MAKASSAR, UJUNGJARI – Pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Munafri Arifuddin-Abdul Rahman Bando sepanjang sepekan pertama kampanye resminya di sejumlah titik kunjungan selalu disambut antusias warga.

Kehadirannya, sekaligus digunakan warga pinggiran dan lorong untuk menyalurkan curahan hatinya dan jeritan derita mengenai hal-hal mendasar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penanganan banjir yang amburadul, lorong gelap dan rusak, ketidakadilan air bersih, joroknya sampah, mahalnya biaya pendidikan, sulitnya lapangan kerja, dan keterpurukan ekonomi akibat pandemi Covod-19.

Kedatangan Appi dan Rahman selalu menarik perhatian masyarakat karena rombongan disertai Satgas Kesehatan yang melakukan penyemprotan disinfektan atau pengasapan ke00 rumah-rumah warga. Selalu pula melekat Duta Sehat yang membagikan handsanitizer hingga memasangkan masker kepada warga.

Duta Sehat dan Satgas Kesehatan menyentuh hati warga. Yel-yel Appi-Rahman Menang, Makassar Bangkit, Ewako, pilih nomor 2, pun diteriakkan silih berganti oleh warga dan pendukungnya.

Calon Walikota Rahman Bando misalnya, dalam salah satu kunjungan, dijemput pendukungnya dan warga di mulut lorong, lalu diarak dan diiringi yel-yel sepanjang lorong sampai tiba di rumah tokoh masyarakat tempat dialog.

Pada berbagai kunjungan, sesekali terdengar pujian warga mengenai raut muka Appi, saat ia membuka masker untuk berpidato atau berdialog dengan peserta kampanye. “Eeee cakepnya Pak Appi…,” begitu biasa terdengar ungkapan rasa kagum dari kalangan perempuan.

Appi maupun Rahman belakangan ini lebih banyak memberikan kesempatan kepada warga untuk mengutarakan uneg-unegnya. Atau mengemukakan saran dan pendapat warga. Appi mengurangi durasi pidato, membahas programnya, sehingga lebih banyak kesempatan bagi warga bertanya dan menyampaikan curahan hatinya. Namun setiap menjawab peserta kampanye, Appi maupun Rahman senantiasa menghubungkan responnya dengan program kerja atau visi misinya.

Di kawasan Pasar Abu Bakar Lambogo (ablam) misalnya. Hamsir, salah seorang warga Barabarayya, begitu dipersilakan bicara, ia langsung tancap gas menggunakan kesempatan mengutarakan kekesalannya dan penderitaan warga yang tidak pernah diperhatikan pemerintah kota selama ini.

“Setiap hujan pasti air tergenang. Jadi kami berharap agar Pak Appi memperhatikan jalan Sungai Saddang di depan itu. Asal hujan, pasti banjir,” kata pedagang kelontong itu.

Bahkan dengan suara yang terbata-bata dan sesekali meninggi, ia mempertegas kondisi ini sudah sekian tahun lamanya. Pemerintahan sebelumnya hingga saat ini belum juga memberikan perhatian serius. “Tidak pernah tidak, air pasti tergenang selalu begitu Pak,” tuturnya.

Padahal di kawasan itu terdapat kanal yang bisa menampung air kala musim penghujan. Namun drainase tidak pernah dibangun. Warga menderita di kala musim hujan tiba.

“Itulah kasian kenapa kami minta kalau Pak Appi duduk Wali kota Insyaallah, supaya ini diperhatikan,” ujarnya dengan nada hatap.

Di Kelurahan Gunung Sari, Kecamatan Rappocini, keluhan warga malah lebih kompleks. Arman Rauf, salah seorang tokoh masyarakat membeberkan, sudah puluhan tahun air PDAM tak dirasakan warga. Mereka hanya menikmati air bersih dari sumur bor.

“Kita sudah berulang kali meminta tapi tak pernah digubris. Kami sudah bosan dan tentunya berharap bila Pak Appi terpilih jadi wali kota bisa menuntaskan hal ini,” bebernya.

Tak hanya itu, kata pria yang juga Imam Masjid Syekh Yusuf ini, pemerintah sebelumnya juga tak pernah memperhatikan kondisi kebersihan lingkungan warga. “Kalau hujan, di sini banjir. Sampah berserakan. Air hujan menggenangi jalan sana sini,” katanya.

Terkait sampah, keluhan warga umumnya soal pengelolaan sampah yang kurang baik sehingga selalu terjadi penumpukan, menimbulkan bau busuk yang menyengat. Masalah lainnya iuran sampah yang dianggap membebani.

“Ini kebutuhan paling urgen. Bagaimana orang bisa memasak kalau tak punya air bersih. Kita harus tuntaskan hal ini,” respon Appi. Untuk sampah, Appi janjikan pengelolaan yang baik karena menyangkut kebersihan lingkungan dan kesehatan warga. Iurannya digratiskan kalau terpilih memimpin Kota Makassar.

Pada umumnya, masyarakat mengapresiasi dan berterima kasih kepada Appi-Rahman yang telah menunjukkan komitmen dengan program nyata pencegahan penyebaran Covid-19 dengan menerjunkan Duta Sehat, Satgas Kesehatan membagikan masker dan handsanitizer, melakukan penyemprotan cairan disinfektan dan pengasapan (fogging). Appi-Rahman sudah beraksi saat orang lain masih berjanji.

Curhat warga tentang sampah, banjir, air bersih, jalan rusak, keamanan, lapangan kerja, merupakan persoalan mendasar yang menjadi tanggung pemerintah kota. Pada bagian ini, pemerintah gagal. 

Itulah realitas kehidupan warga dan kota metropolitan ini. Muka mengkilap, tetapi badannya yang terbungkus pakaian gemerlap pencitraan, ternyata penuh koreng, panu, dan luka hati warga. Sebagian wajah bopeng Kota Makassar,  merindukan tampilnya pemimpin yang mau mendengar dan adil bagi warganya. Bukan sebaliknya, pemimpi yang hanya mau menyimak penjilatan pemujanya dan adil seadil-adilnya hanya bagi keluarga dan kroninya. (*)