MAKASSAR, UJUNGJARI.COM — AQL Islamic School memiliki cara tersendiri merayakan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di tengah pandemi Covid-19.

Sekolah yang didirikan Ustaz Bachtiar Nasir, pimpinan AQL Islamic Center tersebut, menggelar Bedah Buku Irman Yasin Limpo Si Kuda Hitam yang Unboss.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Diskusi yang dilaksanakan secara virtual tersebut menghadirkan Edi Sutarto, Direktur AQL Islamic School sekaligus penulis buku tersebut, Kepala Departemen Kurikulum Sekolah Islam Athirah Saharuddin, serta Irman Yasin Limpo, Kepala Dinas Pendidikan Sulsel Tahun 2017 – 2019.

Di awal bedah buku yang dipandu Putri Rizki Ardhina ini, Edi Sutarto selaku penulis menceritakan alasannya menulis buku tentang Irman Yasin Limpo. Apalagi, buku tersebut merupakan buku biografi pertama yang ia tulis.

“Saya punya alasan tersendiri, kenapa tertarik menulis buku tentang Pak Irman. Yang pertama, yang bersangkutan mampu menjadi teladan. Dan yang kedua, memiliki prestasi yang diakui secara regional, nasional, dan internasional,” tuturnya.

Ia mengungkapkan, ada banyak tuduhan-tuduhan politik yang dihadapi ketika menulis buku tersebut. Apalagi di tahun 2018 lalu, santer disebut jika Irman akan ikut bertarung di Pilwalkot Makassar. Bahkan, beberapa calon narasumber dari kalangan kepala sekolah enggan berkontribusi karena merasa khawatir.

Selain itu, adapula tudingan bahwa dirinya telah dibayar mahal untuk menulis buku tersebut.

“Banyak yang minta saya untuk menulis buku biografi tentang mereka, dengan tawaran bayaran mahal, tapi saya tidak mau. Dengan Pak Irman, semua mengalir begitu saja, tidak ada transaksi seperti yang dimaksud. Murni karena saya menganggap Pak Irman ini memang layak,” tuturnya.

Sementara, Kepala Departemen Kurikulum Sekolah Islam Athirah Saharuddin, mengaku memiliki semua buku yang ditulis oleh Edi Sutarto. Dan buku tentang Irman Yasin Limpo tersebut, menjadi buku keempat Edi yang ia baca.

“Saya termasuk orang yang sangat selektif dalam membaca buku. Dan ada satu paragraf yang saya temukan di tiga puluh detik pertama ketika saya membuka buku ini, hingga akhirnya saya memutuskan harus membaca buku ini hingga tuntas,” ungkapnya.

Mulai dari sampul hingga konten, menurutnya buku tersebut sangat menarik dan tidak membosankan. Covernya juga judul, memang menggambarkan seperti apa sosok adik Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo tersebut.

“Didominasi warna hitam, menggambar jika Pak Irman ini memiliki kedalaman berpikir, dan sosok yang visioner,” imbuhnya.

Irman sendiri, memiliki alasan hingga akhirnya menerima tawaran Edi terkait buku tersebut.

“Saya baca buku Pak Edi, saya lupa judulnya apa, tapi tentang pendidikan karakter. Biasanya saya baca buku tidak lebih dari lima halaman, tapi buku Pak Edi sangat menarik. Kita seperti ada dalam kerangka ceritanya,” tuturnya.

Pria yang akrab disapa None inipun mengungkapkan, saat pertama kali menjabat kepala dinas pendidikan, hal pertama yang ia lakukan adalah mempertemukan dua organisasi besar di dunia pendidikan.

“Saya tidak tau apakah dua organisasi ini berseberangan atau seperti apa. Tapi akhirnya saya bisa menjembatani berkat bantuan Pak Edi,” tuturnya.

None merasa berlebihan dibuatkan buku. Masih banyak kekurangan, dan kontribusinyapun masih sangat kurang di dunia pendidikan. Namun ia berharap, buku tersebut menjadi kesinambungan dari proses yang saat ini sementara berjalan.

“Apa yang saya hasilkan dalam pekerjaan saya, terekam jelas dalam buku ini,” pungkasnya.

Sebelum mengakhiri diskusi tersebut, Edi sempat menyampaikan keinginannya.

“Saya masih ingin menulis tentang beliau. Saya berharap bisa menuliskan kesuksesan beliau saat menjadi orang nomor satu di Kota Makassar, saat beliau menjadi orang nomor satu di Sulsel, dan kesuksesan beliau yang lainnya,” harap Edi. (Rahma Amri)