MAKASSAR,UJUNGJARI.COM--Ikatan Dokter Indonesia Kota Makassar melakukan pemeriksaan antibody Covid-19 untuk sleuruh anggota IDI Kota Makassar mengingat saat ini peningkatan angka Covid-19 di Sulawesi Selatan masih masuk di rasio 5-7 besar seluruh indonesia dengan epicentrum ada di makassar terbukti positive Rate 18,5 persen. Artinya 10 orang dilakukan testing swab/PCR akan ada 4 orang positif. Padahal standar WHO hanya 5 persen.
Atas dasar itu IDI Makassar menggandeng PT Prodia Widyahusada Tbk menghadirkan pemeriksaan Anti SARS-CoV-2 Kuantitatif (Spike-Receptor Binding Domain/Spike-RBD) untuk mengukur titer antibodi terhadap virus COVID-19 kepada dokter se makassar
Ketua IDI Kota Makassar dr Siswanto Wahab Sp.KK (K) didampingi Dr Nur Ashari, M.Kes., Sp.GK Sekretaris IDI Kota Makassar menjelaskan pemeriksaan ini berfungsi sebagai baseline kuantitatif antibodi terhadap SARS COV-2 untuk mengevaluasi respons imun individu terhadap virus SARS-CoV-2 sehingga memungkinkan dokter menilai perubahan relatif respons imun individu terhadap virus dari waktu ke waktu dalam bentuk numerik.
“Sejalan dengan komitmen organisasi profesi dokter Makassar di bawah IDI Makasar untuk terus berkontribusi terhadap penanganan COVID-19 di Makassar,” katanya.
Salah satunya dengan terus berupaya menyediakan pemeriksaan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat pada masa pandemi ini. Salah satunya adalah pemeriksaan Anti SARS-CoV-2 Kuantitatif (Spike-Receptor Binding Domain/Spike-RBD) pada saat memasuki tahun vaksinasi COVID-19.
“Dengan adanya pemeriksaan ini, seseorang dapat mengetahui dan memeriksa titer antibodi terhadap virus penyebab COVID-19,” ujar Dokter anto dalam rilis (27/2/2021)
Lanjut Dokter Anto diharapkan dengan pemeriksaan ini bisa pantau pasien dengan level tanpa gejala, dan gejala dan yang sudah vaksin terhadap respons imun tubuh terhadap virus penyebab COVID-19 dengan Pemeriksaan Anti-SARS-CoV-2 Kuantitatif.
Pemeriksaan Anti-SARS-CoV-2 Kuantitatif merupakan pemeriksaan yang dapat mengukur titer antibodi atau antibodi penetral dalam tubuh seseorang terhadap virus penyebab COVID-19. Pemeriksaan ini mampu mengevaluasi respons imun seseorang terhadap virus SARS-CoV-2 sehingga memungkinkan dokter menilai perubahan relatif respons imun terhadap virus dari waktu ke waktu.
Titer antibodi yang diperiksa dalam pemeriksaan Anti SARS-CoV-2 Kuantitatif ini adalah antibodi terhadap protein khusus dari virus penyebab COVID-19, yaitu protein spike-RBD (Spike-Receptor Binding Domain). Antibodi tersebut dapat terbentuk tidak hanya oleh vaksinasi, tetapi infeksi alami yang juga memicu tubuh membentuk antibodi.
Oleh karena itu, selain bermafaat untuk menilai efektivitas bagi pasien pasca vaksinasi COVID-19, pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk pemantauan pada seseorang yang pernah didiagnosis COVID-19 dan juga sebagai screening sebelum terapi plasma konvalesen untuk melihat seberapa besar titer antibodi yang dimiliki pendonor.
Lalu, apa bedanya dengan pemeriksaan Anti SARS-CoV-2 Kualitatif atau yang lebih dikenal dengan serology test COVID-19? Perbedaannya terletak pada target protein yang digunakan.
Anti SARS-CoV-2 Kualitatif atau serology test COVID-19 mendeteksi antibodi terhadap protein Nucleocapsid (N), sedangkan pemeriksaan Anti SARS-CoV-2 Kuantitatif mendeteksi antibodi terhadap protein Spike-RBD. Antibodi terhadap protein Spike-RBD ini lah yang diketahui memiliki daya netralisasi terhadap virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19Pungkas dokter anto ahli kulit ini
Dr. Nur Ashari, M.Kes., Sp.GK Sekretaris IDI Kota Makassar menambahkan dengan terbentuknya antibodi terhadap protein Spike-RBD pada seseorang, maka apabila ada virus SARS-CoV-2 masuk, antibodi penetral ini akan melakukan blocking terhadap masuknya virus, sehingga virus tidak dapat menginfeksi sel dan memperbanyak diri.
Untuk itu, disamping menjalankan protokol kesehatan secara ketat, penting untuk secara berkala melakukan pemantauan jumlah titer antibodi atau antibodi penetral dalam tubuh terhadap virus penyebab COVID-19 untuk meminimalisir paparan virus, dengan melakukan pemeriksaan Anti-SARS-CoV-2 Kuantitatif.
Lanjut dokter Nur Ashari Perkembangan antibodi yang dapat dideteksi umumnya terjadi pada hari ke-14, namun tidak menutup kemungkinan pada beberapa orang memerlukan waktu lebih lama hingga 28 hari. Oleh karena itu, pemeriksaan ini umumnya dilakukan 14 hari setelah dosis vaksin terakhir diberikan untuk melihat respon imun, lalu secara berkala dapat dilakukan setiap 3-6 bulan sekali. Untuk para penyintas COVID-19, pemeriksaan ini juga dapat dilakukan secara berkala pada 3-6 bulan sekali.
Terakhir, untuk pendonor plasma konvalesen, pemeriksaan ini dapat dilakukan sebelum memberikan donor.
Titer antibodi atau antibodi penetral ini diharapkan dapat bertahan selama 1 tahun dalam tubuh, namun seperti yang ditunjukkan oleh berbagai studi, lama bertahannya antibodi terhadap SARS-CoV-2 dalam tubuh berbeda-beda sehingga disarankan dilakukan pemeriksaan anti SARS-CoV-2 kuantitatif pada bulan pertama sejak dosis vaksin terakhir dan secara berkala pungkas dokter ari
Humas IDI Kota Makassar dr Wachyudi Muchsin SH MKes mengatakan kegiatan ini Sejalan dengan komitmen Menjaga anggota nya dengan bekerja sama laboratorium prodia makassar memberi diskon 20 persen untuk seluruh pemegang kartu anggota IDI Makassar .
“Untuk itu, tidak bosan IDI Kota Makassar mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada serta disiplin protokol kesehatan 3 M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak), sebab kondisi saat ini Makassar menyeramkan sehingga kebijakan pelonggaran aktivitas bisnis, perkantoran, sosial, dan pendidikan perlu diketatkan Dengan mematuhi 3 M itu, upaya yang paling efektif dan efisien bisa kita lakukan dalam menekan laju Covid-19,” pungkas dokter koboi.