Bantu Pengrajin Daur Ulang, PHRI dan Masata Gowa Buka Tenant Khusus
GOWA, UJUNGJARI.COM — Pengrajin di Kabupaten Gowa cukup banyak, sayangnya mereka terkendala pemasaran. Tak heran jika banyak pengrajin produknya hanya musiman alias tidak konsekwen meningkatkan kuantitas terlebih kualitas.
Kendala ini dirasakan hampir seluruh pengrajin di Gowa khususnya yang ada di kota wisata Malino, Kecamatan Tinggimoncong. Kondisi inipun terbaca oleh Muhammad Khadir, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Gowa sekaligus Ketua Masata (Masyarakat Sadar Wisata) Gowa yang kemudian mencari solusinya.
” Banyak pengrajin khususnya kerajinan tangan kerap mandek usaha lantaran terbentur pasar. Karena itu saya coba tawarkan konsep bagi para pengrajin untuk menumbuhkan semangat mereka yang selama ini mengeluhkan tidak adanya pasar untuk produk mereka. Saya yakin jika sudah ada pasar maka pastinya akan memunculkan pengrajin-pengrajin baru. Secara tidak langsung pula beban lingkungan juga sedikit terangkat dengan adanya ini sebab bahan baku kerajinan mereka adalah sampah yang didaur-ulang,” kata Khadir yang menggagas konsep pasar bagi pengrajin dengan menggandeng komunitas Peduli Gowa ini.
Kepada ujungjari.com, Selasa (22/9/2020) malam, Khadir mengatakan, konsep yang ditawarkan adalah melakukan tehnik promosi sekaligus penjualan hasil kerajinan daur ulang dengan cara berkolaborasi dengan tempat-tempat wisata.
” Untuk awal akan kita buka satu kios atau stand (tenant) di Malino Food City ini khusus untuk dataran tinggi dan untuk di dataran rendah kita buka tenant di sekretariat Peduli Gowa yang berada dalam lokasi Pasar Induk Minasa Maupa. Sementara ini kami coba kolaborasikan dengan beberapa tempat wisata di Gowa dengan cara setiap pembelian tiket di lokasi wisata akan mendapatkan produk kerajinan daur ulang dari para pengrajin kita,” kata Khadir via WhatsApp-nya.
Kerajinan daur ulang yang saat ini dihasilkan para pengrajin adalah berupa tas, dompet dan gantungan kunci. Kesemua kerajinan tangan ini dibuat dari sampah plastik atau daur ulang.
“Jadi kami PHRI dan Masata Gowa menggandeng komunitas Peduli Gowa untuk promosi daur ulang hasil kerajinan tangan para pengrajin tersebut. Semua ini kami lakukan karena tergerak hati untuk membantu para pengrajin semata yang ada di Gowa khususnya di Malino sebagai lokasi wisata,” jelas Khadir. (sar)