ikut bergabung

  ‘Surga’ di Tengah Hutan Itu Dibangun Seorang Eksportir Kopi 


Masjid cantik di Dusun Langkowa, Desa Bontoloe, Kecamatan Bontolempangang, Gowa.

Berita

  ‘Surga’ di Tengah Hutan Itu Dibangun Seorang Eksportir Kopi 

GOWA, UJUNGJARI.COM — Namanya misterius. Dia hanya disebut Puang oleh warga di lingkungan perkebunan kopi di Dusun Langkowa, Desa Bontoloe, Kecamatan Bontolempangang, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
Tak ada yang tau nama aslinya. Namun sebutan Puang cukup akrab bagi segenap masyarakat Bontolempangang. Itulah sebutan singkat pemilik masjid cantik yang indah dan megah yang berdiri di kawasan hutan di kampung Langkowa.
Saat ini keberadaan masjid tersebut, viral di medsos. Viralnya karena masjid ini disebut megah di tengah-tengah hutan. Ternyata masjid ini berdiri megah di kelilingi taman indah dan asri di tengah hutan meski belum tertata optimal. Di sekitarannya pohon-pohon pegunungan seperti pinus dan pohon kayu lainnya. Sekarang masjid itu bahkan disebut orang sebagai surga di tengah hutan.
Masjid ini berdiri tidak jauh dari area perkebunan kopi milik Puang tersebut. Konon Puang itu adalah salah satu keturunan pahlawan nasional Bugis. Namun entah siapa, tidak ada yang tahu. Yang jelas menurut informasi beredar Puang penilik kawasan kebun kopi ini audha berusia 80 tahun  tapi masih aktif menjalankan usahanya yang bukan hanya ada di Indonesia tapi juga di luar negeri. Hotel bintang lima pun banyak di milikinya di Jakarta, Timika dan Papua.
Tidak tanggung-tanggung, luasan kebun kopi yang tidak menggunakan pupuk kimia itu sekira 30 hektare disesaki pohon kopi yang dipelihara pekerja puluhan orang yang merupakan warga setempat.
Seperti dikatakan Camat Bontolempangang Muslimin Pata saat dihubungi Minggu (24/11/2019) sore, dari pengakuan warga sekitar konon Puang ini sudah membeli lahan di Langkowa itu untuk dijadikan kebun itu sejak 2005 lalu ketika Camat Bontolempangang masih dijabat Makmur.
Camat Bontolempangang Muslimin (camat sekarang) mengatakan dirinya tidak tahu pasti kapan masjid itu dibangun. Muslimin juga adalah mantan Sekcam Bontolempangan namun masjid itu sudah ada sebelum 2015. Fisik masjid itu belum selesai dikerja pada 2013 lalu. Sementara dirinya sendiri baru dilantik jadi camat setelah tahun 2015.
“Iya masjid itu sudah ada sebelum saya jadi camat bahkan sebelum.saya jadi sekcam di Bontolempangang. Saya baru juga sempat melihat masjid itu tahun kemarin. Soal tahun berapa dibangun saya tidak tahu pasti. Tapi menurut para pekerja di kebun itu pemiliknya sering dipanggil dengan sebutan Puang tanpa nama asli. Menurut warga setempat  Puang ini adalah pengusaha besar di Jakarta dan Papua. Beliau punya hotel bintang lima di Jakarta, Timika dan Papua. Yang saya tau hanya nama anaknya yakni Johan. Johan ini kata warga sering ke Bontoloe jika hari Jumat sebab setiap Sabtu akan memberikan gaji kepada para pekerja di kebun kopinya itu,” beber Camat Bontolempangang.
Puang itu tambah camat asal asli Bugis namun kiprah usahanya sudah lama besar di jakarta. Jadi Puang ini sering bolak balik Jakarta, Makassar dan Timika.
“Kata pekerjanya kalau mau ke Jakarta atau ke Timika, Puang ini mampir dulu di Makassar dan menyempatkan diri ke rumahnya di Bontoloe. Di dekat masjid besar megah itu ada rumah besar seperti Balla Lompoa di Gowa. Itulah rumah Puang tersebut dan hanya sekali-sekali didatangi kalau sekadar mampir saja di sini,” tambah camat.
Dikatakannya lagi, konon perkebunan kopi yang dilakukan itu adalah kopi khusus untuk ekspor ke negara luar. Dan kebun kopi ini tidak menggunakan pupuk kimia tapi menggunakan pupuk kompos alias kotoran sapi. Dari usaha kebun ini ternyata Puang juga menternakkan sapi dan dari sapi-sapi inilah kotorannya dijadikan pupuk untuk tanaman kopinya.
Tanah kebun itu sudah lama dibeli dan hanya khusus dijadikan kebun kopi untuk ekspor.
“Sebenarnya apa yang diviralkan di medsos bahwa ada masjid di tengah hutan itu tidak benar. Masjid itu ada ada dipinggir hutan jia. Banyak ji rumah di sekitarnya. Dan rata-rata warga Langkowa bekerja di kebun kopi Puang itu,” kata Muslimin Pata.
Jarak dari kantor camat ke lokasi masjid itu sekira 10 Km. Kondisi jalanan menuju lokasi setengah bagus. Separuh sudah sudah aspal, separih lagi belum.
Desa yang dipimpin Baharuddin Tayang (kepala desa) ini menurut Camat Bontolempangan adalah desa yang sangat makmur setelah keberadaan kebun kopi itu ada.
“Kalau Puang sebagai pemilik perkebunan disitu jarang datang hanya sekali-sekali saja kata warga Langkowa. Hanya anaknya yang lulusan Amerika yang kerap datang untuk membayarkan gaji para karyawan di kebunnya itu. Jadi masjid itu sekarang jadi viral. Setelah viral di medsos saya sekarang mendapat telpon dari berbagai kalangan dan saya kewalahan jawab telpon yang masuk. Rata-rata tanyakan siapa nama pemiliknya dan saya tidak tau. Viral betul,” kata camat lagi.
Sampai sekarang orang nasih bertanya-tanya siapa sebetulnya Puang yang dimaksud. Konon istrinya adalah keturunan Belanda namun si Puang adalah asli berdarah Bugis dan menjadi pengusaha besar di ibukota Jakarta dan luar negeri. (*)

Baca Juga :   Program Ketahanan Pangan dan Cegah Miskin Ekstrem, Sudah 2,7 Juta Benih Ikan Ditebar di Kabupaten Bone

dibaca : 93



Komentar Anda
Baca Selengkapnya
Rekomendasi untuk anda ...

Berita lainnya Berita

Populer Minggu ini

Arsip

To Top