MAKASSAR, UJUNGJARI.COM — Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang, Supardji menyebutkan, Bendungan Passeloreng dalam waktu dekat ini akan difungsikan. Tinggal menunggu hasil sertifikat keamanan bendungan.

Selain Bendungan Passeloreng, Bendungan Karalloe dikatakan Supardji juga ditarget berfungsi akhir tahun 2020.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Bendungan Passeloreng sudah mau difungsikan tinggal menunggu sertifikat keamanan bendungan, juga akhir tahun ini bendungan Karalloe kita juga target difungsikan,” ujar Supardji.

Supardji mengatakan pada dasarnya pembangunan struktur bendungan tidak ada permasalahan, hanya saja pembebasan lahan yang menjadi kendala.

Senada, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Andi Sudirman Sulaiman menegaskan bahwa pembangunan bendungan yang masih terkendala dengan pembebasan lahan.

Andi Sudirman menyebutkan harus belajar dari pembangunan Bendungan Pamukkulu yang saat ini tengah berjalan.

“Saya rasa, pelajaran kami ada di Pammukulu ya. Dengan belajar dari pembangunannya itu, tentu bisa dilihat apa yang harus dilakukan untuk nantinya di Bendungan Jenelata,” ujarnya.

Ia pun merasa bersyukur bendungan Pammukulu yang dulunya ini sempat pesimis dapat berlanjut, karena masalah lahan. Saat ini sudah mulai masuk tahap pengerjaan.

“Bayangkan, kami kehilangan waktu 600 hari untuk mengerjakan bendungan ini. Bahkan tadinya sudah hopples, dananya akan dikembalikan. Namun akhirnya setelah kami lakukan rapat maraton terus, sudah ada 3,2 persen,” sebut Andi Sudirman.

Ia menambahkan, saat ini tinggal menyelesaikan masalah yang 16 persen.

“Alhamdulillah sudah di tandatangani pak Gubernur pengajuan surat pembebasan lahannya. Sudah koordinasi bersama kementerian, termasuk juga berkoordinasi dengan beberapa tim kami dari kehutanan untuk mengawasinya. Kementerian juga sudah aware bahwa ada kesalahan koordinasi antara kehutanan dengan konstruksi desain terakhir yang akan dikerjakan,” terangnya.

Andi Sudirman menyebutkan, saat ini Bendungan Jenelata sudah masuk dalam tahap pemaparan studi. Nanti, baru kemudian pengerjaannya

Untuk lahan sendiri, Andi Sudirman mengaku sementara ini sudah dilaporkan terkait dengan studi kelayakannya. Ia menambahkan soal koordinasi dengan BPN.

“Baru dilaporkan ke kami tentang pelaksanaan untuk studi kelayakannya. Kemudian mungkin akan nanti lanjut dari sana. Pasti ada evaluasi setelah studi. Kemudian masuk ke selanjutnya tahapan apa yang harus dilewati,” tambahnya.

Untuk itu, Andi Sudirman menegaskan betapa pentingnya mengambil pelajaran dari Pammukulu ini, terutama menyangkut masalah lahan.

Seperti diketahui, Bendungan Jenelata ini nantinya akan menampung volume tampungan maksimal 246 juta Meter kubik, menjadikan Bendungan Jenelata ini sebagai Bendungan terbesar kedua setelah Bendungan Bili-Bili.

Bendungan Jenelata mempunyai fungsi sebagai pengendalian banjir sungai jenelata 1.800,46 m3/dt menjadi 792,20 m3/dt dengan pengendalian banjir periode ulang 50 tahun, mampu menyediakan air irigasi seluas total 23.690 ha meliputi D.I Bili-bili, DI Bissua dan D.I Kampili dengan intensitas tanam 300 % , sebagai Penyediaan air baku total 7,80 m3/dt untuk Air Baku Bili-bili, Air baku Jenalata, kebutuhan air pabrik gula Takalar dan lahan tebu, dan Intake Sungguminasa, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air sebesar 0,40 MW.

Diketahui sebanyak lima Proyek Strategis Nasional (PSN) pembangunan bendungan di Sulawesi Selatan (Sulsel) pengerjaannya melintas tahun 2020. Antara lain Bendungan Karalloe, Bendungan Passeloreng, Bendungan Pammukulu, Bendungan Baliase. (**)