Site icon Ujung Jari

Untung Tamsil, dari tak Dihitung Jadi Diperhitungkan

“Alhamdulilah… tadi sore hakim MK (Mahkamah Konstitusi) sudah putuskan kita tetap sebagai pemenang,” kata Zainal, seorang kawan dengan nada sumringah mengabari kami dari balik telepon, Rabu (17/2/2021). Dia adalah anggota tim sukses calon Bupati dan Wakil Bupati Untung Tamsil dan Yohana Dina Hindom (UtaYoh) yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai pemenang Pilkada kabupaten Fakfak, Papua Barat tahun 2020 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat.

Putusan MK yang berkekuatan hukum tetap dan incracht tersebut seakan menjadi ‘karpet merah’ bagi Untung dan Yohana untuk melenggang naik keatas panggung pelantikan dan pengambilan sumpah Bupati dan Wakil Bupati Fakfak periode 2020-2025.

Sebelumnya publik dikejutkan, karena kemenangan Untung Tamsil dan Yohana Dina Hindom (UtaYoh) telah menorehkan ‘sejarah baru’ dalam kancah politik di Fakfak dan umumnya Indonesia. Pasalnya, keduanya adalah paslon jalur Independen yang menumbangkan paslon yang didukung oleh kekuatan oligarki 11 partai politik.

Selain merupakan pasangan terpilih dari jalur independen, fakta menarik lainnya ialah Wakil Bupati terpilih Yohana Dina Hindom merupakan perempuan pertama dalam sejarah kepemimpinan di Kabupaten Fakfak.

“Kini saatnya kita bersatu kembali. Kontestasi sudah usai.Tidak ada lagi kubu-kubuan. Saatnya kita bekerja dan menatap kedepan, karena masyarakat Fakfak berharap banyak agar kami bisa membawa perubahan,” tutur Untung Tamsil singkat menyambut putusan MK tersebut.

Sebenarnya, keberadaan Untung Tamsil dalam pentas politik Fakfak bukan orang baru. Jejak karirnya dari bawah selama kurang lebih 23 tahun sebagai ASN di Pemkab Fakfak. Pernah memimipin organisasi kepemudaan KNPI Fakfak.

Sedangkan di dunia politik, Untung, begitu ia akrab disapa, boleh dikata debutan. Bahkan jauh sebelum perhelatan Pilkada digelar, namanya tidak pernah masuk dalam hitungan dan pantauan radar berpeluang maju yang dirilis oleh beberapa lembaga survei.

Bahkan namanya pun bisa dikatakan kalah populer dari calon atau politisi lain yang beredar selama ini di masyarakat. Belum lagi hegemoni politisi senior dari kalangan parpol setempat dan nama tokoh lainnya.

Tetapi fakta kemudian membalikkan prediksi sejumlah kalangan termasuk lembaga survei. Untung dan pasangannya Yohana justru meraup suara signifikan dan jadi pemenang. Kalau dalam sepakbola, boleh dikata sosok Untung ini ibarat pemain “underdog” yang tak dihitung menjadi diperhitungkan. “Ah…biasa saja,” ujarnya tersenyum.

Dia mengakui semua itu berkat andil dan dukungan semua pihak, termasuk para tokoh adat, tokoh masyarakat, relawan, dan para simpatisan di akar rumput.

Bagi sebagian orang menanjaknya popularitas tokoh muda ini dipanggung politik karena faktor karakter yang bersangkutan.Maksudnya? Ia tak berjarak dengan warga, tidak jaga image dan murah senyum. “Ia menerobos sekat yang selama ini memisahkan pemimpin dan warga. Dan tak ragu berkomunikasi dengan bahasa rakyat,” ujar Zainal.

Selain itu, banyak juga warga menilai Untung adalah seorang pekerja keras. Ia bukan sosok yang suka retorika. Tapi pekerja lapangan, dan itu dibutuhkan masyarakat saat ini. Sebagaimana filosofinya, menjadi air putih. Bisa beri manfaat buat orang tanpa perlu gaya. Tapi bening dan dapat melepaskan dahaga. *** (Rusman Madjulekka).

Exit mobile version