MAKASSAR, UJUNGJARI.COM — “Kopinya diaduk minimal 30 kali. Satu arah yah. Biar kopi dan susu berpadu sempurna,” begitu Irwandi, Ketua Asosiasi Baristahood Indonesia (Asbaris), membuka percapakan saat menerima calon wakil wali kota Makassar, Dokter Fadli Ananda.
Kongkow bareng dengan dua puluh barista (peracik kopi) Makassar itu berlangsung di Kerja Sama Coffee, Pasar Segar, Kamis malam, 10 September 2020.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Suasana begitu cair. Jauh dari kesan formil. Mengalir penuh canda tawa. Kehadiran Jubir Dilan, Hidayat Syamsu Niang dan Missi Misbach, membuat suasana semakin cair.
Irwandi mengaku, suasana bisa begitu mengalir karena di benak anak milenial yang dominan pengusaha warkop itu, pembalap nasional itu tidak berbeda dengan mereka.
“(Fadli-red) Anak muda yang merangkak dari bawah di dunia usaha. Dia pasti pernah mengalami fase seperti saat kami memulai uasaha. Ditambah lagi memang sepantaran kita juga. Kloplah,” aku Irwandi.
Obrolan itu mengalir jadi ajang curhat. Irsan Jufri, penasihat Asbaris, merasakan perhatian pemerintah sejauh ini pada profesi mereka masih sangat rndah, termasuk pada unit usaha mereka.
“Kami ini sangat berharap ada keberpihakan pemerintah. Minimal itu bisa terlihat lewat kebijakan keringanan pajak. Pajak jika memungkinkan janganlah disamaratakan. Kita berharap bisa disandarkan pada klasifikasi usaha. Yang besar dan kecil, jika memungkinkan jangan dipukul rata,” seru pria yang akrab disapa Jumeng ini.
Jumeng juga menuturkan pengalaman pahit saat Asbaris berniat mendorong peningkatan skill para barista Makassar.
“Pernah sekali waktu, kami ingin menggelar pelatihan peningkatan skill dan lomba barista. Sayangnya, gagal dilaksanakan hanya karena ribetnya aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Semua ini, kami harapkan bsia menjadi perhatian utama pemerintah mendatang,” sambungnya.
Pengurus wilayan NU itu merespons keluhan ini. “Pemerintah harus ada dalam persoalan seperti ini. Kebeperihakan harus nyata. Pemerintah jangan sekadar ketat menjalankan aturan, tapi kurang bijaksana menyikapi keadaan. Karena sebenarnya, pemerintah wajib melayani warganya. Dalam segala bidang kehidupannya,” tegas dokter spesialis kandungan ini.
Para barista dan pengusaha kafe juga didorong untuk tidak gagok menyambut perubahan. “Kencangkan e-marketing. Baik untuk mempromosikan usaha atau asosiasi baristanya. Jika tidak berubah, kita pasti ditelan oleh perubahan itu,” sambung putra Prof Iskandar Idy ini.
Tidak terasa, kongkow itu berlangsung hampir 90 menit. Fadli diajak menjajal cara membuat kopi yang baik dan benar. Meracik kopi dengan bermacam jenisnya, tidak boleh asal-asalan. Beragam teknik biasanya disandarkan pada jenis kopi yang akan diseduh.
“Seduh kopimu, sudahi sedihmu Bro,” tutup Dokter Fadli setelah berhasil meracik empat gelas kopi susu!. (*)