MAKALE, UJUNGJARI.COM –, Kasus bunuh diri sudah memprihatin baik di Tana Toraja maupun Toraja. Selama tahun 2020 lalu, total kasus 30. Empat belas kasus di antaranya di Tana Toraja, sementara enam belas kasus di Toraja Utara.
Penyebabnya didominasi persoalan asmara, rumah tangga, dan faktor ekonomi. Bahkan Januari- Februari 2021 sudah 12 kasus gantung diri. Korbannya didominasi generasi milenial. Delapan di Tana Toraja, empat di Toraja Utara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tingginya angka bunuh diri di Toraja membuat berbagai kalangan prihatin, bahkan turun tangan mencari solusinya. Salah satunya dengan zoom Webiner Sabtu (6/3) dengan topik “Stop Bunuh Diri Di Toraja.” Diskusi daring ini diikuti ratusan orang mendapat perhatian berbagai pihak.
Webinar menghadirkan narasumber ternama seperti Keynote Speaker Wakil Bupati terpilih Tana Toraja dr. Zadrak Tombeg, Sp. A, dan Wabup Toraja Utara Frederik Victor Palimbong, ST. Demikian pula Narasumber hebat Dr. dr. Hervita Diatri, Sp. KJ (K), (Konsultan Divisi Psikiatri Komunitas, FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo), menyajikan materi “Kenali, Peduli, Terapi dan Integrasi Manajemen Risiko Bunuh Diri di Toraja”.
Sementara Pdt. Dr. Christian Tanduklangi’, M. Th, materinya “Bunuh Diri Dalam Perspektif Alkitab dan Ketorajaan”. Sedangkan penanggap dr. Aris Tambing, MARS (Mantan Direktur RS Jiwa Pusat Jakarta), dipandu moderator dr. Diana Papayungan, Sp. KJ (Psikiater RS Depok), serta Host Dr dr. Siswanto Pabidang, SH, MM (Founder PDKT Toraja Utara).
dr. Diana Papayungan, Sp. KJ (Psikiater RSUD Depok) menjelaskan penyebab masalah kesehatan mental baik yang baru berupa problem psikologis ataupun yang sudah terdiagnosis mengalami gangguan mental emosional adalah multifaktor aspek. Yakni apa yang disebut aspek biopsikologis, yaitu faktor biologis. Misalnya kesalahan atau kegagalan pertumbuhan neuron2 karena suatu penyakit atau trauma pada setiap tahap perkembangan kehidupan, bisa juga saat dalam kandungan maupun setelah lahir.
Dijelaskan dr Diana, Psikososial adalah termasuk psikologis individu, trait personality nya, ego strength nya, coping mechanisms mentalnya dan lainnya yang semuanya ini terbentuk berkaitan erat dengan bagaimana parenting dalam keluarga. Jadi memang pola asuh keluarga sangat menentukan.
Kemudian pula faktor sosial adalah termasuk faktor lingkungan dimana individu bertumbuh, terkait pula dengan tatanan budaya dan spiritual, makanya juga disebutkan faktor sosiokultural dan spiritual, ketus dr Diana Papayungan.
Sosiokultural dan spiritual inilah yang perlu melibatkan para rohaniawan, sosiolog maupun budayawan.
Menurut dr Diana Papayungan,
di Toraja harusnya tidak terlalu sulit atasi kasus bunuh diri jika punya komitmen dan good will seluruh unsur masyarakat Toraja karena pada umumnya masyarakat Toraja masih homogen, karena berlatar belakang budaya yang sama, agama mayoritas sama, dan sosiokultural juga sama.
Di sinilah peran stakeholders Pemda melalui OPD Dinas Kesehatan, dan Dinas Sosial menjadi ujung tombak dan garda terdepan. Apalagi program kesehatan jiwa masyarakat sudah masuk SPM yang mutlak dan harus dilaksanakan dengan target capaian pertahun.
Melihat fakta dan realita baik di Tana Toraja maupun Toraja Utara begitu tingginya komplikasi fenomena masyarakat berujung bunuh diri, menimbulkan pertanyaan bahwa apakah layanan kesehatan jiwa masyarakat sudah dilaksanakan secara holistik dengan melibatkan semua unsur masyarakat sesuai dengan juknis TPJKM.
Semoga webinar yang dihadiri oleh lebih dari 250 participants dapat membuka wawasan semua pihak untuk bergandengan tangan menanggulangi fenomena bunuh diri ini, karena sudah merupakan darurat kemanusiaan.
Menurut dr Diana Papayungan, solusi atasi bunuh diri semua stake holder kolaborasi dari multi disiplin sesuai etiolognya, baik pemerintah, gereja, pemuda, maupun remaja milenial ikut peduli kesehatan mental masyarakat, apalagi sudah ada Suara Gita di Torut pegiat pencegahan bunuh diri. (agus).