, pencurian, perzinahan, dan lainnya. Setelah pengakuan tersebut, kita ikrar bersama untuk memohon ampunanNya,” kata Bung ST.
Sindawa menambahkan jika Tuhan berkehendak atau menerima doa-doa kita, maka tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya, dalam hitungan detik bencana yang begitu dahsyat di lingkungan kita akan diangkat. Ia berharap semoga dengan ikhtiar ini virus covid 19 segera musnah dari bangsa Indonesia yang sebentar lagi kita peringati HUT kemerdekaan yang 76.