JAKARTA,UJUNGJARI.COM– Perilaku 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak) masih menjadi protokol kesehatan yang relevan meski langkah vaksinasi oleh pemerintah semakin dekat. Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) Dr. Ede Surya Darmawan SKM., MDM mengatakan perilaku 3M bisa dikatakan sebagai upaya pencegahan di level I dalam teori Kesehatan Masyarakat.
“Kalau dulu, kalau mau makan, habis dari toilet [baru cuci tangan]. Kalau sekarang, habis menyentuh benda apapun harus cuci tangan. Jangan menyentuh mulut, hidung, dan mata, pastikan kita sudah bersih dulu kalau mau menyentuh itu,” katanya dalam Dialog Produktif dengan tema ‘Hancurkan COVID-19 dengan Vaksin, Disiplin 3M, dan Hidup Sehat’ di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa (1/12/2020).
Begitu pula dengan pemakaian masker dan menjaga jarak, masyarakat dinilainya harus tetap melakukan perilaku 3M untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan orang di sekitarnya. Dia mengemukakan penularan virus korona melalui droplet yang dikeluarkan oleh orang yang sakit, sehingga pemakaian masker, jaga jarak, dan mencuci tangan menjadi langkah pencegahan paling efektif.
“Di tempat kerja yang berisiko, atau naik motor harus pakai helm, badannya pakai jaket, sarung tangan, perlindungan spesifik [seperti memakai masker dan jaga jarak],” jelasnya.
Lalu, perlindungan lainnya berada pada sistem pertahanan tubuh yang bisa dilakukan melalui pemberian vaksinasi atau disebut sebagai specific protection supaya tubuh menjadi kebal terhadap penyakit tertentu.
Hingga saat ini, dia mengatakan pemerintah terus melakukan uji klinis dengan ribuan sukarelawan untuk mendapatkan hasil yang efektif untuk memerangi COVID-19. Namun, untuk mencapai ke upaya vaksinasi, dia menyebut hal itu tidak mudah karena proses pelaksanaan vaksinasi mulai dari pengembangan, uji klinis, pemberian izin, distribusi, hingga proses vaksinasi membutuhkan waktu yang tidak singkat.
“Kalau targetnya [vaksinasi] 70 persen dari penduduk dengan usia 18-59 tahun, diperkirakan 120 juta orang [yang harus divaksin], berarti [butuh] biaya dan waktu yang lama. Sebaiknya 3M tidak bisa lepas,” jelasnya.
Soal keamanan dan kehalalan vaksin, dia meyakini pemerintah tidak akan main-main sehingga masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut. Sejumlah lembaga, mulai dari BUMN yang bekerjasama untuk memproduksi vaksin COVID-19, Badan Pengkajian Obat dan Makanan (BPOM), dan Majelis Ulama Masyarakat sedang melakukan tugasnya masing-masing.
Oleh karena itu, dia mengingatkan bahwa praktik hidup sehat harus terus dijalankan, meski nantinya vaksin COVID-19 sudah ditemukan.
Secara umum, prinsip kesehatan masyarakat disebutnya adalah melakukan upaya bersama supaya bisa sehat. “Darurat kesehatan masyarakat mengingatkan kita bahwa sehat itu bukan urusan satu kelompok tetapi urusan kita bersama,” tambahnya.