MAKALE, UJUNGJARI.COM — Zoom Webiner Sabtu (6/3) membahas “Stop Bunuh Diri Di Toraja”. Diskusi daring itu dipandu moderator dr Diana Papayungan, Sp. KJ (Psikiater RS Depok).
Dr dr Hervita Diatri, SpKJ (K), Konsultan Divisi Psikiatri Komunitas, FKUI/RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo) hadir sebagai nara sumber mengupas tuntas persoalan ini. Ia memaparkan materi “Kenali, Peduli, Terapi dan Integrasi Manajemen Risiko Bunuh Diri di Toraja”.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dokter Hervita menjelaskan, angka kasus bunuh diri rentan terjadi pada usia 20-25 disebabkan tingginya tuntutan hidup. Demikian pula umur 10-85.
Kasus bunuh diri terjadi 60,9 persen gantung diri. 62 persen di antaranya kaum pria, sementara wanita hanya 38 persen.
Kata Dokter Hervita, kejadian bunuh diri bukanlah peristiwa terjadi secara tiba-tiba, melainkan memiliki legalitas tinggi yang membutuhkan persiapan dan keberanian besar karena itu sangat besar kemungkinan untuk melakukan pencegahan.
Diakui Dokter Hervita, kasus bunuh diri termasuk di Toraja sebagian besar terjadi di lingkungan dekat keluarga dan sangat sedikit terjadi di tempat tertutup atau pun tempat umum. Artinya masalah dan tantangan hidup itu sebagian besar terjadi di lingkungan keluarga dan pada umumnya semua orang ingin meninggal diketahui dan dekat dengan keluarga.
Pencegahan bisa dilakukan setelah mengetahui tanda-tanda dan gejala potensial keinginan bunuh diri dengan membangun kepedulian besar kepada mereka. “Karena itu perlu kerja sama semua pihak melalui pendekatan holistik seperti Kesehatan, Pendidikan, sosial, agama, pemerintahan maupun pembangunan infrastruktur,” ujar Dokter Hervita.
Zoom webiner tambah semarak setelah penanggap, dan beberapa tokoh masyarakat diberikan kesempatan moderator memberikan tanggapan dan masukan.
Kesimpulan diskusi daring bahwa benteng pertahanan seorang anak untuk terhindar dari masalah mental emosional yang akhirnya berdampak pada keputusan tragis tindakan bunuh diri ada pada keluarga.
Selain itu Pola asuh orang tua bagaimana bangun ketahanan keluarga menghadapi masalah, utamanya keterbukaan antara orang tua dan anak berperan sebagai teman, dan sahabat.
Menurut dr Diana Papayungan, terpenting adalah kepemimpinan good will semua unsur masyarakat memilik tanggung jawab besar, termasuk Bupati Dan Wabup kedua kabupaten Tator Dan Torut.
“Saya yakin jika semua masyarakat Toraja baik dikampung (Todok) maupun diaspora Toraja dimana saja berada sehati dan sepikir memajukan daerah, kepedulian terhadap masalah layanan kesehatan jiwa masyarakat maksimal saya optimis Toraja kembali bangkit menjadi Toraja Mala’bi'” pungkas dr Diana Papayungan.
Tokoh perempuan Toraja Ny Yuli Parentean Bura, salut dan bangga webiner sukses, sebab ide dan gagasan diskusi daring kasus bunuh diri di Toraja diawali dari keprihatinan dibahas di grup watshap.
Luar biasa kepedulian kita bersama menjadikan Toraja Mala’bi’, mudah-mudahan kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati baru Tana Toraja dan Toraja Utara segera wujudkan Toraja Bermartabat karena budayanya, pariwisatanya, dan kearifan lokal lainnya, singkat Ny Yuli Bura (agus).