BULUKUMBA, UJUNGJARI.COM — Buntut kematian Randi dan Yusuf Qardawi aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Kendari Sulawesi Tenggara, menyebabkan gelombang aksi semakin besar di berbagai wilayah di Indonesia.
Seperti yang terlihat hari ini, kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, dipenuhi massa IMM yang mengecam tindakan oknum aparat kepolisian yang menyebabkan kader IMM meninggal dunia, Rabu kemarin.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketua Bidang Hikmah Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kabupaten Bulukumba Sunarti dalam orasinya menegaskan bahwa,
seharusnya yang di tembak itu koruptor bukan kaum Intelektual yakni Mahasiswa.
“Kami dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) memberikan waktu kepada Kapolda Sulawesi Tenggara untuk mengusut tuntas kasus penembakan yang dilakukan oknum polisi yang menewaskan Randi dan Yusuf Qardawi Selaku Kader IMM. Jika tidak, maka copot Kapolda Sultra dari Jabatannya, dan kami juga akan kembali melakukan aksi Demonstrasi apabila tuntutan kami tidak di indahkan, ingat ini duka kami,” tegasnya.
Sementara itu Ketua Umum Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kabupaten Bulukumba Abdul Ghoni Askur dalam orasinya menyampaikan, kami mengharapkan kepada Kapolres Bulukumba agar senatiasa mejalankan tugasnya dengan baik jangan sampai kejadian yang ada di Sultra itu kemudian terjadi di Kabupaten Bulukumba.
“Ini bukan aksi kami yang terakhir tapi tunggu aksi-aksi kami selanjutnya” pungkasnya.
Senada dengan itu, Wakil ketua Pemuda Muhammadiyah Bulukumba Muh. Ashar yang juga turut berorasi mengecam aksi penembakan yang berujung meninggalnya aktivis IMM di Kendari.
Kejadian ini semakin memperburuk Citra Institusi Kepolisian sebagai lembaga Negara yang di beri mandat untuk melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat.
“Kami dari Angkatan Muda Muhammadiyah akan terus menyuarakan ini untuk secepatnya di selesaikan, kami meminta kepada Polri untuk menyelesaikan kasus ini dalam waktu 48 jam,” tegas Ashar.
“Kasus penembakan yang terjadi dikendari sejatinya menjadi tanda tanya besar terkait tata cara kepolisian dalam menangani aksi, ini sangat mencederai nilai demokrasi di Indonesia, orang yang menyampaikan pendapat di depan umum harus kehilangan nyawanya karena ditembaki oleh oknum aparat yang tidak bertanggung jawab,” tutupnya. (*)