Suatu hari, saya diajak kawan menghadiri undangan di lapangan Syech Yusuf. Tepatnya di alun-alun kota Sungguminasa, kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Kegiatan itu tindak lanjut dan sosialisasi “Gerakan Sejuta Masker” yang digelar awal Juli silam lalu yang dihadiri Mendagri Tito Karnavian.
Banyak dan hampir semua elemen masyarakat hadir. Mulai pedagang, anak sekolah, utusan ormas, ASN, TNI/Polri, hingga para pejabat. Disana Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan, pun ada. Saya tidak kenal dia (tentu ia pun tak mengenal saya!) Kecuali dari layar kaca atau media daring. Sebagai penulis saya cukup tertarik dengan gaya egaliter beliau saat pidato, dari video youtube. Ada nuansa tanpa sekat saat ia bicara pada bawahannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kalau ada pemipin daerah suasana formal, resmi tegang biasa hadir. Bupati muda satu ini mengubah paradigma itu. Nuansa yang saya kira akan kaku, berubah jadi dinamis, cair, berbalut ceria, kala ia turun dari mobil dinasnya. Ia tersenyum sambil melambaikan tangannya.
Yang membuat saya kaget, hampir semua orang yang ada di panggung disalaminya (dengan gaya salam ala corona!). Ini Bupati menghargai betul orang-orang di sekitarnya. Para pejabat, perwira TNI/Polri serta tokoh masyarakat yang hadir disana, bahkan ada yang seniornya, semua disapa dengan kata “Daeng, Kanda, Bang…” dengan penuh hormat.
Saya menyaksikan pemandangan lain. Saking menghargainya pada senior, ada beberapa pejabat atau tokoh masyarakat yang secara kepangkatan berada dibawahnya, ia berikan hormat terlebih dahulu saat menghampirinya.
Ada kerendahan hati tersaji dari sosok Bupati ini. Menjadi kewajaran bawahan hormat mengawali, ini atasan memberi hormat diawal, penghargaan kepada senior-seniornya. Dari gesturnya, Bupati ini tidak segan memberi kode salam jaga jarak sambil membungkuk sinyal “pakewuh” terhadap pendahulunya. Big Respect!
Sejenak saya terdiam. “Saya harus belajar banyak sama sosok ini. Kalau saya jadi pejabat nanti, sudah ketemu salah satu role model,” bisik kawan saya. Kami berdua sepakat, sesungguhnya attitude terkecil adalah cara seseorang menyapa orang lain. Tapi first sight inilah yang jadi penilaian abadi.
Sang Bupati tidak bisa menyalami saya, karena saya di belakang barisan depan, namun ia sempat memandang saya, dan memberikan anggukan tanda sapa. Namun sikapnya membuka satu pintu kenyamanan positif bersahabat.
Dalam sambutannya, Bupati Adnan menyampaikan, “Musuh kita covid-19. Mari kita hadapi bersama dengan kompak. Vaksin terbaik saat ini pakaai masker dan tetap jalankan protocol kesehatan,” Persis yang saya lihat di whatsapp video, ia tegas urusan wabah corona.
Sisi ketegasan juga sebelumnya ia tunjukkan saat ‘tarik ulur” acara bertajuk Ijtima Ulama Dunia 2020 Zona Asia, yang rencananya digelar di Kompleks Darul Ulum, Kecamatan Bontomarannu, Gowa. Pakkatto, Gowa 19-22 Maret silam. Acara itu melibatkan peserta dari 48 negara.
Panitia berkeras. Pasalnya, ribuan peserta sejatinya sudah berada di Sulsel dan di Indonesia jauh hari sebelum peringatan bahaya Corona sampai di Indonesia. Menyikapinya Bupati Adnan tak ngotot melarang. Pendekatan persuasif dilakukan dengan lobi intensif kepada semua pemimpin jamaah. Bersama Forkopimda Gowa, Adnan menyadari sia-sia mengadang mereka di jalan. Cara persuasif itu efektif. Semua pihak mau berdialog.
Agaknya,saya menangkap sinyal bukti dan komitmen yang kuat perangi covid-19 dari seorang Adnan tak diragukan lagi.
(Rusman Madjulekka, alumni FISIP Unhas Makkassar).