MAKASSAR,UJUNGJARI.COM–Komisi Kerukunan Antar Ummat MUI Pusat menghelat Dialog dan Sosialisasi Buku Kerukunan Antar Umat Beragama Perspektif Islam secara blended, yakni secara luring dan daring, bertajuk “Merajut Kerukunan antar Umat Beragama,” di Swiss-Belinn hotel, jl.Boulevard Raya Nomor 55 Makassar, Rabu, 18/11/2020.
Acara diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia, diikuti oleh pembacaan Kitab Suci Al-Quran, dilanjutkan dengan laporan ketua pelaksana kegiatan dan sambutan-sambutan serta keynote speech dari Bapak Irjen Pol Drs Merdisyam, Kapolda Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kegiatan ini dihadiri pengurus MUI Pusat, pengurus MUI Provonsi Sulawesi Selatan. Pengurus MUI Sulsel yang hadir antara lain Prof Dr Rahim Yunus, yang juga Wakil Ketua Umum MUI Sulsel, Prof Dr Muh. Ghalib, yang juga Sekretaris Umum MUI Sulsel, Ir H Andi Thaswin M Si, yang juga Bendahara Umum MUI Sulsel, Dr H Wadpada Santing, yang juga Ketua INFOKOM MUI Sulsel, dan Dr Sukardi Weda, yang juga Wakil Ketua Komisi Infokom MUI Sulsel.
Pengurus MUI kabupaten dan kota juga hadir. Di antaranya MUI Kota Makassar, MUI Kabupaten Gowa, MUI Kabupaten Pangkep, MUI Kabupaten Maros, MUI Kabupaten Takalar. Utusan dari ormas Islam, seperti Pengurus Pusat Wahdah Islamiyah, PWNU Provonsi Sulsel, PW Muhammadiyah Sulawesi Selatan, DPW LDII Sulawesi Selatan, PW Perti Tarbiyah Islamiyah, PW Jam’iyatul Ilamiyah, PW Aisyiyah, PW Muslimat NU, PW KAHMI juga hadir.
Demikian juga perwakilan universitas seperti Universitas Negeri Makassar, UIN Alauddin Makassar, Universitas Hasanuddin, UMI, dan Universitas Muhammadiyah Makassar. Secara luring acara ini dihadiri sekitar 100 orang.
Adapun nara sumber dalam kegiatan tersebut adalah Kapolda Sulawesi Selatan, Irjen Pol Drs Merdisyam M Si, yang juga keynote speaker, Dr Nadjamuddin Ramly, Prof Dr Muh Ghalib, Prof Dr Masykuri Abdillah, Dr Rifqi Muh. Fatkhi, Dr Zainuddin Daulay dan Dr Moqsid Ghazali.
Dr H Mafri Amir M A, yang juga ketua panitia pelaksana menyampaikan dalam laporannya bahwa kegitan dialog dan sosialisasi buku kerukunan antar umat beragama perspektif Islam ini telah dilaksanakan sejak Januari 2020.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk menghimpun problematika yang mengganggu kerukunan beragama dalam perspektif Islam di tengah masyarakat.
Dalam sambutannya, KH Abdul Manan Ghani, yang juga Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama MUI Pusat, mengatakan dalam sambutannya bahwa Indonesia terdiri dari beribu pulau dengan beragam suku bangsa, bahasa, dan adat istiadat, dan Sumpah Pemuda telah menyatukan kita dalam bingkai NKRI.
Di negara lain, kata dia satu pulau terdiri dari hanya beberapa suku bangsa, tetapi mereka berperang tiada henti, ujarnya. Umat Islam di Indonesia menjadi contoh umat Islam di dunia, yang tasamuh, toleran, dan umat Islam bisa menjaga umat beragama yang lain, terjalin bukan hanya ukhuwah Islamiyah, tetapi juga ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariah. Hubungan antar umat beragama menjadi penting, didialogkan agar tidak terjadi ketegangan dan disharmoni, baik antara umat Islam maupun dengan umat beragama yang lain.
Menurut dia buku bertajuk Kerukunan antar Umat Beragama Perspektif Islam, perlu dijadikan pedoman MUI, baik MUI Pusat hingga kecamatan untuk mewujudkan kerukunan sebagaimana yang dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW.
“Perlu juga ada buku kerukunan antar umat beragama perspektif agama lain untuk membangun kerukunan dan menjadi kerangka cinta tanah air,” tandasnya.
Dr Nadjamuddin Ramly M Si, yang juga Wakil Sekjen MUI Pusat sekaligus newakili Ketua Umum MUI Pusat dalam sambutannya mengatakan tanpa gesekan adalah tujuan kita sebagai khalifah di dunia ini. “Mari menciptakan harmoni di dunia ini untuk melindungi manusia, hewan, dan tumbuhan sebagai rahmat untuk seluruh alam,” ujarnya.
Ia menambahkan, bagaimana membangun dan merajut keharmonisan dalam bingkai NKRI, sehingga timbul saling pengertian, tasamuh, dan toleransi. Kalau di daerah itu dominan umat Islam, maka umat beragama lainnya terlindungi.
Dalam keynote speech-nya bertajuk “Merajut Keharmonisan Umat Beragama dalam Bingkai NKRI,” Irjen Pol Merdisyam M Si mengawali materinya dengan menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang tinggi kepada para alim ulama, zu’ama dan cendikiawan muslim, yang senantiasa memberikan dakwah yang menyejukkan sehingga situasi kamtibmas semakin aman dan kondusif.
Irjen Pol Merdisyam menambahkan bahwa kita memiliki keragaman suku, adat, dan agama harus dikelolah dengan baik, karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan.
“Semoga MUI dapat menjadi pemersatu bangsa, harapnya. Saling membantu, meskipun berbeda agama atau keyakinan untuk merajut harmoni, dan MUI perlu mengambil peran untuk menyelesaikan masalah dalam masyarakat, tegasnya. Irjen Pol Merdisyam dalam pemaparannya banyak mengutip filosofi dan kearifan lokal, macca, warani, dan magetteng. Beliau juga memaparkan filosofi Pinisi, yaitu gotong royong, percaya pada proses, etos kerja, keindahan, sederhana, kokoh hadapi tantangan, sampai pada tujuan. Termasuk juga Pasaribattang, Sipakatau, Sipakainge, Sipakalebbi, Ma’bulo Sibatang, dan Siri’ na Pacce, juga secara gamblang diuraikan oleh Kapolda Sulawesi Selatan,” katanya.
Mewakili MUI Sulawesi Selatan, Prof Dr Muh Ghalib M A dalam paparannya mengatakan bahwa kerukunan adalah keadaan hubungan antar umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, dan menghargai dalam pengamalan ajaran agama dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat.
Sukardi Weda, mewakili Universitas Negeri Makassar, yang juga Wakil Ketua Komisi Infokom MUI Sulawesi Selatan menyambut dengan baik kegiatan ini, karena dengan kegitan seperti ini, peserta dapat berbagi pengetahuan tentang praktik kerukunan beragama yang baik, sehingga tercipta harmoni dan keteraturan di tengah masyarakat.