Site icon Ujung Jari

Kriminalitas Remaja Meningkat di Bulukumba, Ini Kata Sosiolog

BULUKUMBA, UJUNGJARI – Berbagai upaya oleh baik itu pemerintah maupun aparat keamanan untuk mengantisipasi kriminalitas di jalanan. Seperti yang telah dilakukan Polres Bulukumba yakni dengan menggelar patroli malam secara di intensif.

Tetapi aparat kepolisian tetap saja kecolongan, kriminalitas masih saja terjadi. Dalam sebulan terakhir ini saja sudah terjadi sedikitnya lima kasus kriminal di jalan raya, mulai pembegalan, pembusuran, pelecehan, dan lainnya.

Hampir semua pelaku dari kasus yang meresahkan masyarakat ini masih terbilang berumur belia yakni 16 – 25 tahun. Seperti salah satu tersangka pada kasus pengeroyokan terhadap anggota TNI yang terjadi beberapa waktu lalu, usianya masih dalam kategori di bawah umur.

Kasus kejahatan yang dilakukan oleh anak muda atau bahkan anak di bawah umur menjadi persoalan yang belakangan ini marak terjadi di Kabupaten Bulukumba. Masalah ini dianggap tidak terlepas dari minimnya ruang untuk para pemuda dalam mengekspresikan diri, buntutnya ekspresinya disalurkan dengan cara negatif hingga meresahkan orang lain.

“Kalau pelakunya di tataran remaja, kita mesti memeriksa dulu bagaimana ruang ekspresif dari mereka. Misalnya, setahu saya di Bulukumba itu banyak anak-anak muda yang penghobi olahraga balapan, tapi ruang untuk menyalurkan hobinya itu kan tidak memadai, sehingga disalurkan melalui balapan liar,” terang salah seorang Sosiolog, Baso Marewa

Putra asli Bulukumba, Sarjana Sosiologi Universitas Negeri Makassar inu mengatakan umur remaja merupakan masa-masa di mana seseorang mulai mencari jati diri atau eksistensinya.

“Jika dalam proses pencarian jati diri atau penyaluran ekspresinya tidak dengan baik, maka mereka memang rawan terjerumus pada lingkungan yang menyimpang,” terang putra asli Bulukumba tersebut.

Selain peran keluarga sebagai unit terkecil dalam membentuk karakter masyarakat, katanya, peran pemerintah juga sangat penting. Menurutnya, anak-anak muda penghobi balapan liar dapat menjadi suatu hal yang positif jika terwadahi dengan baik.

“Misalnya balapan liar, itu hal dapat menjadi positif jika diwadahi, sebaiknya pemerintah melihat itu sebagai hal positif dan mengambil peran dengan membangun infrastruktur yang dapat mewadahi hobi tersebut, seperti dengan membangun lintasan balapan yang resmi,” jelasnya.

Menurutnya, selama ini pemerintah tidak maksimal dalam menyediakan ruang ekspresif yang berbasiskan hobi dari pemuda, melainkan pemerintah hanya menyiapkan ruang-ruang romantik seperti tempat nongkrong.

“Selama ini kan pemerintah hanya menyiapkan ruang-ruang romantik bukan fasilitas untuk menyalurkan hobi bagi pemuda,” ketusnya.

Kendati demikian, menurut pria yang berprofesi sebagai Reporter Kriminal di salah satu media cetak ini, persoalan penyimpangan sosial di kalangan remaja merupakan persoalan yang sangat kompleks, bermacam-macam faktor yang menyebabkan masalah tersebut terjadi, dan tentunya masalah ini tidak dapat selesai hanya dengan satu cara.

Memperketat pengawasan atau bahkan memberatkan jeratan hukum dianggap tidak akan menyelesaikan persoalan. Menurutnya, Semua lini mesti benahi, termasuk pendidikan.

Bukan hanya pendidikan formal, tetapi kata Baso Marewa, pendidikan informal mesti dimaksimalkan. “Apalagi dalam situasi pandemi Covid-19 di mana sekolah formal dibatasi, maka seharusnya pendidikan informal mesti dimaksimalkan, di sini hobi-hobi para remaja dapat diwadahi, yang hobi balap dibuatkan komunitas untuk melatih bakat balapan, dan lain sebagainya,” kata dia.

Pria yang akrab disapa Ewa ini berharap, semua pihak harus mengambil bagian dalam persoalan ini. Mulai dari keluarga, sekolah, pemerintah, aparat keamanan, tokoh masyarakat, semuanya mesti mengambil peran.

“Kita semua berharap Bulukumba kembali tentram dan damai, masyarakat Bulukumba dikenal sebagai Panrita, artinya kita ini adalah orang-orang pintar olehnya citra sebagai orang pintar mesti kita tunjukkan dengan mewujudkan Bulukumba yang tentram dan damai,” pungkasnya. (*)

Exit mobile version