ikut bergabung

PSBB dan Ekonomi


Berita

PSBB dan Ekonomi

Kebijakan yang ditempuh cenderung setengah hati dalam menuntaskan pandemi ini. Jika berkaca pada implementasi kebijakan yang efektif, maka ketika kurvanya telah mengalami flat barulah kemudian pelonggaran itu dapat dilakukan. Namun hal tersebut nampaknya bukan menjadi alasan mendasar dari wacana tersebut. Lantas, apa lagi yang kita harapkan dari PSBB ini?

● Ekonomi dan ketidakefektifan PSBB

Dalam stimulus jilid II, pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar 405,9 T untuk penanganan Covid. Ditambah keluarnya Perpres No. 21 2020 yang memungkinkan defisit APBN hingga 5 % dan saat ini pemerintah telah menerbitkan surat utang dengan tenor hingga 50 tahun.

Dari aspek moneter, BI telah melakukan Quantitave Easing melalui injeksi likuiditas sebesar 300 T untuk mendorong daya beli masyarakat dan penguatan Rupiah.

Pada dasarnya, stimulus-stimulus ekonomi akan menjadi sia-sia jika tidak ada desain maupun model perencanaan bagaimana dan kapan Covid-19 ini akan selesai.

Bayangkan ketika masalah ketidakefektifan implementasi kebijakan masih terus berlanjut maka tentunya kita sulit berharap pada penurunan kurva kasus yang akan terjadi. Maka akan semakin lama psikologi masyarakat dihantui pandemi dan perilaku ekonomi akan tetap sulit pada kondisi normal.

Dengan alasan ekonomi PSBB dilonggarkan maka dengan masalah ekonomi pula kita akan berhadapan lagi. Mengapa demikian? Dikarenakan semakin lama pandemi ini terjadi maka akan semakin lama kita untuk dapat kembali normal dan dapat melakukan rekonstruksi ekonomi kembali.

Baca Juga :   Melawan Covid-19, Bupati Soppeng Inspektur Upacara HUT RI Ke-75

Dan dalam kondisi force majure saat ini perencanaan keuangan pusat dan daerah pasti dinamis dan jika pandemi tak segera dapat ditekan maka semakin banyak cost yang akan keluar. Dan tentu potensi masyarakat terseok-seok akan semakin panjang.

Idealnya, pemerintah dapat jor-joran untuk melenyapkan pandemi Covid-19 ini dengan serangkaian simulasi dan perencanaan dengan implementasi yang tegas. Kemudian, setelah itu baru dapat dilakukan rekonstruksi ekonomi.
Long term or Short term. Kita memilih jangka panjang atau jangka pendek.

Nampaknya kita memilih jalan dengan implikasi jangka panjang. Dalam masa pandemi ini, pasti memiliki implikasi trade off antara masalah kesehatan dan ekonomi. Olehnya pilihan kebijakan menentukan arah penanganannya.

Tentu, harapan kita semua adalah melihat kondisi dapat berjalan normal dan pandemi dapat lenyap dalam bayang-bayang masyarakat indonesia, bahkan seluruh dunia.

dibaca : 80

Laman: 1 2 3



Komentar Anda

Berita lainnya Berita

Populer Minggu ini

Arsip

To Top