GOWA, UJUNGJARI.COM — Kasubag Humas Polres Gowa AKP Mangatas Tambunan mengatakan, hingga kini motif kematian M siswi SMA kelas 2 di Manuju, Kecamatan Manuju, Kabupaten Gowa masih terus dilakukan penyelidikan.
“Sampai hari ini, kami masih terus menggali apa motif sesungguhnya dibalik kematian korban. Untuk sementara kami masih pada data awal kemarin,” kata AKP Mangatas Tambunan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kasubag Humas juga mengatakan, sampai saat ini dugaan sementara penyebab korban M nekat menghabisi nyawanya adalah karena beban tugas belajar daring yang dilakukan sekolahnya selama pandemi covid-19 merebak.
“Jadi tidk ada motif asmara. Yang jelas korban mengalami stress, karena banyaknya beban tugas sekolah melalui sistem daring yang dirasakan korban. Sebelum meninggal dunia, korban sudah menyampaikan ke teman-temannya bahwa dia akan mati pada hari Sabtu atau Minggu. Bahkan korban melalui pesan WhatsApp menginformasikan itu. Ini keterangan dari pihak keluarga,” jelas AKP Mangatas Tambunan.
Terpisah Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gowa Dr Salam yang dimintai tanggapannya terkait keluhan beban tugas dalam daring yang dialami siswi tersebut, Selasa (20/10/2020) siang di kantornya mengatakan secara pribadi pihaknya tidak yakin yakin jika penyebab kematian siswi SMA tersebut karena beban tugas di sekolah.
“Saya tidak yakin itu penyebabnya. Dari sisi akademik saya tidak yakin. Apalagi diumur yang masih cukup muda. Sepanjang sepengetahuan saya tentang ilmu-ilmu semacam itu, level SMA itu hanya pada level analisis. Namanya saja hanya menganalisis pelajarannya jadi sebenarnya tidak berat. Tapi saya tidak punya kewenangan untuk terlalu jauh, apalagi SMA itu kewenangan Disdik provinsi. Kita serahkan semuanya kepada penyidik,” jelas Dr Salam.
Ditanya soal bagaimana terapan pembelajaran daring selama masa pandemi covid-19 ini, Dr Salam menjelaskan, jika berbicara dari usia belajar TK dan SD, maka kita paham betul bahwa beban belajarnya itu hanya pada level C1 dan C2.
Pada level C1 dan C2 itu hanya mengingat dan memahami. Hanya sebatas itu. Ini namanya taksonomi bloom. Penekanannya segala bahan penilaian atau materi itu, wilayahnya hanya sebatas bagaimana anak bisa mengingat dan memahami.
Kalau itu naik ke jenjang SMP, maka ini meningkat ke jenjang yang namanya jenjang penerapan atau level C3. Kalau sudah SMA, naik lagi pada jenjang aplikasi yakni C4 dan kalau perguruan tinggi masuk di jenjang C5 sintesis dan C6 evaluasi.
“Jadi sebanyak apapun sebenarnya bahan yang diberikan tidak akan pernah melewati batas yang ditentukan kalau SD itu C1 dan C2. Begitupun SMP dan SMA semua tetap pada levelnya,” ungkap Kadis Pendidikan Gowa ini.
Karena itu menurut Dr Salam, dari segi psikologi belajar, pola dan strategi level-level ini sudah diterapkan di Gowa.
“Agar anak didik tidak merasa tugas itu sebagai sebuah beban, maka kita kemas itu dengan Joyfull Learning (pembelajaran dalam suasana menyenangkan). Ada tahapan-tahapan yang ditempuh didalamnya sehingga anak tidak merasa sedang belajar. Bahkan pembelajaran daring ini ditekankan tidak harus di dalam rumah, tapi bisa dimana saja,” tambahnya.
Dikatakan Dr Salam, khusus di Gowa, sudah mengantisipasi lebih awal, dari jauh-jauh hari sebelumnya mengenai beban psikologis yang dialami anak dalam pembelajaran daring.
Karena itu tambahnya, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan telah memerintahkan agar pembelajaran daring dilakukan senyaman mungkin.
Sebab tidak akan ada anak yang betah duduk depan laptop atau androidnya selama 15 menit hanya untuk belajar daring. Karena itu Bupati Gowa memerintahkan agar pelaksanaan belajar via daring harus dilakukan guru senyaman mungkin untuk anak. (sar)