MAKASSAR, UJUNGJARI.COM — Tim Gugus Tugas Penanggulangan dan Penanganan Covid-19 Kota Makasar merilis data kasus covid-19 pada Selasa (7/10) sore di Posko Gugus Tugas Covid-19 Makassar, Jalan Nikel.
Berdasatkan data, kasus positif di ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan ini sudah mencapai 8.540 kasus. Dari jumlah ini, ada 1.665 orang yang masih dirawat atau 19,5 persen. Selebihnya adalah kasus sembuh sebanyak 6.596 orang sedangkan kasus meninggal dunia sebanyak 279 orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar, Naisyah Tun Azikin mengatakan, kabar yang cukup melegakan karena tingkat kematian di Kota Makassar tercatat 3,3 persen. Sementara untuk tingkat kesembuhanya tercatat 77,2 persen.
Tingkat kematian akibat COVID-19 di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, per 6 Oktober 2020 tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat kematian akibat COVID-19 secara nasional yaitu 3,7 persen.
5
“Ini menunjukkan bahwa penanganan kita selama ini lebih baik,” kata Naisyah.
Berdasarkan kelompok umur, kasus kematian akibat COVID-19 paling banyak terjadi pada usia lebih dari 60 tahun dengan jumlah 150 orang. Rata-rata meninggal karena adanya penyakit komorbid atau penyerta seperti jantung, kanker, gagal ginjal dan sebagainya.
“Tapi meski kasus tinggi, konfirmasi positif tinggi, yang dirawat tinggi yang penting tidak menyebabkan kematian. Jadi salah satu tolok ukur keberhasilan adalah tidak terjadi kematian,” kata Naisyah.
Sementara itu, Ketua Tim Epidemiologi COVID-19 Kota Makassar, Ansariadi, mengatakan angka kematian yang lebih rendah dari nasional itu sebenarnya hanya ekspektasi. Dengan data tersebut, menurutnya orang akan berekpektasi bahwa apa yang terjadi di Makassar jauh lebih baik dibandingkan apa yang terjadi secara nasional dan beberapa kota besar lainnya.
Hal tersebut dikarenakan belum tentu semua orang yang meninggal akibat COVID-19 bisa tercatat. Sebab angka 3,3 persen itu, kata Ansariadi, merupakan kasus yang terdata dan terlaporkan di layanan kesehatan dan belum termasuk jika ada yang meninggal di rumah.
“Kalau seandainya yang meninggal itu di rumah sakit, kita bisa yakin 100 persen bahwa 3,3 persen itu adalah total kematian. Yang jadi pertanyaan adalah kalau hanya sebagian kecil yang meninggal di rumah sakit, dan sebagian besar orang meninggal di rumah, itu kan kita tidak tahu,” katanya.
Tetapi jika dibandingkan dengan Jakarta yang angka kematiannya hanya sekitar 2 persen, kata dia, Makassar masih jauh lebih tinggi. Namun melihat kapan sebenarnya kematian itu terjadi maka seharusnya ada progres.
Dia mengatakan kematian itu lebih banyak terjadi di awal-awal pandemik. Artinya, walaupun kematian tinggi, tapi ada progres penanganan jadi lebih bagus. Misalnya, seperti minggu lalu di mana ada 10 orang meninggal dalam seminggu tapi sekarang hanya 2 – 5 orang.
“Jadi itulah indikator itulah yang menunjukkan bahwa penanganannya lebih bagus. Meski report menyatakan sekitar 3,3 persen, namun menurut saya kematian memang lebih tinggi dari Jakatrta tapi posisi progres mulai ada perbaikan,” katanya. (*)