MAKASSAR, UJUNGJARI.COM — Universitas Patria Artha (UPA) melakukan penandatanganan kerjasama (MoU) dengan Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN SM) Provinsi Sulawesi Selatan.
Penandatanganan MoU itu berlangsung di Gedung Pertemuan Universitas Patria Artha, Jalan Tun Abdul Razak, Kabupaten Gowa, Jumat (7/2).
Kegiatan itu juga dirangkaikan dengan Serah Terima Sertifikat Kompetensi Fasilitator Neurosains Terapan.
Rektor Universitas Patria Artha, Bastian Lubis mengemukakan MoU yang ditandatangani tersebut dalam rangka melaksanakan sertifikasi untuk menghasilkan sumber daya manusia (SDM) unggul, khususnya dalam bidang pendidikan yang berhubungan dengan neurosains terapan, yakni ilmu terkait dengan kematangan berpikir seseorang.
“Kerjasama ini cukup efektif untuk mencetak sumber daya unggul khususnya untuk para asesor yang akan terjun ke masyarakat,” kata Bastian.
Apa yang dilakukan ini, lanjut Bastian sejalan dengan program pemerintah dalam menciptakan sumber daya berkualitas di tahun 2024 dan menuju Indonesia Emas tahun 2045.
Menurut Bastian, UPA nantinya akan memfasilitasi para asesor untuk mengantongi sertifikat kompetensi yang menjadi jaminan keahlian.
“Sertifikasi yang dikantongi para asesor setelah melalui proses ujian dan seleksi kompetensi, akan menjadi modal di tengah masyarakat. Sertifikat kompetensi yang mereka kantongi itu akan berlaku selama tiga tahun,” jelas Bastian.
Para asesor yang dinyatakan lulus nantinya akan mengantongi gelar
Certificate Aksesore Neurosains (CAN).
Gelar itu mendapat pengakuan langsung dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN SM) Provinsi Sulawesi Selatan.
Pada kesempatan itu, juga dilakukan penyerahan sertifikat pada asesor yang lulus seleksi saat mengikuti sertifikasi neurosains terapan tahap pertama.
Menurut Bastian, dari 20 orang yang mengikuti seleksi, 95 persen atau 19 orang dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelas CAN.
“Ini cukup luar biasa karena 95 persen peserta dinyatakan lulus. Biasanya hanya sekitar 65 persen,” tambah Bastian.
Para asesor ini nantinya bisa menjadi konsultan di sekolah.
Direktur Assesment Centre UPA, Indri Septiani mengatakan, untuk mengantongi sertifikat kompetensi tersebut tidak mudah karena seleksinya sangat ketat.
“Uji kompetensi dilakukan secara ketat. Tidak bisa main-main. Karena tanggung jawab kami kepada pemerintah terhadap pemegang sertifikat sangat besar. Makanya, setiap kami melakukan uji kompetensi, kadang ada yang tidak lulus karena memang penilaiannya belum kompeten,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua BAN SM, Burhanuddin Usman mengatakan pihaknya akan melakukan pelatihan neurosains untuk 360 aksesor.
Dengan adanya keterampilan neorusains terapan ini akan memudahkan kerja-kerja aksesor di sekolah atau madrasah.
“Secara bertahap akan kita ikutkan pelatihan. Apalagi tahun ini sudah ada 2800 sekolah yang mendaftar untuk diakreditasi dari target 2500 sekolah. Tahun lalu sekitar 3203 sekolah berhasil diakreditasi,” tandasnya. (rahma)