ikut bergabung

Cacat Tak Bikin Minder Rendy Untuk Berkarya, Hasilkan Souvenir Bambu Berkualitas


Rendy bersama istrinya membuat kerajinan anyaman bambu.

Sulsel

Cacat Tak Bikin Minder Rendy Untuk Berkarya, Hasilkan Souvenir Bambu Berkualitas

GOWA, UJUNGJARI.COM — Jangan kira memiliki tubuh yang cacat tidak bisa berbuat apa-apa. Itu jauh dari kamus hidup Rendy. Pria berusia 52 tahun ini rupanya tak menjadikan keterbatasan fisik tubuhnya, tanpa satu kaki itu sebagai penghalang untuk.mengaktualisasikan hoby dan skillnya membuat kerajinan bambu yang cukup bagus.

Bersama istrinya, Rendy setiap hari bergelut parang dan bilahan bambu yang diirisnya setipis mungkin. Hasilnya, Rendy pun mampu membuat sejumlah jenis kerajinan bambu yang diproduksi mulai dari topi petani, tempat tissue, tempat sarung, tempat sendok, gelas, vas bunga, tutup nasi dan berbagai kerajinan lainnya. 

Rendy saat disambangi Priska Paramita Adnan, istri Bupati Gowa yang juga adalah Ketua TP PKK Gowa sangat merasa senang. Dalam hati Rendy peluang untuk memperkenalkan usaha kerajinannya sudah terbuka. 

Pasalnya kehadiran istri bupati di kediamannya yang dijadikan tempat membuat kerajinan di Desa Lassa-lassa akan mulai dilirik orang dari luar. Selain dari upayanya sendiri menjajakan hasil buatannya di luar Kecamatan Bontolempangan yakni Sungguminasa dan Makassar.

Ditanya apa kesulitannya saat membuat kerajinan-kerajinan tersebut, Rendy hanya mengaku kesulitannya hanya pada jenis produk yang akan dibuat. Rendy sendiri yang membuat pola kemudian membuat irisan bambu tipis-tipis kemudian istrinya yang menganyam.

“Yang paling rumit untuk dibuat itu tudung saji (penutup nasi). Dalam menganyam bambu menjadi produk kerajinan saya dibantu istri. Termasuk dalam memasarkan produk istri saya turut,” kata Rendy.

Baca Juga :   Puskesmas Pallangga Gencarkan Fogging di Wilayah Terdampak Banjir

Rendy mengaku sejak hasil karyanya terjual kehidupan keluarganya sedikit terbantu. Untuk harga per kerajinan dibandrolnya beragam mulai dari harga lima puluh ribuan hingga ratusan ribu rupiah atau paling tinggi Rp 450 ribu. Harga mahal yang ditawarkannya tergantung tingkat kerumitan produk kerajinan yang dibuatnya.

Rendy memang penyandang disabilitas namun dirinya tidak pernah pasrah. Dirinya selalu optimis bahwa langkahnya yang optimis akan memberikan rejeki yang baik untuk dirinya. Dan semangat itu tidak pernah pudatlr meski pergerakannya agak terbatas karena harus menggunakan alat bantu tongkat sebab satu kakinya sudah tidak ada lagi semenjak digigit buaya dan itu sudah lama sekali. 

” Pak Rendy ini patut dicontoh, karena dia memiliki niat untuk terus bekerja keras demi keluarganya. Apalagi dalam menghasilkan produk kerajinan bambu ia kerjakan secara manual dengan memilah-kilah bambu sampai tipis hanya dengan sebilah parang tajam. Saya sabgat salut dengan jiwa besar pak Rendy ini,” urai Priska Paramita Adnan yang menyambangi aktivitas Rendy saat akan mempersiapkan Hari Kesatuan Gerak PKK ke 47 dirangkai pameran kerajinan potensi desa di Desa Lassa-lassa, Kecamatan Bontolempangang, Kabupaten Gowa beberapa hari lalu.

dibaca : 93

Laman: 1 2



Komentar Anda

Berita lainnya Sulsel

Populer Minggu ini

Arsip

To Top