JAKARTA, UJUNGJARI.COM — Program Merdeka Balajar yang digelontorkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan salah satu tujuannya adalah menyikapi perubahan dan adaptasi kebiasaan baru akibat pandemik virus Covid-19.

Dunia pendidikan dari berbagai tingkatan yang notabene adalah pencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, harus bisa meresponnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hal ini ditegaskan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim pada Forum Merdeka 9 (FMB9) yang digelar secara virtual bertajuk “Merdeka Belajar, Transformasi Pendidikan Indonesia”, Jumat (22/1/2021) di Jakarta.

“Kita perlu merdeka di semua tingkat pembelajaran untuk memberikan kekuatan bagi para guru, sekolah, para orang tua murid, dan tentunya peserta didik,” ujar Menteri Nadiem.

Melalui konsep merdeka belajar ini, lanjut Mendikbud, generasi penerus bangsa dapat menyesuaikan diri dengan kondisi pandemi saat ini.

Jadi, kegiatan belajar tetap dapat berlangsung melalui berbagai alternatif yang memadai dengan menggunakan medium-medium teknologi.

“Ini salah satu cara kita bisa beradaptasi di dunia pendidikan termasuk perubahan teknologi
yang begitu pesat,” katanya.

Dijelaskannya, bahwa Kemendikbud akan memastikan, bahwa kegiatan belajar tetap berlangsung di tengah keterbatasan yang disebabkan oleh pandemi.

Hal ini dilakukan karena dampak program merdeka belajar dipandang signifikan meningkatan kualitas SDM dalam negeri ke depan, di tengah ancaman virus yang masih belum tentu kapan berakhirnya.

“Kemendikbud memastikan program itu masih terus berjalan walaupun dengan segala tantangan yang sudah ada,” imbuhnya.

Dalam mendukung hal di atas, selama tahun 2020, Kemendikbud juga telah mengeluarkan serangkaian kebijakan yang memudahkan sektor pendidikan tetap berlangsung. Salah satunya
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) afirmasi dan kinerja bagi seluruh sekolah, negeri maupun
swasta.

“Dana bos dulunya hanya untuk sekolah negeri. Tapi saat ini sekolah swasta juga mendapatkannya,” tegasnya.

Pihaknya, juga membuat kurikulum darurat yang menyederhanakan kurikulum pembelajaran.
Materi pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik hanya materi utama saja. Dalam waktu tiga sampai empat bulan, Kemendikbud melakukan hal tersebut.

Dengan pola seperti ini para guru dapat berkonsentrasi kepada mata pelajaran yang memiliki esensi paling besar dalam proses belajar.

“Guru-guru hanya fokus kepada yang esensi dan kompetensi-kompetensi inti saja. Sehingga akan menurunkan resiko ketertinggalan,” katanya.

Selain itu Kemendikbud juga memberikan bantuan kepada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dalam
bentuk bantuan Uang Kuliah Tunggal (UKT). Total sekitar 410.000 mahasiswa yang telah menerima kondisi bantuan tersebut, sehingga bisa melanjutkan kuliahnya.

“Dana bantuan secara langsung kepada mahasiswa untuk sekitar 410.000 mahasiswa yang paling membutuhkan. Dan ini terutama untuk mahasiswa mahasiswa di PTS,” pungkasnya. (**)