GOWA, UJUNGJARI.COM — Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) atau National Slum Upgrading Program (NSUP) adalah salah satu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam pengurangan kawasan kumuh secara berkelanjutan dan pencegahan timbulnya kawasan kumuh baru yang menjadi target RPJMN 2015-2019.
Program yang dirancang untuk mempertahankan prinsip-prinsip kemasyarakatan serta memperkuat peran pemerintah daerah ini sebagai nahkoda dalam upaya pengurangan kawasan kumuh perkotaan yang diharapkan mampu menjawab pencapaian gerakan 100-0-100.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Secara nasional, total luas kawasan kumuh yang harus diselesaikan sebesar 38.431 Ha (ditangani Kotaku seluas 33.886,58 Ha). Hingga sampai tahun 2018, luasan kumuh yang telah tertangani secara nasional sebesar 23.594 Ha (Kotaku 16.360,48 Ha), sehingga di tahun 2019 sisa luasan kumuh yang harus ditangani adalah 14.837 Ha. Tentunya dengan target tersebut, tantangan dalam mentuntaskan kumuh tahun 2019 cukup tinggi.
Hal itu dipaparkan Kalla Manta selaku Team Leader Program Kotaku OSP-9 Sulsel dalam workshop dan pameran yang diselenggarakan Kotaku Gowa dan dibuka resmi Sekretaris Kabupaten Gowa Muchlis, Kamis (3/10/2019) siang di Continent Centre Point Makassar.
Sehubungan target penanganan kumuh tersebut, dimana menempatkan pemerintah daerah sebagai nakhoda, maka diperlukan langkah-langkah strategis untuk mengelola kegiatan, baik secara teknis maupun secara pemberdayaan. Kegiatan evaluasi perlu dilaksanakan untuk melihat perkembangan kegiatan secara keseluruhan.
Untuk keperluan tersebut, kata Kalla Manta maka diperlukan suatu kegiatan sosialisasi berupa lokakarya tingkat kota/kabupaten, dengan pelibatan pihak terkait, baik yang berasal dari pemerintah daerah, OPD, swasta, perguruan tinggi dan Stakeholder lainnya di kota/kabupaten.
” Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah bagaimana khalayak memahami tentang kebijakan program dalam penanganan kumuh, bagaimana khalayak mampu menyusun strategi pelaksanaan skala kawasan dan kolaborasi, khalayak mampu memetakan isu dan mekanisme koordinasi dan konsolidasi dan khalayak memahami penanganan tindak lanjut temuan hasil audit BPKP,” kata dia.
Sementara itu Sekkab Gowa Muchlis disela membuka workshop sehari yang dirangkai pameran hasil infrastruktur terbaik penanganan kumuh di Gowa mengatakan sejak tahun 2007 hingga 2019 ini Kabupaten Gowa telah melakukan penanganan kumuh melalui kolaborasi pelaku Kotaku yang dikoordinir Korkot bersama para Badan Swadaya Masyarakat (BKM) yang terpusat di Kecamatan Somba Opu.
Pemerintah Kabupaten Gowa pun bersineegi aktif dan tahun 2019 ini bantuan pemerintah digulirkan ke masyarakat atau BPM TA 2019 dan saat ini sementara telah berproses di lingkungan masyarakat.
“Dengan adanya workshop ini saya berharap para peserta dapat melahirkan strategi penanganan kumuh baik skala lingkungan maupun skala kawasan. Beberapa hari lalu Program Kotaku nasional telah melaksanakan workshop skala nasional di Kota Makassar, dan Alhamdulillah pelaksanaan Kotaku Kabupaten Gowa mendapatkan juara terbaik 1 pelaksanaan program Kotaku secara nasional. Ini tentu nilai positif bagi Gowa ke depan,” terang Muchlis dihadapan puluhan peserta workshop dari berbagai kalangan.
Sementara itu panitia pelaksana Abd Karim mengatakan panitia pelaksana workshop ini sangat mengharapkan saran dan masukan para peserta guna menjadi tolok ukur strategi pelaksanaan Kotaku di Kabupaten Gowa, semoga workshop ini dapat melahirkan gagasan dan ide-ide strategi penanganan kumuh yang lebih optimal lagi,” kata Abd Karim.
Sementara itu dalam rangkaian workshop digelar pula pameran hasil-hasil terbaik pelaksanaan infrastruktur Kotaku yang digenjot di wilayah Kecamatan Somba Opu.
Dikatakan Nurliah Ruma selaku Korkor IV Kotaku wilayah Gowa Bantaeng Bulukumba Selayar bahwa infrastruktur yang telah dilakukan di Gowa adalah hasil kerja pelaku Kotaku sejak tahun 2007 hingga 2019.
“Tampilan hasil infrastruktur ini merupakan progres kerja-kerja kami dalam mengentaskan wilayah kumuh menjadi wilayah tertata apik, indah dan sehat. Harapan kami dengan adanya giat ini menjadi motivaai berkelanjutan bagi masyarakat sehingga tidak ada lagi kumuh di kota menjadi tujuan akhir kegiatan ini,” kata Nurliah Ruma. (saribulan)