MAKASSAR, UJUNGJARI.COM — Perekonomian Indonesia terpuruk sejak masa pandemi kuartal pertama 2020. Banyak perusahaan merugi. Puluhan ribu pekerja dirumahkan. Bahkan ribuan terpaksa di-PHK. Beberapa di antara mereka memilih kembali ke desa untuk mencari pekerjaan baru.
Bisnis yang tetap bertahan di masa pandemi adalah properti. Meski volume pemasarannya turun, bisnis ini tetap berjalan. Beberapa pengemban tetap tersenyum. Rumah tetap laku meski jumlahnya terbatas. Tidak ada karyawan yang dirumahkan. Perusahaan tetap berlaba.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu pengemban yang tetap tersenyum di masa pandemi ini adalah Abdul Salam. Ia adalah Komisaris Utama PT Sanusi Karsa Tama disingkat Sakatama.
Salam kini sedang membangun Bukit Indah Kapuk di Desa Purnakarya, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros. Ini perumahan keempat yang dibangun Sakatama di Maros. Sebelumnya ada Bumi Salam Sejahtera (BSS) 1 dan BSS 2 di Moncongloe serta BSS Land Mandai di Kariango.
Bukit Indah Kapuk yang sekarang dibangunnya cukup laris meskipun di tengah pandemi. “Alhamdulillah di masa pandemi ini masih bisa tersenyum. Rumah masih laku sampai 15 unit per bulan. Alhamdulillah juga tetap bisa laba di tengah pandemi ini. Sakatama juga tidak merumahkan karyawan karena rumah tetap banyak yang terjual,” kata mitra setia Bank BTN ini.
Perumahan Bukit Indah Kapuk memang agak istimewa dibanding tiga perumahan yang sudah ia bangun sebelumnya. Perumahan ini bersebelahan dengan Bukit Indah Glamping.
Destinasi wisata alam baru yang sedang dibangun. Ada juga beberapa spot wisata yang direncanakan. Dimulai dari wisata air, di antaranya waterboom, kolam renang, hingga kolam pemancingan. Kemudian, spot wisata edukasi di kebun.
Salam ingin menyediakannya lantaran memang sudah ada lahan perkebunan warga yang dibelinya, seperti cokelat, merica, dan langsat.
Ada pula lahan persawahan yang disiapkan untuk wisata edukasi. Sapi perah juga akan didatangkan untuk mengedukasi anak soal peternakan. Destinasi anyar ini bakal makin memikat dengan disediakannya areal perkemahan. Desainnya dirancang berpetak-petak.
Salam menceritakan perumahan Bukit Indah Kapuk sepenuhnya dibiayai Bank BTN. Saat launching, 7 November 2018 lalu, hadir langsung Kepala Cabang Bank BTN Makassar, Fauziah Yusri. Itu sebabnya Salam berterima kasih dan memberi apresiasi kepada bank yang kini sudah berusia 71 tahun itu.
Tidak hanya Bukit Indah Kapuk. Tiga perumahan lain yang sebelumnya dibangun juga pembiayaannya dicover Bank BTN. Menurutnya, untuk urusan kredit perumahan, Bank BTN lebih fleksibel dibanding perbankan lainnya.
“Mungkin karena pengalamannya yang sudah puluhan tahun mengurusi nasabah sehingga Bank BTN tetap menjadi primadona bagi pengemban seperti saya ini,” katanya.
Di masa pandemi ini juga, Abdul Salam merasakan kontribusi besar BTN dalam memberikan kemudahan mengakses pembiayaan konstruksi demi melanjutkan bisnis propertinya.
Dia mengaku, jika selama pandemi proses pencairan pinjamannya begitu cepat dan tidak ribet.
Salam menambahkan di masa pandemi ini Bank BTN sudah membantu percepatan pembiayaan konstruksi perumahannya. Angkanya cukup tinggi. Hampir Rp30 miliar. Rinciannya, pada 2020 lalu BTN membantu percepatan pembiayaan konstruksi sebesar Rp22 miliar. Lalu menyusul tambahan pembiayaan Rp7 miliar yang akan digunakan untuk proses pengembangan Bumi Salam Sejahtera 1.
“Jika ditotalkan sudah ada seribu unit lebih rumah disupport oleh BTN dengan harga untuk subsidi Rp156,5 juta dan untuk komersil mulai Rp600 jutaan,” terangnya.
Abdul Salam mengakui, memilih BTN sebagai mitra memang menjadi pilihan tepat. Alasannya koor bisnis BTN memang berpengalaman di bidang pembiayaan perumahan, baik subsidi dan komersil. Pengemban dan user tidak perlu khawatir dan mempercayakan kebutuhan bisnisnya ke perusahaan BUMN tersebut.
“BTN sangat berpengalaman di bidang KPR. BTN sudah menghapal karakter-karakter developer sehingga lebih fleksibel dalam menyelesaikan masalah,” katanya.
Kelebihan lain BTN dibanding perbankan lainnya adalah solidaritasnya ke developer. Di masa-masa pandemi seperti sekarang ini, BTN turun langsung ke lapangan. Memberi motivasi dan menyemangati developer. Melihat progress kontruksi perumahan. “Juga membangun diskusi dengan developer seperti saya ini,” katanya lagi.
Apresiasi User BTN
Tidak hanya developer yang merasakan jasa BTN. User pengemban juga turut menikmatinya. Salah satunya adalah Indayanti. Ibu muda berusia 30 tahun itu telah menikmati KPR BTN sehingga kini memiliki hunian di Blok C Bukit Indah Kapuk. Perumahan yang dibangun Sanusi Karsa Tama di Tanralili, Maros.
Indayanti mengatakan fleksibilitas Bank BTN membuat ia bisa memiliki rumah sendiri dengan mudah dan cepat. Hanya berselang sebelas hari dari akad kreditnya, ia sudah mendiami rumahnya di Blok C/37 Bumi Indah Kapuk. Senang hatinya mendapat kemudahan seperti itu. “Akad kredit 7 Februari 2020. Masuk rumah 18 Februari 2020,” katanya.
Bagi Indayanti, menikmati rumah baru milik sendiri di masa pandemi seperti sekarang ini merupakan berkah tersendiri. Tentu ini semua hadir berkat kemudahan Bank BTN dan kebaikan hati developer, PT Sanusi Karsa Tama. Indayanti berkali-kali menyampaikan apresiasinya kepada bank BTN dan pihak perbankan.
Kini, Indayanti sangat bersyukur karena akhirnya bisa menunggu suaminya, Wawan Setiawan (34 tahun) pulang kerja di rumah sendiri. Bukan lagi di rumah kontrakan yang dibayar jutaan rupiah per tahun seperti yang dilakukan beberapa tahun terakhir ini.
Rumahnya di Bukit Indah Kapuk tidak besar. Satu ruang tamu, dua kamar tidur, satu kamar mandi, dan satu dapur. Ada sedikit pekarangan. Tetapi itu sudah sangat cukup untuk sebuah keluarga kecil yang dihinggapi rasa syukur seperti mereka. Papan nama rumah yang ditempati Indayanti dan keluarganya.
Pelonggaran Akad KPR
Sebagai mitra setia BTN, Abdul Salam memiliki permintaan. Ia berharap bank ini membuat kebijakan pelonggaran akad Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Jika pelonggaran akad dilakukan, ia yakin penjualan rumah akan naik drastis. Di lain sisi, warga yang ingin membeli dan memiliki rumah baru juga bisa dilakukan dengan lebih mudah.
Wakil Ketua REI Sulsel ini mengakui selama ini user di empat perumahan yang dibangunnya didominasi tiga kalangan. Pegawai negeri sipil, tentara, dan polisi. Sebagian lainnya karyawan swasta. Kelompok masyarakat di luar ini masih kesulitan memperoleh rumah hunian.
“Jadi BTN perlu pikirkan pelonggaran akad kredit itu. Terutama persyaratannya sehingga masyarakat umum juga bisa punya akses memperoleh rumah. Kan pembiayaan lain di luar perumahan juga sudah membuat banyak pelonggaran,” katanya.
Permintaan pelonggaran akad kredit juga disuarakan Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman (Apersi) Sulsel, Yasser latif.
Ia mengatakan bahwa realisasi penjualan properti di Sulsel hingga akhir 2020 tidak mencapai target. Ia berharap perbankan terutama Bank BTN melakukan pelonggaran beberapa kebijakan. Salah satunya dalam hal pembiayaan pemilikan rumah dari perbankan atau akad kredit perumahan.
“Banyak perbankan yang hanya memprioritaskan pemanfaatan KPR bagi pegawai negeri atau anggota TNI dan Polri. Mungkin sudah saatnya juga menyasar komponen masyarakat lain. Bank tidak pilih-pilih user,” katanya. (Darwin)