GOWA, UJUNGJARI.COM — Pasca pandemi covid-19 semua sektor perekonomian mengalami inflasi. Semua usaha terjepit. Salah satunya adalah usaha tempe tahu.
Karena harga kedelai mengalami inflasi, maka para pelaku usaha makanan olahan kedelai ini pun kesulitan bahan baku. Kini harga kedelai naik menjadi Rp 9.600 per Kg dari semula hanya Rp 7.000 per Kg.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Seperti diakui Suarni, salah satu pengusaha tempe tahu rumahan. Suarni mengatakan, terpaksa dia harus menaikkan harga produksi tahu dari Rp 70.000 menjadi Rp 75.000 per ember kepada para pedagang kaki lima alias pengecer tahu tempe.
” Saya naikkan harga karena harga kedelai juga naik,” kata Suarni saat dihubungi, Minggu (3/1/2021) sore.
Suarni mengatakan, bahan baku kedelai yang dia pakai untuk diolah jadi tahu dan tempe biasanya sebanyak 750 Kg per hari. Namun sejak bulan lalu (Desember 2020) bahan baku yang digunakannya menurun hingga 400 Kg per hari.
” Saat ini saya hanya bisa memenuhi bahan baku kedelai sebanyak 400 Kg per hari. Saya tidak bisa menggunakan hingga 750 Kg sebab harga kedelai mahal,” jelas Suarni yang menetap di Jl Swadaya, Kelurahan Tompobalang, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.
Suarni yang memiliki empat orang karyawan ini mengaku terpaksa akan menutup usaha tempe tahunya bila kondisi harga kedelai terus menerus mengalami inflasi.
” Saya pasti akan tutup usaha saya ini jika harga kedelai menembus Rp 10.000 per Kg. Ini sudah sangat mahal. Tentu saya tidak akan sanggup menggaji empat karyawan saya karena keuntungan tidak ada. Biaya produksi akan lebih tinggi,” kata Suarni.
Meski diakui harga naik dan usaha tempe sempat melemah, namun Kepala Pasar Induk Minasamaupa Sungguminasa Zainuddin Langke yang dikonfirmasi, Senin (4/1/2021) malah mengklaim produksi tempe tetap normal.
Diakuinya, produksi tempe sempat berkurang di pasar sejak 31 Desember 2020 hingga 2 Januari 2021 kemarin. Namun kata Zainuddin Langke, produksi itu sempat berkurang sebab di penghujung tahun 2020 hingga awal 2021 yang masih dalam suasana liburan tahun baru, sejumlah pengusaha tempe ikut libur dan tidak berproduksi.
” Sejumlah pengusaha tempe juga turut istrahat hingga tiga hari mulai tanggal 31 Desember, 1 dan 2 Januari. Proses pembuatan tempe itu tiga hari dan mereka juga libur sehingga produksi tempe tahu di pasar saat itu berkurang. Tapi kurangnya itu bukan berarti langka. Tempe tetap ada cuma produksinya saja yang kurang, meski harga kedelai naik,” kata Zainuddin Langke.
Diakuinya, kenaikan harga kedelai juga tidak terlalu signifikan, sehingga tetap ada produki tempe dan tahu. Apalagi di Gowa bukan cuma satu dua orang pengusaha tempe.
” Jadi mulai besok produksi tempe akan normal kembali karena para pengusaha tempe tahu kembali eksis berproduksi,” kata Zainuddin Langke.-